Hati ENZIM SUPEROKSIDA DISMUTASE SOD SEBAGAI

terkontrol secara benar oleh sistem pertahanan tubuh, akan memicu munculnya berbagai penyakit kronis Winarsi 2007. Pada organisme aerobik yang sehat, produksi ROS seimbang dengan sistem pertahanan antioksidan Halliwell dan Gutteridge 1999. Peningkatan produksi ROS stres oksidatif dapat menghambat aksi dari enzim-enzim antioksidan SOD, katalase, GSH peroksidase dan reduktase, serta GSH Sikka et al. 1995. Ketidakseimbangan antara produksi ROS dan pertahanan antioksidan disebut dengan stres oksidatif Halliwell dan Gutteridge 1999. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan sel. Radikal bebas yang terbentuk di dalam sel dapat mengoksidasi biomolekul dan menyebabkan kematian sel serta kerusakan jaringan Cheeseman dan Slater 1993. Pada kebanyakan penyakit manusia, ROS diproduksi dalam jumlah yang lebih besar sebagai akibat dari kerusakan jaringan Halliwell dan Gutteridge 1999. Senyawa radikal bebas sangat aktif menyerang molekul penting yang berada di sekelilingnya. Menurut Sikka 2004, kerusakan oksidatif dapat terus terjadi apabila ketidakseimbangan antara radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan terus berlanjut. Adanya ketidakseimbangan antara radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan mengakibatkan status pertahanan antioksidan intrasel tidak mampu atau tidak mencukupi untuk menangkal reaktivitas dan berlebihnya pembentukan radikal bebas, sehingga menurunkan sistem pertahanan enzim SOD intrasel. Penurunan kemampuan antioksidan SOD intrasel menyebabkan berkurangnya eliminasi senyawa ROS radical oxygen species yang bertanggung jawab terhadap kerusakan sel DNA dan terbentuknya proses peroksidasi lipid. Kekacauan sistem pertahanan antioksidan tersebut selanjutnya menyebabkan peroksidasi membran fosfolipid oleh radikal bebas. Sebagai konsekuensinya, terjadi perubahan fluiditas dan integritas membran oleh akumulasi peroksidasi lipid. Sanocka dan Kurpisz 2004 menyebutkan bahwa karena radikal bebas dapat bereaksi dengan komponen-komponen membran, terjadinya kerusakan diduga tidak hanya berlangsung pada membran plasma saja, tetapi juga pada bagian internal sel. Akibat peningkatan peroksidasi lipid tersebut, metabolisme sel tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Dengan demikian, tubuh membutuhkan agen antioksidatif lain yang dapat membantu enzim SOD untuk menangkal radikal bebas tersebut. Pengukuran aktivitas profil enzim antioksidan merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa tinggi kandungan radikal bebas di dalam tubuh. Aktivitas SOD bervariasi pada beberapa organ tikus. Aktivitas SOD tertinggi terdapat dalam hati, kemudian dalam kelenjar adrenal, ginjal, darah, limpa, pankreas, otak, paru-paru, usus, ovarium, dan timus Halliwell dan Gutteridge 1999.

2.3.1 Hati

Hati adalah organ solid yang terbesar di dalam tubuh dan terdapat pada bagian kuadran kanan atas abdomen, di bawah diafragma Langen dan Madsen 2010. Berat hati manusia berada pada jangkauan yang mendekati 1,300 gram pada wanita hingga 1,800 gram pada pria dan merupakan 1.8- 3.1 bagian dari total berat badan Langen dan Madsen 2010. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang masing-masing tersusun lagi oleh unit-unit yang lebih kecil yaitu lobulus. Lobulus terdiri atas sel-sel hati hepatosit yang berperan sebagai unit fungsional hati Corwin 2007. Hati menerima suplai darah dari beberapa sumber yang berbeda Corwin 2007. Sebagian besar aliran darah hati, melalui vena porta sekitar 1,000 mlmenit, berasal dari lambung, usus halus, usus besar, pankreas, dan limpa. Darah tersebut kurang mengandung oksigen, tetapi mengandung zat- zat gizi dan mungkin juga mengandung bakteri usus, racun, serta obat yang dicerna. Sumber darah hati yang lain adalah arteri hepatika yang mengalirkan darah sekitar 500 mlmenit dan mengandung oksigen yang tinggi. 13 Hati merupakan bagian tubuh utama yang berperan dalam proses detoksifikasi metabolit- metabolit toksik Banudevi et al. 2006. Hati seringkali menjadi terganggu oleh toksin-toksin dari lingkungan, kebiasaan makan yang kurang baik, dan penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Akibatnya, hati menjadi rusak dan lemah serta pada akhirnya menyebabkan hepatitis, sirosis, dan penyakit hati lainnya Hassan dan Yousef 2010. Sel-sel hati bekerja secara endokrin maupun eksokrin. Kerja hati sebagai kelenjar eksokrin adalah meneruskan empedu ke dalam duodenum dan mengeluarkan produk sisa dari perombakan sel darah merah biliverdin dan bilirubin, serta mengemulsikan lemak sehingga dapat membantu mengabsorpsi lemak dari usus kecil. Hati merupakan pusat detoksifikasi zat beracun dalam tubuh. Hati menjalankan fungsi detoksifikasi dengan mengolah bahan berbahaya menjadi tidak berbahaya yang selanjutnya akan dibuang oleh ginjal Cahyono 2009. Kemampuan untuk mendetoksifikasi atau menghilangkan zat-zat racun dari tubuh dikontrol oleh enzim yang terutama berlokasi di dalam hati Muchtadi 1993, yang salah satunya adalah enzim superoksida dismutase. Kerja endokrin hati sebagai kelenjar endokrin adalah terlibat dalam sekresi faktor pertumbuhan Corwin 2007. Hati memiliki beberapa peranan, seperti menghilangkan dan mengeksresikan racun, bahan- bahan yang tidak berguna bagi tubuh, dan hormon; menghasilkan bilirubin; menyimpan vitamin, mineral, dan gula; memproses nutrien yang diserap oleh saluran pencernaan; memproduksi faktor imun; dan menghilangkan bakteri Langen dan Madsen 2010. Hati memiliki bagian yang bernama sel Kupffer. Fungsi utama dari sel Kupffer adalah melakukan fagositosis terhadap partikel-partikel asing, membuang endotoksin atau bahan-bahan toksik lainnya, dan memodulasi respon imun dengan adanya mediator Langen dan Madsen 2010. Mikroflora usus menghasilkan banyak komponen seperti amonia, etanol, asetaldehida, fenol, dan benzodiazepines yang mempengaruhi dan dimetabolisme oleh hati Langen dan Madsen 2010. Selain itu, struktur sel mikroba lipopolisakarida, DNA, dan lipoteichoic acid dan faktor-faktor bioaktif yang disekresikan juga dapat mempengaruhi fisiologi dan sistem imun. Fungsi hati dapat terganggu apabila terdapat faktor-faktor yang mengganggu kerja hati, seperti infeksi virus hepatitis dan bakteri, tumor, tumpukan lemak yang berlebihan, cedera hati pada kasus kecelakaan, dan sebagainya Cahyono 2009. Adanya gangguan saluran pencernaan dalam mempertahankan mikroba usus di dalam lumen juga berperan penting dalam patogenesis penyebab berbagai penyakit hati Langen dan Madsen 2010. Sirosis adalah salah satu penyakit hati. Berbagai studi telah melaporkan bahwa pasien yang menderita sirosis hati memiliki berbagai tingkat ketidakseimbangan dari flora usus. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan bacterial overgrowth yang kemudian menimbulkan masalah infeksi bakteri Langen dan Madsen 2010. Oleh karena itu, mengubah mikroflora saluran pencernaan dengan organisme probiotik yang bersifat non-invasif dan dapat meningkatkan imunitas merupakan usulan yang baik sebagai salah satu terapi untuk mereduksi tingkat translokasi dari bakteri dan mencegah terjadinya penyakit hati.

2.3.2 Ginjal