Kandungan Enzim Superoksida Dismutase SOD pada Jaringan Ginjal

gen yang menyebabkan peningkatan pertahanan antioksidan. Proses adaptasi ini merupakan proses yang time-dependent Plaks et al. 2004. Aktivasi ekstensif dari sel-sel fagosit, yang menghasilkan ROS, dapat memperparah kerusakan jaringan dan inflamasi Halliwell dan Gutteridge 1999. Oleh karena itu, semakin banyak enzim Cu, Zn-SOD yang perlu dikeluarkan untuk menangkap ROS tersebut sehingga kandungannya di dalam jaringan hati menjadi menurun. Kemudian, tikus kelompok yogurt sinbiotik + EPEC menunjukkan kandungan Cu, Zn-SOD yang tinggi setelah mendapatkan perlakuan yogurt sinbiotik terminasi hari ke-8. Lalu, setelah mendapatkan perlakuan intervensi EPEC, namun masih mendapat perlakuan yogurt sinbiotik terminasi hari ke-15, kelompok tersebut memperlihatkan penurunan kandungan Cu, Zn-SOD. Selanjutnya, tikus kelompok yogurt sinbiotik + EPEC mengalami peningkatan kandungan Cu, Zn- SOD kembali setelah intervensi EPEC dihentikan terminasi hari ke-22. Hal ini membuktikan bahwa perlakuan dengan yogurt sinbiotik dapat mempertahankan kandungan enzim Cu, Zn-SOD sehingga dapat menjaga keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas dan selanjutnya tetap menjaga integritas sel-sel tubuh. Penyebabnya adalah probiotik L. fermentum mampu menstimulasi sistem imun. Peran et al. 2006 menyebutkan bahwa perlakuan dengan L. fermentum menunjukkan pemulihan dari respon inflamasi pada tikus kolitis mengalami radang usus besar.

4.2.5 Kandungan Enzim Superoksida Dismutase SOD pada Jaringan Ginjal

Berdasarkan pewarnaan imunohistokimia terhadap enzim SOD pada jaringan ginjal, diperoleh fotomikrograf dan hasil perhitungan inti sel tubuli renalis ginjal. Contoh hasil dari pewarnaan imunohistokimia dari jaringan ginjal tikus dapat dilihat pada Gambar 9. Keterangan: i. +++ = positif kuat warna coklat tua j. ++ = positif sedang warna coklat sedang k. + = positif lemah warna coklat yang bercampur dengan biru l. - = negatif warna biru Gambar 9. Fotomikrograf jaringan ginjal tikus 36 Pengamatan kualitatif terhadap jaringan ginjal tikus pada terminasi hari ke-8 Lampiran 33 menunjukkan bahwa tikus kelompok yogurt sinbiotik dan kelompok yogurt sinbiotik + EPEC, yang baru mendapatkan perlakuan yogurt sinbiotik saja pada hari ke-1 sampai 7, memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif, yang tidak mendapatkan perlakuan yogurt sinbiotik. Kemudian pada terminasi hari ke-15, pengamatan kualitatif Lampiran 34 menunjukkan bahwa tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang paling tinggi, diikuti dengan tikus kelompok kontrol negatif, kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC, serta kelompok kontrol positif. Lalu pengamatan kualitatif pada terminasi hari ke-22 Lampiran 35 menunjukkan bahwa tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sementara itu, tikus kelompok yang diberi yogurt standar memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang relatif sama dengan kelompok kontrol negatif. Kemudian, tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC serta kelompok kontrol positif memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang paling rendah dibandingkan dengan kelompok lainnya. Untuk memperjelas pengamatan kualitatif di atas, dilakukan pengamatan kuantitatif terhadap inti sel tubuli renalis ginjal. Hasil perhitungan inti sel tubuli renalis ginjal tikus pada terminasi hari ke-8, 15, dan 21 disajikan pada Tabel 7 dan hasil uji Anova dan diagram batang persentase jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang mengandung SOD dan yang tidak mengandung SOD pada Lampiran 36-48. Terminasi hari ke-8 menunjukkan bahwa tikus kelompok yogurt sinbiotik dan kelompok yogurt sinbiotik + EPEC, yang pada hari ke-1 sampai ke-7 mendapatkan perlakuan yogurt sinbiotik saja, memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kelompok kontrol negatif dan kontrol positif, yang tidak mendapatkan perlakuan. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat pada tikus kelompok yogurt sinbiotik dan kelompok yogurt sinbiotik + EPEC lebih tinggi secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Dengan demikian, yogurt sinbiotik terbukti dapat meningkatkan kandungan Cu, Zn-SOD pada jaringan ginjal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, L. fermentum ME-3 memiliki potensi antioksidatif yang tinggi Songisepp et al. 2004 dan memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidatif yang bermanfaat untuk memperbaiki status stres oksidatif organisme yang mengonsumsinya dan mengurangi risiko infeksi Mikelsaar dan Zilmer 2009. Oleh karena itu, yogurt sinbiotik ini juga mampu meningkatkan kandungan enzim Cu, Zn-SOD pada jaringan ginjal tikus. Pada terminasi hari ke-15, yogurt sinbiotik masih menunjukkan kondisi ginjal kandungan Cu, Zn-SOD tikus yang lebih baik dibandingkan tanpa pemberian yogurt sinbiotik. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat dan sedang pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik lebih tinggi secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Selain itu, hal ini ditunjukkan pula oleh jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik lebih rendah secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa yogurt sinbiotik dapat meningkatkan kandungan Cu, Zn-SOD. Terminasi hari ke-15 juga menunjukkan bahwa tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC memiliki kandungan Cu, Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC lebih tinggi secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Kandungan Cu, Zn-SOD yang rendah pada kelompok kontrol positif disebabkan oleh terjadinya infeksi EPEC yang mengakibatkan 37 terjadinya patogenesis sehingga menurunkan kandungan Cu, Zn-SOD. Menurut Cheng et al. 2006, invasi bakteri dan fungi patogen ke dalam tubuh inang menyebabkan aktivitas SOD menurun. Hal ini didukung oleh penelitiannya baru-baru ini yang menunjukkan bahwa udang Macrobrachium rosenbergii yang diinjeksi dengan Lactococcus garvieae patogen bagi Macrobrachium rosenbergii yang menyebabkan nekrosis pada otot dan hepatopankreas mengalami penurunan ekspresi Cu, Zn- SOD RNA di hepatopankreas. Dengan demikian, yogurt sinbiotik dapat memberikan efek yang lebih baik pada tubuh ketika terjadi infeksi EPEC daripada tanpa pemberian yogurt sinbiotik karena yogurt sinbiotik dapat meningkatkan kandungan Cu, Zn-SOD. Tabel 7. Rata-rata jumlah inti sel ginjal dengan berbagai tingkat kandungan Cu, Zn-SOD pada jaringan ginjal tikus pada terminasi hari ke-8, 15, dan 22 per bidang pandang dengan perbesaran 200× Terminasi Hari ke-8 Jumlah Inti Sel Tubuli Renalis Ginjal Tikus +++ ++ + - Baseline 79.67 ± 3.51 a 59.00 ± 5.57 a 19.67 ± 2.08 a 61.33 ± 3.06

a,b

Kontrol negatif 73.67 ± 3.06 a 47.00 ± 5.00 a 18.00 ± 2.00 a 81.00 ± 10.00 c Yogurt sinbiotik 100.00 ± 3.60 b 51.00 ± 7.55 a 22.33 ± 1.53 a 51.33 ± 7.02

a,b

Yogurt sinbiotik + EPEC 114.00 ± 11.79 b 48.33 ± 8.74 a 21.33 ± 2.08 a 48.67 ± 6.51 a Kontrol positif 77.00 ± 7.55 a 49.33 ± 8.39 a 21.00 ± 2.64 a 63.67 ± 1.53 b Terminasi Hari ke-15 Kontrol negatif 59.00 ± 4.00 b 45.67 ± 8.14 c 25.67 ± 4.93 c 96.33 ± 5.51 b Yogurt sinbiotik 76.00 ± 6.08 c 63.67 ± 4.72 d 34.33 ± 1.53 d 54.67 ± 3.51 a Yogurt sinbiotik + EPEC 52.00 ± 4.58 b 33.67 ± 1.53 b 17.33 ± 3.06 b 128.33 ± 3.06 c Kontrol positif 5.33 ± 4.16 a 19.67 ± 3.06 a 9.33 ± 1.53 a 203.33 ± 8.14 d Terminasi Hari ke-22 Kontrol negatif 63.33 ± 4.04 b,c 47.00 ± 1.73 b,c 34.00 ± 2.64 b 94.00 ± 7.00 c Yogurt sinbiotik 68.00 ± 6.56 c 55.67 ± 5.86 d 32.67 ± 3.78 b 51.33 ± 4.16 a Yogurt sinbiotik + EPEC 53.33 ± 7.37 b 41.00 ± 3.60 b 19.67 ± 2.31 a 98.33 ± 5.03 c Kontrol positif 22.33 ± 2.08 a 22.33 ± 1.53 a 17.00 ± 4.58 a 153.00 ± 5.29 d Yogurt standar 56.33 ± 4.62 b 52.67 ± 4.16 c,d 34.67 ± 3.51 b 75.00 ± 4.58 b Keterangan: • Uji statistika Anova dan Duncan dilakukan dalam setiap kolom tabel dan waktu terminasi yang sama • Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata p 0.05 Lampiran 36-47 Reid 2001 menyatakan bahwa penyebab utama infeksi saluran pencernaan pada orang- orang yang tinggal di daerah pinggiran kota adalah E. coli. Menurut Wold et al. 1992, strain E. coli dapat menyebar dari usus menuju bagian lain dan menyebabkan infeksi ekstraintestinal seperti infeksi saluran urinaria. Hal ini menunjukkan bahwa E. coli dapat menginfeksi ginjal. Seperti pada penjelasan di atas, mekanisme pertahanan inang terhadap infeksi bakteri adalah melalui aktivasi sel- sel fagosit di mana molekul toksik yang dapat melawan bakteri tersebut adalah ROS reactive oxygen species. Molekul-molekul ROS yang dikeluarkan oleh sel-sel fagosit tersebut bertanggung jawab terhadap patogenesis inang Umezawa et al. 1995. Dengan demikian, infeksi EPEC dapat 38 meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya kandungan enzim antioksidan Winarsi 2007. Pemberian yogurt sinbiotik sampai hari ke-21 masih memperlihatkan kondisi ginjal tikus yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif paling rendah secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok lainnya pada terminasi hari ke-22. Hal ini menunjukkan bahwa yogurt sinbiotik masih menunjukkan manfaatnya sampai hari ke-21. Pada terminasi hari ke-22, tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC menunjukkan kandungan Cu, Zn-SOD yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kelompok kontrol positif, yang hanya mendapatkan perlakuan intervensi EPEC. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC lebih tinggi secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Selain itu, hal ini ditunjukkan pula oleh jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC lebih rendah secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian yogurt sinbiotik memberikan kondisi tubuh yang lebih baik dalam mencegah terjadinya pembentukan radikal bebas oleh infeksi patogen. Hal ini kemungkinan disebabkan probiotik yang memiliki kemampuan untuk mengikat radikal bebas. Menurut Mikelsaar dan Zilmer 2009, sebuah laboratorium independen mengkonfirmasi bahwa L. fermentum ME-3 memiliki kemampuan dalam mengikat anion superoksida secara in vitro 80-100 kali lebih kuat dibandingkan dengan kemampuan asam askorbat. Di samping itu, terminasi hari ke-22 juga menunjukkan bahwa yogurt sinbiotik memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan yogurt standar. Hal ini terlihat dari jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi positif kuat pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik lebih tinggi secara sangat nyata p 0.01 dibandingkan dengan kelompok yang diberi yogurt standar. Hal ini ditunjukkan pula oleh jumlah inti sel tubuli renalis ginjal yang bereaksi negatif pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik lebih rendah secara sangat nyata p 0.1 dibandingkan dengan kelompok yang diberi yogurt standar. Efek yang lebih baik dari yogurt sinbiotik ini akibat dari kandungan probiotik L. fermentum 2B4 yang dapat memodulasi sistem imun inang sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik. Secara keseluruhan, tikus kelompok kontrol positif mengalami penurunan kandungan Cu, Zn-SOD pada jaringan ginjalnya pada terminasi hari ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi EPEC dapat menyebabkan kondisi stres oksidatif sehingga antioksidan endogenus dalam tubuh perlu dikeluarkan untuk meredam aktivitas dari radikal bebas sehingga kandungannya dalam inti sel tubuli renalis ginjal mengalami penurunan. Namun, pada terminasi hari ke-22, kandungan Cu, Zn-SOD pada tikus kelompok tersebut mengalami peningkatan kembali. Hal ini karena sudah tidak ada lagi intervensi EPEC dan antioksidan endogenus tubuh mulai memulihkan kondisi stres oksidatif. Sementara itu, tikus kelompok yogurt sinbiotik + EPEC mengalami peningkatan kandungan Cu, Zn-SOD pada terminasi hari ke-8 karena baru mendapatkan perlakuan yogurt sinbiotik saja. Kemudian, pada terminasi hari ke-15, kandungan Cu, Zn-SOD-nya mengalami penurunan akibat adanya perlakuan infeksi EPEC. Namun, setelah itu, kandungan Cu, Zn-SOD tikus kelompok yogurt sinbiotik + EPEC mengalami peningkatan kembali akibat sudah tidak diberikan intervensi EPEC lagi. Inflamasi dari mukosa menyebabkan melemahnya pertahanan antioksidan dan menyebabkan jaringan lebih rentan terhadap kerusakan oksidatif. Menurut Sengul et al. 2010, perlakuan dengan probiotik penghasil EPS dapat menghambat peroksidasi lipid dengan sangat efektif. Mekanismenya adalah probiotik dapat mengurangi infiltrasi neutrofil. Probiotik dapat menghambat infiltrasi neutrofil 39 yang berlebihan dan migrasi transepitelial di dalam mukosa kolon karena akumulasi neutrofil merupakan sumber dari radikal bebas. Dengan demikian, probiotik dapat mengubah respon imun alami dan mempengaruhi pembentukan radikal bebas akibat neutrofil tersebut. Dengan kata lain, probiotik dapat menginduksi regulasi peningkatan atau penurunan respon imun tubuh dengan mempertahankan homeostasis saluran pencernaan Galdeano et al. 2007. Selain itu, menurut Mikelsaar dan Zilmer 2009, L. fermentum dapat memproduksi NO nitric oxide. NO ini dapat menginduksi perlindungan terhadap inflamasi, yang secara fungsional dapat mengaktivasi sistem pertahanan antioksidan seluler. NO sendiri dapat berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dengan cepat dapat menangkap radikal peroksil Papas 1999. Selain itu, diketahui pula bahwa NO menunjukkan penghambatan terhadap kemotaksis, penempelan, dan aktivasi dari leukosit neutrofil Moilanen et al. 1992 diacu dalam Ma et al. 1993. Probiotik juga dapat menginaktivasi radikal bebas serta mendegradasi anion superoksida dan hidrogen peroksida dengan mekanisme enzimatik, seperti NADH oksidaseperoksidase, SOD, dan katalase. Probiotik memiliki mekanisme pertahanan seperti memodulasi sistem imun mukosa dengan memblok sitokin proinflamatori, memiliki aktivitas antogonis terhadap patogen dengan memproduksi senyawa antibakteri atau menghambat penempelan bakteri patogen, dan meningkatkan fungsi perlindungan dari sel epitelial Sengul et al. 2010. Oleh karena itu, yogurt sinbiotik formula 3 yang mengandung probiotik L. fermentum 2B4 dapat meningkatkan profil Cu, Zn-SOD pada jaringan hati dan ginjal sehingga yogurt sinbiotik berpotensi memiliki aktivitas antioksidatif. Berdasarkan terminasi hari ke-8, 15, dan 22, tikus kelompok yogurt sinbiotik menunjukkan kandungan Cu, Zn-SOD yang cenderung menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh akumulasi stres yang dialami tikus akibat pemberian yogurt sinbiotik melalui pencekokan setiap hari. Secara keseluruhan, pemberian yogurt sinbiotik selama satu sampai tiga minggu dapat meningkatkan kandungan enzim Cu, Zn-SOD pada ginjal. Efek dari yogurt sinbiotik ini juga ditunjukkan oleh kandungan enzim Cu, Zn-SOD ginjal yang lebih tinggi pada tikus kelompok yang diberi yogurt sinbiotik dan intervensi EPEC dibandingkan dengan tikus kelompok kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian yogurt sinbiotik memberikan manfaat yang lebih baik bagi tubuh yang mengalami infeksi EPEC daripada tanpa pemberian yogurt sinbiotik. Menurut Mikelsaar et al. 2004, L. fermentum memiliki profil karbohidrat yang unik pada dinding selnya yang memungkinkannya untuk menempel pada reseptor mukosa pada sel-sel epitelial dari saluran urinaria bagian atas. Inilah yang menyebabkan L. fermentum tersebut mampu mencegah penempelan dari E. coli patogen pada sel-sel epitelial di saluran urinaria bagian atas. Mekanisme inilah yang menyebabkan bakteri EPEC tidak sempat memberikan efek patogenisitasnya karena terhalang oleh keberadaan L. fermentum. Mekanisme lain yang mungkin dari probiotik adalah berkoagregasi dengan bakteri patogen. Menurut Rinkinen et al. 2003, beberapa bakteri asam laktat berkoagregasi dengan Escherichia coli dalam saluran urogenital dan Lactobacillus dalam usus juga diketahui dapat berkoagregasi dengan E. coli K88. Dalam koagregasi tersebut, bakteri asam laktat memproduksi antimikroba sehingga dapat melakukan penghambatan ketika berinteraksi dengan patogen di sekitarnya. Menurut Adebayo-tayo dan Onilude 2008 serta Fukuda et al. 2010, L. fermentum dapat menghasilkan eksopolisakarida EPS. Eksopolisakarida EPS yang dihasilkan oleh bakteri probiotik dapat menurunkan stres oksidatif secara nyata Sengul et al. 2010. EPS merupakan polimer efektif yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. EPS juga merupakan polisakarida berantai panjang dan bercabang yang terdiri atas unit-unit gula atau turunan gula glukosa, galaktosa, dan rhamnosa. EPS disekresikan oleh probiotik ke permukaan sel dan membentuk kapsul, atau disekresikan ke lingkungan 40 ekstraseluler dalam bentuk lendir. EPS dapat menunjukkan manfaat antioksidatif untuk memperbaiki kerusakan oksidatif dari mukosa. Dibandingkan dengan kandungan Cu, Zn-SOD pada terminasi hari ke-8, kandungan Cu, Zn- SOD jaringan hati pada terminasi hari ke-15 lebih tinggi, sedangkan pada ginjal terjadi sebaliknya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sistem pertahanan antioksidan di hati yang lebih efektif dibandingkan dengan di ginjal Jurczuk et al. 2004. Hal ini terkait pula dengan fungsi hati sebagai bagian tubuh utama yang berperan dalam proses detoksifikasi metabolit-metabolit toksik Banudevi et al. 2006. Oleh karena itu, hati memiliki jumlah SOD yang melimpah Das dan Vasudevan 2005 dan berperan sebagai komponen utama dalam pertahanan tubuh inang, memproduksi protein fase akut, serta menginduksi toleransi terhadap antigen Kleinman et al. 2008. Selama terjadi infeksi, produk bakteri dapat mengaktifkan makrofag dan sel lain untuk melepaskan berbagai sitokin yang kemudian dapat merangsang hati untuk mensintesis dan melepas sejumlah protein plasma yang disebut dengan protein fase akut Baratawidjaja 2006. Menurut Baratawidjaja 2006, secara keseluruhan, respon protein fase akut memberikan efek yang menguntungkan melalui peningkatan resistensi inang, mengurangi cedera jaringan, serta meningkatkan resolusi dan perbaikan cedera inflamasi. Hal ini memungkinkan hati memiliki pertahanan yang lebih baik ketika terjadi infeksi. 41

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa yogurt sinbiotik, yang mengandung L. bulgaricus, S. thermophilus, probiotik L. fermentum 2B4, dan prebiotik fruktooligosakarida merupakan formula