Enteropathogenic Escherichia coli EPEC

dehidrasi kehilangan cairan dan garam-garaman, terutama natrium dan kalium yang cepat, terutama pada anak-anak dan dapat menyebabkan kematian jika tidak diberikan pengobatan. Salah satu penyebab diare adalah infeksi bakteri ke dalam usus, seperti infeksi oleh bakteri enteropathogenic Escherichia coli EPEC. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang dikonsumsi. Setelah masuk ke dalam tubuh saluran pencernaan, bakteri ini dapat tumbuh, berkembang biak, dan menimbulkan penyakit seperti diare. Bakteri tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel-sel usus sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan penyerapan oleh usus dan dapat menurunkan kekebalan tubuh. Dengan demikian, diare akibat infeksi EPEC mengindikasikan bahwa terdapat ketidakseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan karena dalam keadaan normal, jumlah mikroflora yang menguntungkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bakteri patogen.

2.2.1 Enteropathogenic Escherichia coli EPEC

EPEC tidak sama dengan bakteri Escherichia coli normal yang terdapat di dalam usus besar. EPEC menyebabkan penyakit dengan cara berikatan dengan permukaan sel-sel inangnya dan secara langsung menginjeksi faktor virulens ke dalam sel tersebut Vallance dan Finlay 2000. Menurut Janda dan Abbott 2006, dosis infeksi EPEC adalah berkisar antara 10 6 -10 10 cfuml, dengan waktu inkubasi berkisar antara 9-19 jam, dan durasi dari terjadinya diare rata-rata adalah selama lima hari. Gejala-gejala yang umum timbul akibat infeksi EPEC adalah diare, sakit perut, dan demam yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi Janda dan Abbott 2006. Mekanisme EPEC dalam menyebabkan infeksi adalah dengan melakukan penempelan pada sel-sel epitelial tubuh. EPEC menempel dengan pola localized adherence LA di mana EPEC dalam bentuk mikrokoloni menempel dengan kuat pada lokasi-lokasi tertentu dari permukaan sel epitelial dan menyebabkan kerusakan pada mikrovili usus Janda dan Abbott 2006. EPEC juga dapat memproduksi sitotoksin berupa CDLT cytolethal distending toxin yang bersifat letal untuk mempengaruhi sel, di mana sel tersebut akan menjadi memanjang secara abnormal dibandingkan dengan sel normal sebelum kematian sel, sehingga pada akhirnya dapat menginduksi kerusakan jaringan Janda dan Abbott 2006. Selain dapat menyebabkan diare, infeksi EPEC juga dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Apabila mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh, terdapat dua pertahanan utama yang berperan, yaitu efek perusakan oleh bahan-bahan kimiawi yang larut seperti enzim bakterisidal dan mekanisme fagositosis Roitt 2002. Di dalam jaringan, fagositosis dilakukan oleh makrofag. Dalam peristiwa fagositosis, akan terjadi penghancuran benda asing EPEC, di mana makrofag akan mengeluarkan radikal-radikal bebas. Menurut Roitt 2002, ketika fagositosis dimulai, terjadi peningkatan yang mencolok dari kegiatan hexose monophosphate shunt yang membangun NADPH. Kemudian elektron-elektron keluar dari NADPH menuju ke flavoprotein membran yang mengandung FAD dan selanjutnya menuju ke suatu sitokrom membran plasma yang khas, yang berikutnya memungkinkan elektron untuk mengurangi oksigen molekuler langsung menjadi anion superoksida. Dalam penghancuran benda asing EPEC tersebut, terjadi pengeluaran radikal bebas dan menyebabkan terjadinya peradangan inflamasi pada sel-sel tubuh di sekitarnya. Gejala yang tampak pada systemic inflammatory syndrome diduga disebabkan oleh disregulasi fagosit PMN polimorfonuklear yang menghasilkan radikal superoksida dan mieloperoksida yang berlebihan 9 Kresno 2001. Jika tubuh tidak dapat mengatasi hal ini, akan terjadi stres oksidatif yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Oleh karena itu, untuk menetralkan banyaknya radikal bebas yang dihasilkan tersebut, diperlukan enzim superoksida dismutase di jaringan, glutation peroksidase di mitokondria, dan katalase di peroksisom. Jadi, jika benda asing EPEC yang masuk atau terinfeksi ke dalam tubuh berada dalam jumlah yang banyak, enzim penetral radikal yang diperlukan dikeluarkan juga banyak.

2.2.2 Keseimbangan Mikroflora Saluran Pencernaan