Ginjal Pengukuran Enzim Superoksida Dismutase SOD

Hati merupakan bagian tubuh utama yang berperan dalam proses detoksifikasi metabolit- metabolit toksik Banudevi et al. 2006. Hati seringkali menjadi terganggu oleh toksin-toksin dari lingkungan, kebiasaan makan yang kurang baik, dan penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Akibatnya, hati menjadi rusak dan lemah serta pada akhirnya menyebabkan hepatitis, sirosis, dan penyakit hati lainnya Hassan dan Yousef 2010. Sel-sel hati bekerja secara endokrin maupun eksokrin. Kerja hati sebagai kelenjar eksokrin adalah meneruskan empedu ke dalam duodenum dan mengeluarkan produk sisa dari perombakan sel darah merah biliverdin dan bilirubin, serta mengemulsikan lemak sehingga dapat membantu mengabsorpsi lemak dari usus kecil. Hati merupakan pusat detoksifikasi zat beracun dalam tubuh. Hati menjalankan fungsi detoksifikasi dengan mengolah bahan berbahaya menjadi tidak berbahaya yang selanjutnya akan dibuang oleh ginjal Cahyono 2009. Kemampuan untuk mendetoksifikasi atau menghilangkan zat-zat racun dari tubuh dikontrol oleh enzim yang terutama berlokasi di dalam hati Muchtadi 1993, yang salah satunya adalah enzim superoksida dismutase. Kerja endokrin hati sebagai kelenjar endokrin adalah terlibat dalam sekresi faktor pertumbuhan Corwin 2007. Hati memiliki beberapa peranan, seperti menghilangkan dan mengeksresikan racun, bahan- bahan yang tidak berguna bagi tubuh, dan hormon; menghasilkan bilirubin; menyimpan vitamin, mineral, dan gula; memproses nutrien yang diserap oleh saluran pencernaan; memproduksi faktor imun; dan menghilangkan bakteri Langen dan Madsen 2010. Hati memiliki bagian yang bernama sel Kupffer. Fungsi utama dari sel Kupffer adalah melakukan fagositosis terhadap partikel-partikel asing, membuang endotoksin atau bahan-bahan toksik lainnya, dan memodulasi respon imun dengan adanya mediator Langen dan Madsen 2010. Mikroflora usus menghasilkan banyak komponen seperti amonia, etanol, asetaldehida, fenol, dan benzodiazepines yang mempengaruhi dan dimetabolisme oleh hati Langen dan Madsen 2010. Selain itu, struktur sel mikroba lipopolisakarida, DNA, dan lipoteichoic acid dan faktor-faktor bioaktif yang disekresikan juga dapat mempengaruhi fisiologi dan sistem imun. Fungsi hati dapat terganggu apabila terdapat faktor-faktor yang mengganggu kerja hati, seperti infeksi virus hepatitis dan bakteri, tumor, tumpukan lemak yang berlebihan, cedera hati pada kasus kecelakaan, dan sebagainya Cahyono 2009. Adanya gangguan saluran pencernaan dalam mempertahankan mikroba usus di dalam lumen juga berperan penting dalam patogenesis penyebab berbagai penyakit hati Langen dan Madsen 2010. Sirosis adalah salah satu penyakit hati. Berbagai studi telah melaporkan bahwa pasien yang menderita sirosis hati memiliki berbagai tingkat ketidakseimbangan dari flora usus. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan bacterial overgrowth yang kemudian menimbulkan masalah infeksi bakteri Langen dan Madsen 2010. Oleh karena itu, mengubah mikroflora saluran pencernaan dengan organisme probiotik yang bersifat non-invasif dan dapat meningkatkan imunitas merupakan usulan yang baik sebagai salah satu terapi untuk mereduksi tingkat translokasi dari bakteri dan mencegah terjadinya penyakit hati.

2.3.2 Ginjal

Ginjal merupakan organ yang penting untuk mempertahankan keseimbangan air, garam, dan elektrolit. Ginjal terdiri atas bagian korteks di sebelah luar yang mengandung semua kapiler glomerulus dan sebagian segmen tubulus pendek, serta bagian medula di sebelah dalam tempat sebagian besar segmen tubulus berada Corwin 2007. Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi sebagai pengatur komposisi kimia darah dengan mengekskresikan padatan dan air secara selektif. Ginjal terlibat dalam eliminasi dari substansi- substansi toksik Banudevi et al. 2006. Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan atau 14 mensekresikan zat sisa metabolisme dan zat-zat lain yang berbahaya terhadap tubuh, sambil mempertahankan konstituen darah yang masih berguna Davey 2006. Fungsi vital ginjal dilakukan dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus, yang kemudian diikuti dengan reabsorpsi sejumlah cairan dan air yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal Sabiston 1992. Ginjal berperan untuk mempertahankan cairan tubuh pada jumlah yang konstan Bacha dan Bacha 2000. Dengan demikian, ginjal merupakan organ yang sangat penting sebagai alat saring, alat serap kembali, serta sebagai organ endokrin dan eksokrin. Ginjal dapat mengalami infeksi akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih, termasuk ginjal, disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli Corwin 2007. Area yang paling sering terkena infeksi adalah bagian tubulus Corwin 2007.

2.3.3 Pengukuran Enzim Superoksida Dismutase SOD

Salah satu cara untuk mengetahui keberadaan kandungan enzim SOD dalam jaringan adalah melalui pewarnaan imunohistokimia. Pewarnaan imunohistokimia bertujuan untuk melihat komponen aktif, seperti enzim dan hormon, yang terdapat di dalam sel atau jaringan. Prinsip dari teknik pewarnaan imunohistokimia adalah ikatan kunci dan gembok antara antigen enzim Cu, Zn- SOD dan antibodi antibodi monoklonal Cu, Zn-SOD. Gambar 2 berikut menunjukkan gambaran prinsip teknik pewarnaan imunohistokimia. Gambar 2. Prinsip teknik pewarnaan imunohistokimia SOD yang terdapat dalam jaringan hatiginjal dikenal sebagai antigen oleh antibodi primer antibodi monoklonal SOD. Kemudian, antibodi primer akan berikatan dengan antibodi sekunder anti-antibodi primer yang dikonjugasikan dengan peroksidase Dako Envision Peroxidase System atau DEPS. Peroksidase ini berfungsi untuk mengkatalisis reaksi antara kromogen diamino bezidine atau DAB dan hidrogen peroksida H 2 O 2 sehingga dapat terbentuk endapan warna coklat sebagai visualisasi adanya SOD. Dengan demikian, pembentukan warna coklat menunjukkan adanya ikatan antara antibodi dengan antigen SOD. Warna coklat juga menunjukkan keberadaan SOD. Semakin tua intensitas warna coklatnya, maka semakin banyak kandungan SOD-nya. Berikut adalah reaksi yang terjadi dalam pembentukan endapan warna coklat. DAB + H 2 O 2 H 2 O + endapan coklat peroksidase 15

III. METODE PENELITIAN

Secara keseluruhan, diagram alir penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. Pengaturan waktu pencekokan selama 1-21 hari Data efek antidiare dan antioksidatif yogurt sinbiotik Analisis: 1. Pengamatan feses penampakan dan kadar air feses, pengamatan anus, dan penimbangan berat badan 2. Kandungan superoksida dismutase SOD jaringan hati dan ginjal

II. Pengujian Sifat Antidiare dan

Antioksidatif Pengujian antidiare dan antioksidatif yogurt sinbiotik secara in vivo dengan membentuk kelompok tikus percobaan: 1. Kontrol negatif 2. Yogurt sinbiotik 3. Yogurt sinbiotik + EPEC 4. Kontrol positif 5. Yogurt standar Formula yogurt Pengujian aktivitas antibakteri, pengamatan tekstur, dan pengukuran pH dari yogurt Pembuatan yogurt dengan formula: 1 Formula 1: L. bulgaricus + S. thermophilus 2 Formula 2: L. bulgaricus + S. thermophilus + L. plantarum 2C12 3 Formula 3: L. bulgaricus + S. thermophilus + L. fermentum 2B4 4 Formula 4: L. bulgaricus + S. thermophilus + L. plantarum 2C12 + L. fermentum 2B4

I. Pengujian

antibakteri formula yogurt Gambar 3. Diagram alir penelitian 16