Fungsi Ekosistem Mangrove Hubungan Mangrove dengan Produksi Tambak Polikultur Tambak

10 3. Perairan pedalaman adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indoensia, termasuk didalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup.

2.2 Fungsi Ekosistem Mangrove

Menurut Suryaperdana 2011, mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuaria sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel- partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Mangrove mempunyai fungsi fisik, biologis, dan ekonomis, yaitu: • Fungsi fisik: menjaga kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. • Fungsi biologis: sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan non- akuatik, seperti burung, ular, kera, kelelawar dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah. • Fungsi ekonomis: sebagai sumber bahan bakar kayu, arang, bahan bangunan, serta bahan tekstil, makanan dan obat-obatan.

2.3 Hubungan Mangrove dengan Produksi Tambak Polikultur

Ekosistem pantai terutama mangrove mensuplai nutrien atau bahan organik dalam jumlah relatif banyak. Bahan organik dari pohon-pohon mangrove berupa serasah-serasah daun yang terdekomposisi menjadi bahan anorganik. Nutrien inilah yang menjadi nutrisi bagi organisme autotrof. Organisme autotrof mensuplai bahan organik bagi organisme konsumen seperti ikan bandeng dan udang windu. Fungsi ekologis mangrove sebagai nursery ground, feeding ground 11 dan spawning ground menunjukkan peran ekosistem ini yang sangat penting bagi kehidupan di laut Suryaperdana, 2011. Menurut Mc Connaughey and Zottol 1983 dalam Taqwa 2010, guguran daun, biji, batang dan bagian lainnya dari mangrove sering disebut serasah. Mangrove mempunyai peran penting bagi ekologi yang didasarkan atas produktivitas primernya dan produksi bahan organik berupa serasah, dimana bahan organik ini merupakan dasar rantai makanan.

2.4 Tambak

Menurut Martosudamo dan Ranoemihardjo 1992, tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, udang dan hewan lainnya yang biasa hidup di air payau. Air yang masuk ke dalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang, sehingga pengelolaan air di dalam tambak dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut air laut. Menurut Pudjianto dan Ranomiharjo 1984 dalam Agustina 2006 berdasarkan letak tambak dan kesempatan mendapatkan air laut, tambak dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Tambak Lanyah adalah tambak yang terletak di tepi pantai, sehingga berisi air laut dan memiliki salinitas 30 00 dibandingkan dengan daerah tambak yang lain, air pada tambak lanyah cenderung lebih tinggi salinitasnya. Penguapan yang berlangsung terus menerus di dalam petakan tambak menyebabkan semakin meningkatnya salinitas. Pada saat-saat tertentu salinitas air tambak dapat mencapai 60 00 , terutama pada saat musim kemarau dan saat pergantian air sulit dilakukan. 12 2. Tambak Biasa adalah kelompok tambak biasa yang airnya merupakan campuran air tawar dari sungai dan air asin dari air laut dan terdapat pada daerah yang lebih dalam dari tepi laut. Daerah tergolong tambak biasa mempunyai keadaan air payau. Kadang-kadang bila tambak biasa sulit mendapatkan air laut yaitu pada saat pasang rendah, maka tambak tersebut dengan terpaksa harus menerima air hujan untuk memenuhi kebutuhan air. 3. Tambak Darat adalah daerah pertambakan yang terletak paling jauh dari pantai, air pada tambak ini tergantung pada curahan air hujan dan air sungai. Apabila curah hujan berkurang maka sebagian tambak itu akan kering sama sekali, sehingga di beberapa tempat pengisian dan pergantian air dari sungai dilakukan dengan pompa.

2.5 Sistem Budidaya Tambak