Teknologi Budidaya Uji Normalitas

51 perawatan tambak. Kepemilikan lahan ini berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan untuk lahan tambak dalam jangka panjang. Petani yang memiliki lahan sendiri akan lebih baik dalam melakukan kegiatan budidaya dan memperoleh pendapatan yang lebih besar karena tidak mengeluarkan biaya untuk lahan.

c. Teknologi Budidaya

Dari hasil wawancara kepada 22 petani tambak, semua responden mengatakan sistem tambak yang digunakan adalah sistem tambak tradisional. Namun berdasarkan literatur dengan tetap memperhatikan kondisi daerah penelitian, sistem budidaya yang digunakan di Desa Langensari adalah perpaduan sistem budidaya tradisional sistem budidaya semi intensif dimana dari sisi padat penebaran tambak di Desa Langensari memiliki padat penebaran sekitar 2000 nenerhektar yang dikategorikan budidaya tradisional, sedangkan sistem semi intensif memiliki cirri bentuk tambak yang lebih teratur dengan maksud agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Bentuk petakan umumnya segi empat persegi panjang dengan luas 1ha sampai 3 ha per petakan. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan inlet dan pintu pengeluaran air outlet yang terpusat untuk penggantian air, kemudian pakan masih dari pakan alami klekap yang pertumbuhannya didorong dengan pemupukan. Dilihat dari dasar pengklasifikasian jenis sistem budidaya yaitu berdasarkan padat penebaran benih ikan bandeng, penggunaan tambak dan bentuk tambak maka sistem budidaya polikultur yang digunakan di Desa Langensari adalah sistem budidaya tambak tradisional. Penggunaan pupuk pada beberapa 52 tambak dan bentuk tambak yang termasuk pada ciri sistem semi intensif adalah salah satu usaha petani agar usaha budidaya polikultur menjadi lebih baik.

d. Proses Budidaya

Tambak akan berfungsi optimal jika syarat lingkungan biologi telah terpenuhi. Salah satu cara agar tambak dapat memenuhi syarat lingkungan biologi adalah dengan pengelolaan tambak. Pengelolaan tambak meliputi pengelolaan lahan dan pemberia unsur tambahan serta pengaturan pengairan. Penolahan tanah dilakukan setelah proses panen selesai. Pengolahan tanah bertujuan untuk menghilangkan lumpur, bahan organik yang merugikan serta menutup lubang- lubang yang bias menjadi jalan masuk hewan pengganggu kepiting, kadal, untuk itu yang dilakukan adalah pengeringan tambak dan pembalikan lahan. Pemupukan dilakukan setelah proses pengeringan tambak selesai. Pupuk yang digunakan oleh petani tambak di Desa Langensari adalah pupuk urea dengan dosis 100kgha, dari hasil wawancara responden tujuan pemupukan adalah untuk menjaga suhu air agar tidak terlalu panas. Selain penggunaan pupuk untuk mempercepat pertumbuhan petani tambak menggunakan obat perangsang makan raja bandeng dan linek dengan dosis yang berbeda sekitar 10kgha untuk raja bandeng dan 4kgha untuk linek, namun penggunaan obat initergantung dari petani tambak itu sendiri, sehingga tidak ada ketetapan khusus untuk menggunakannya. Penanaman pohon mangrove dilakukan oleh sebagian besar petani tambak. Hasil dari wawancara responden menyatakan bahwa fungsi mangrove yang dirasakan oleh petani yaitu dapat meningkatkan produksi hasil panen dan mengurangi biaya produksi, sebab daun mangrove yang berguguran tersebut akan 53 menjadi pupuk alami bagi tambak dan secara langsung menjadi makanan untuk ikan bandeng dan udang windu. Banyaknya penebaran benih ikan bandeng dan udang windu sangat disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh petani tambak yang ingin diinvestasikan dalam kegiatan budidaya ini. Penebaran benih dilakukan setelah proses pengolahan tanah selesai dilakukan. Jumlah bibit yang ditebar oleh petani tambak Desa Langensari sebanyak 2000 ekorha bibit bandeng dan 20000 ekorha bibit udang windu. Proses pemanenan untuk ikan bandeng dan udang windu dilakukan tiga kali dalam satu tahun, dengan rata-rata hasil panen 193kghamusim untuk ikan bandeng dan 88kghamusim untuk udang windu. Proses pemanenan biasanya dilakukan saat pagi hari. Proses pemanenan untuk usaha budidaya polikultur membutuhkan tenaga bantuan yang cukup banyak, rata-rata petani tambak membutuhkan tenaga bantuan sekitar 9-10 orang. Tenaga kerja untuk membantu proses pemanenan disediakan oleh tempat penyewaan alat panen dengan upah yang beragam tergantung hasil panen yang didapat, biasanya upah untuk satu kelompok tenaga sewa panen sebesar 10 dari keuntungan hasil panen. Hasil panen yang didapat dibawa ke koperasi untuk dijual melalui sistem lelang, para tengkulak berkumpul di koperasi untuk mengikuti pelelangan ikan tersebut.

6.1.2 Karakteristik Unit Usaha Terkait

Kegiatan budidaya polikultur membutuhkan peran seta masyarakat untuk beberapa proses pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini memiliki pengaruh yang penting bagi perekonomian masyarakat setempat. Hal ini dapat mendorong 54 masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan budidaya dan mengharapkan manfaat dari adanya usaha budidaya polikultur. Unit usaha terkait yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 4 unit usaha. Unit usaha yang dijadikan responden adalah unit usaha yang menjalankan usahanya di Desa Langensari dan pemilik usaha adalah penduduk asli Desa Langensari. Unit usaha yang terdapat di Desa Langensari hanya terdapat 4 unit usaha yang berbeda, sebagian besar pemilik unit usaha menjalankan usahanya pada masa usia produktif mereka. Menurut Havighurst dan Archerman et all dalam Mugnisyah 2008 tingkat usia dibedakan atas tiga kategori, yaitu usia dewasa awal 18 – 30 tahun, dewasa pertengahan 31 – 50 tahun, serta dewasa tua 50 tahun. Berdasarkan hasil kuesioner dari 4 responden, sebagian besar pemilik unit usaha berada pada kelompok dewasa pertengahan antara 31 – 50 tahun sebesar 75 dan sebesar 25 berusia diatas 50 tahun. Sebaran tingkat usia pemilik unit usaha disajikan pada Gambar 12. Sumber : Data Primer, Diolah 2012 Gambar 12.Sebaran Tingkat Usia Pemilik Unit Usaha Terkait Jenis usaha yang terdapat di Desa Langensari diantaranya, sebanyak 1 unit usaha penjualan benih ikan bandeng, 1 unit usaha penjual benih udang windu, 1 75 25 10 20 30 40 50 60 70 80 31 ‐50 tahun 50 tahun Persen 55 unit usaha penjual pupuk dan obat, dan 1 unit usaha penyewaan alat panen dan penyedia tenaga kerja panen. Modal awal yang diperlukan masing-masing unit usaha sangat berbeda. Usaha penjualan benih ikan bandeng membutuhkan modal mencapai Rp 6.040.000,00 bulan, sedangkan untuk usaha penjualan benih udang windu membutuhkan modal mencapai Rp 12.040.000,00 bulan, modal untuk penjualan bibit ikan bandeng dan udang windu tergantung dari jumlah pesanan dari petani tambak, semakin banyak bibit yang dipesan maka semakin besar modal yang dikeluarkan. Usaha penjual pupuk dan obat untuk tambak polikultur membutuhkan modal sekitar Rp 34.515.000,00. Usaha penyewaan alat panen dan tenaga kerja panen membutuhkan modal sekitar Rp 6.200.000,00. Penerimaan bersih total penerimaan dikurangi total pengeluaran yang berhasil diperoleh dari hasil usaha yang telah dijalani pemilik usaha penjualan bibit bandeng sebesar Rp 1.960.000,00, usaha penjualan bibit udang windu sebesar Rp 1.960.000,00, penjualan pupuk dan obat sebesar Rp 6.125.000,00 dan penyewaan alat panen dan tenaga kerja panen sebesar Rp 300.000,00. Penerimaan bersih dan total biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Pendapatan Bersih Unit Usaha Terkait di Kawasan Budidaya Polikultur per Bulan No. Jenis Usaha Total Penerimaan per Bulan Rp Total Biaya Usaha Rp Total Pendapatan per Bulan Penerimaan - Total Biaya Usaha Rp 1 Penjual bibit bandeng 8.000.000 6.040.000 1.960.000 2 Penjual bibit udang windu 14.000.000 12.040.000 1.960.000 3 Penjual pupuk dan obat 40.640.000 34.515.000 6.125.000 4 Penyewaan alat panen dan tenaga kerja panen 6.500.000 6.200.000 300.000 Sumber : Data Primer, Diolah 2012 56 Penjabaran dari Tabel 4 diatas menunjukkan keberadaan unit usaha di kawasan budidaya polikultur di Desa Langensari telah mampu memberikan dampak bagi para pemilik usaha tersebut berupa pendapatan, karena unit usaha tersebut menyediakan kebutuhan produksi yang dibutuhkan oleh petani tambak budidaya polikultur.

6.1.3 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal

Keberlanjutan usaha budidaya polikultur tidak terlepas dari peran serta masyarakat lokal dalam setiap proses pelaksanaannya, mulai dari tahap rehab pematang pasca panen, hingga distribusi hasil panen. Hal ini dikarenakan usaha budidaya polikultur membutuhkan keterlibatan masyarakat desa sebagai tenaga kerja lokal. Selain itu hal ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat desa dalam sektor ekonomi. Tenaga kerja lokal yang terlibat di sektor usaha budidaya ikan bandeng, seluruhnya merupakan penduduk asli setempat. Sebanyak 27,27 responden menyatakan telah bekerja di sektor usaha budida polikultur antara 17-21 tahun, 22,73 responden telah bekerja di sektor budidaya polikultur selama 7-11 tahun dan 22-26 tahun, 13,64 responden telah bekerja di sektor budidaya polikultur selama 2-6 tahun, 9,09 responden telah bekerja di sektor budidaya polikultur selama 12-16 tahun dan 4,55 responden telah bekerja di sektor budidaya polikultur selama 27-31 tahun. Sebaran lama kerja dari tenaga kerja lokal disajikan dalam Gambar 13. 57 Sumber : Data Primer, Diolah 2012 Gambar 13. Sebaran Lama Bekerja Tenaga Kerja Lokal Seluruh tenaga kerja lokal yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka merasakan adanya manfaat dengan adanya usaha budidaya polikultur berupa penambahan pendapatan. Meskipun sebagian besar pekerja mereka ini bukanlah mata pencaharian utama, namun pekerjaan di sektor budidaya ikan bandeng sudah menjadi keseharian mereka, dan usaha budidaya tambak polikultur ini tidak dapat dipisahkan dari peran tenaga kerja lokal. Tenaga kerja lokal di sektor budidaya polikultur ini diantaranya terdiri dari penjaga kolam, pengangkut hasil panen dan pengoperasi alat panen. Pendapatan perbulan untuk penjaga kolam rata-rata mencapai Rp 1.160.000bulan, sedangkan untuk pekerja pengangkut hasil panen dan pengoperasi alat panen rata-rata mencapai Rp 750.000bulan. Seluruh tenaga kerja memiliki hari kerja yang berbeda, untuk penjaga kolam mereka harus bekerja setiap hari, sedangkan pengangkut hasil panen dan pengoperasi alat panen bekerja selama dua sampai tiga hari dalam seminggu dan tergantung dari jumlah tambak yang dipanen, 13,64 22,73 9,09 27,27 22,73 4,55 ‐ 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 2 ‐6 tahun 7 ‐11 tahun 12‐16 tahun 17‐21 tahun 22‐26 tahun 27‐31 tahun Persen 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 58 namun rata-rata jam kerja mereka tidak lebih dari enam jam sehari, kecuali pada saat musim panen.

6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak

Model fungsi yang digunakan dalam menduka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak polikultur adalah model fungsi Cobb- Douglas . Pendapatan petani tambak ini diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel dengan taraf nyata 5 meliputi luas tambak , hasil panen ikan bandeng , hasil panen udang windu , jumlah tenaga kerja , lama usaha , penggunaan obat , tambak terdapat mangrove , penggunaan pupuk serta diolah dengan menggunakan perangkat lunak Minitab 15. Berdasarkan hasil analisis regresi variabel bebas dan jumlah pendapatan petani tambak polikultur, dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Ln Y = 10,55 + 0,0789 Ln X + 0,305 LnX + 0,816 LnX - 0,0242 LnX + 0,0308 Ln X - 0,0704 D + 0,0785 D + 0,0124 D + Keterangan: Y = Pendapatan petani tambak polikultur Rphamusim a = Intercept b … , b = Koefisien regresi yang akan diduga X = Luas tambak ha X = Hasil panen ikan bandeng Kghamusim X = Hasil panen udang windu Kghamusim X = Jumlah tenaga kerja orang X = Lama usaha tahun D = Dummy penggunaan obat 1= ya, 0= tidak 59 D = Dummy tambak terdapat mangrove 1= ya, 0= tidak D = Dummy penggunaan pupuk 1= ya, 0= tidak ε = Galat atau error Berdasarkan hasil uji statistik dapat dinyatakan bahwa model yang dihasilkan telah memenuhi kriteria. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R-Sq adjusted sebesar 89,9. Hal ini menunjukkan bahwa variabel- variabel luas tambak, hasil panen ikan bandeng, hasil panen udang windu, jumlah tenaga kerja, lama usaha, penggunaan obat, terdapat mangrove dan penggunaan pupuk dapat menjelaskan sebesar 89,9 variasi produksi ikan bandeng dan sisanya sebanyak 10,1 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Uji F dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan, sehingga dapat diketahui pengaruh seluruh variabel bebas terhadap pendapatan petani tambak. Nilai F sebesar 24,47 dengan P-value 0,000 lebih kecil dari taraf nyata α = 5 menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak terlihat pada Tabel 5 Secara rinci hasil regresi pengaruh variabel tak bebas terhadap pendapatan petani tambak dari aktivitas budidaya polikultur dengan menggunakan Minitab 15 disajikan dalam Lampiran 2.Hasil pengolahan data dengan menggunakan softwareMinitab 15 terdapat gambar-gambar berupa grafik yang terdapat di Lampiran 2. Gambar tersebut berfungsi untuk melihat apakah model fungsi yang digunakan memenuhi kriteria uji normalitas dan uji heteroskedastisitas yang akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya yang berjudul uji kriteria ekonometrika. 60 Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Polikultur Variabel Koefisien regresi Standar error Nilai t hitung Peluang VIF Konstanta 10.5541 0,5872 17,97 0,000 Luas Tambak 0,07892 0,04801 1,64 0,124 2,083 Hasil Panen Ikan Bandeng 0,3054 0,1009 3,03 0,010 1,404 Hasil Panen Udang Windu 0,81632 0,08658 9,43 0,000 1,871 Tenaga Kerja -0,02416 0,07813 -0,31 0,762 1,656 Lama Usaha 0,03076 0,03261 0,94 0,363 1,852 Obat -0,07045 0,06067 -1,16 0,266 2,771 Mangrove 0,07853 0,06314 1,24 0,236 1,782 Pupuk 0,01239 0,4221 0,29 0,774 1,188 R-Sq 93,8 R-Sq adj 89,9 α0,05 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 8 1,13482 0,14185 24,47 0,000 Residual Error 13 0,07535 0,00580 Total 21 1,21017 Durbin Watson 1,87286 Sumber : Hasil Output Minitab 15 2012 Model fungsi Cobb-Douglas digunakan untuk mencari model produksi terbaik dari usaha budidaya polikultur dan untuk menjelaskan pengaruh faktor pendapatan petani tambak terhadap produksi budidaya polikultur. Dalam model fungsi Cobb-Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut, penjumlahan dari nilai-nilai koefisien dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Dari model faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak yang diduga, menunjukkan bahwa jumlah-jumlah nilai koefisien regresi adalah 1,288. Jumlah elastisitas produksi lebih besar dari satu menunjukkan bahwa skala usaha budidaya tambak polikultur pada skala kenaikan hasil meningkat increasing return to scale. Fungsi pengaruh pendapatan petani tambak pada penelitian ini termasuk kedalam daerah produksi satu karena mempunyai elastisitas lebih dari satu sehingga berada di daerahirrasional. Daerah produksi ini mencerminkan hasil panen ikan bandeng dan udang windu belum optimal sehingga keuntungan 61 maksimal belum tercapai. Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi pendapatan petani tambak sebagai berikut: a. Luas Tambak Rata-rata luas tambak di Desa Langensari untuk setiap unitnya adalah satu hektar. Dalam penelitian ini luas tambak berpengaruh positif terhadap pendapatan petani tambak. Meskipun memiliki pengaruh positif, secara statistik luas tambak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak pada taraf nyata 5 karena memiliki nilai P sebesar 0,124. b. Hasil Panen Ikan Bandeng Hasil panen ikan bandeng merupakan jumlah bobot ikan bandeng yang dipanen setiap hektarnya. Jumlah bobot ikan bandeng setiap petani berbeda tergantung ukuran ikan pada saat dipanen. Rata-rata jumlah bobot ikan bandeng yang diterima petani saat panen sebesar 193 kghektarmusim. Dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil regresi, hasil panen ikan bandeng berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai P sebesar 0,010 artinya hasil panen ikan bandeng signifikan pada taraf nyata α = 5. Hal ini dikarenakan semakin besar hasil panen ikan bandeng yang didapat dapat meningkatkan pendapatan petani tambak. Berdasarkan hasil analisis Cobb-Douglas, faktor hasil panen ikan bandeng memiliki koefisien sebesar 0,305 artinya setiap peningkatan 1 hasil panen ikan bandeng diduga rata-rata akan meningkatkan pendapatan petani tambak sebesar 0,305 dengan asumsi variabel lain tetap cateris paribus. c. Hasil Panen Udang Windu Hasil panen udang windu merupakan jumlah bobot udang windu yang dipanen setiap hektarnya. Jumlah bobot udang windu setiap petani berbeda 62 tergantung ukuran udang windu pada saat dipanen. Rata-rata jumlah bobot udang windu yang diterima petani saat panen sebesar 88 kghektarmusim. Dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil regresi, hasil panen udang windu berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai P sebesar 0,000 artinya hasil panen udang windu signifikan pada taraf nyata α = 5. Hal ini dikarenakan semakin besar hasil panen udang windu yang didapat dapat meningkatkan pendapatan petani tambak. Berdasarkan hasil analisis Cobb- Douglas , faktor hasil panen udang windu memiliki koefisien sebesar 0,816 artinya setiap peningkatan 1 hasil panen udang windu diduga rata-rata akan meningkatkan pendapatan petani tambak sebesar 0,816 dengan asumsi variabel lain tetap cateris paribus. d. Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja memiliki hubungan negatif terhadap pendapatan petani tambak. Dalam penelitian ini hasil regresi menunjukkan penggunaan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada α = 5 karena memiliki P sebesar 0,762. Hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja untuk usaha budidaya polikultur akan menambah biaya yang dikeluarkan oleh petani tambak. Dilihat dari sistem budidaya yang dilakukan petani adalah sistem budidaya tradisional dimana petani tambak tidak memberikan pakan tambahan untuk tambak, sehingga pemilik tambak dapat melakukan kegiatan usaha budidaya sendiri. Penggunaan tenaga kerja akan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani tambak, sehingga penggunaan tenaga kerja tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak. 63 e. Lama Usaha Lama usaha memiliki hubungan positif terhadap pendapatan petani tambak. Dalam penelitian ini hasil regresi menunjukkan lama usaha tidak berpengaruh nyata pada α = 5 karena memiliki P sebesar 0,363. Hal ini diduga lama usaha dalam budidaya tambak polikultur tidak terlalu berpengaruh. Pendapatan petani tambak tidak terlalu dipengaruhi oleh seberapa lama petani tersebut melakukan usaha budidaya tambak polikultur, tetapi lebih dipengaruhi oleh hasil panen dari tambak tersebut, untuk pengelolaan tambak para petani yang baru memulai usahanya sudah bisa melakukan dengan baik sebab adanya bimbingan dan informasi yang didapat dari kelompok tani, oleh karena itu lama usaha tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak. f. Obat Penggunaan obat tidak dilakukan oleh semua petani tambak. Obat yang digunakan petani tambak di Desa Langensari adalah obat perangsang makan. Dalam penelitian ini obat merupakan Dummy 1, penggunaan obat memiliki hubungan negatif terhadap pendapatan petani tambak. Hasil regresi menunjukkan penggunaan obat tidak berpengaruh nyata pada α = 5, karena memiliki nilai P sebesar 0,266, artinya secara statistik variabel obat tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak. Hal ini diduga penggunaan obat yang dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan ikan bandeng dan udang windu tidak terlalu berpengaruh dan menambah biaya yang dikeluarkan oleh petani tambak. Penggunaan obat perangsang makan bertujuan agar ikan bandeng dan udang windu menjadi cepat besar karena meningkatnya nafsu makan. Sistem tambak yang digunakan petani tambak adalah sistem tradisional dimana tidak diberikan 64 pakan tambahan dan mengandalkan pakan alami klekap, ketersediaan pakan alami tersebut tidak dapat ditentukan oleh petani tambak, sehingga keterbatasan pakan ini yang menyebabkan obat perangsang makan tidak mimiliki pengaruh pada cepat atau tidaknya pertumbuhan ikan bandeng dan udang windu. Penggunaan obat juga dapat meningkatkan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani tambak sehingga mengurangi pendapatan yang diterima oleh petani tambak, oleh karena penggunaan obat tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dan memiliki hubungan negatif. g. Mangrove Penanaman mangrove tidak dilakukan oleh semua petani tambak. Mangrove memiliki peran yang cukup penting pada usaha budidaya tambak, jenis pohon mangrove yang ditanam sebagian besar jenis mangrove api-api. Peran mangrove dalam budidaya tambak ini sebagai salah satu tempat berlindung bagi benih udang dan ikan bandeng, kemudian daun pohon mangrove yang berguguran memiliki nilai sebagai pupuk hijau pupuk alami untuk menyuburkan tambak. Mangrove memiliki hubungan positif terhadap pendapatan petani tambak. Dalam penelitian ini mangrove merupakan Dummy 2, hasil regresi memperlihatkan bahwa mangrove tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai P sebesar 0,236, artinya mangrove tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata α = 5. Ketersediaan mangrove memiliki koefisien regresi sebesar 0,07853 yang menunjukkan bahwa petani tambak yang terdapat mangrove akan dapat meningkatkan pendapatan petani tambak sebesar 0,07853 lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terdapat mangrove. 65 h. Pupuk Penggunaan pupuk tidak dilakukan oleh semua petani tambak. Penggunaan pupuk memiliki hubungan positif terhadap pendapatan petani tambak. Dalam penelitian ini hasil regresi menunjukkan penggunaan pupuk tidak berpengaruh nyata pada α = 5 karena memiliki P sebesar 0,774. Pupuk yang digunakan oleh petani tambak adalah pupuk urea, berdasarkan hasil wawancara fungsi pupuk urea untuk menjaga suhu air tambak agar tidak panas yang akhirnya dapat menyebabkan bibit ikan bandeng dan udang windu mati akibat stress. Namun pada kenyataannya penggunaan pupuk urea tidak berpengaruh pada hasil output budidaya tambak polikultur, oleh karena itu penggunaan pupuk tidak memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak.

6.2.1 Uji Kriteria Ekonometrika a.

Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linear antara variabel bebas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai dari VIF. Apabila nilai VIF ini lebih dari 10 berarti pada model terdapat multikolinearitas. Nillai VIF yang terdapat pada Tabel 5 untuk analisis faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak polikultur berkisar antara 1,188 sampai 2,771 yang berarti bahwa pendugaan model yang digunakan tidak menunjukkan terjadinya multikolinearitas.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk model fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatn petani tambak berdasarkan Lampiran 2 terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi dan jumlah pengamatan dengan nilai masing-masing 66 -8,55881E-15, 0,05990, dan 22. Hasil statistik Kolmogorov-Smirnov KS adalah 0,089 dengan p-value melebihi 15. Terlihat bahwa nilai KS-hitung lebih kecil dari KS-Tabel 0,2528. Kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah model Cobb-Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal. Jadi, asumsi kenormalan residual telah dipenuhi sehingga model regresi yang dibuat bias digunakan.

c. Uji Heteroskedastisitas