Konektivitas Analisis Zonasi Kawasan Konservasi

28 Target konservasi dihitung berdasarkan persentase wilayah yang ditetapkan untuk dikonservasi. Persentase tersebut merupakan persentase dari total luas target yang menjadi fitur konservasi dalam Area of Interest.

3.5.6. Konektivitas

Karena Marxan belum bisa menjelaskan secara rinci tentang konektivitas secara ekologi, desain kawasan konservasi disesuaikan dengan model biofisik pergerakan ikan oleh Palumbi 2004, yaitu untuk larva 10-100 km. Untuk menjamin tingkat konektivitasnya, nilai BLM ditingkatkan secara bertahap sampai daerah yang terpilih menghasilkan desain dengan tingkat konektivitas yang sesuai, selain itu, peningkatan konektivitas bisa dengan cara menambah zona inti diantara zona sebelumnya, membagi wilayah perencanaan terhadap target yang ditetapkan untuk mewakili setiap spesies. Konektivitas sangat penting untuk desain efektif suatu perencanaan, karena menurut Palumbi, 2004 bahwa konektivitas tersebut menggambarkan jarak lintasan yang dapat dilalui oleh telur dan larva ikan, serta daerah jelajah biota tersebut, karena hal itu akan mempengaruhi pencapaian target fitur konservasi Van der Molen et al. 2007.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Teluk Palabuhanratu

Teluk Palabuhanratu terletak di Sukabumi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah pesisir berdasarkan desa yaitu ± 20.730,87 ha. Teluk ini merupakan salah satu lokasi penting bagi perikanan tangkap di Indonesia yang memiliki kondisi geografis yang cukup menunjang yaitu terletak pada posisi 6 o 57’-7 o 07’ LS dan 106 o 22’-106 o 33’ BT Gambar 8. Perairan di Teluk Palabuhanratu merupakan daerah penangkapan utama bagi nelayan, selain itu perairan ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia Prayitno 2006 in Ambarwati 2008. Secara topografi, Teluk Palabuhanratu umumnya bertekstur kasar dan terdiri atas dataran bergelombang, perbukitan, daerah aliran sungai dan pantai. Topografi dasar laut bathymetric perairan Teluk ini tergolong curam, dengan kedalaman berkisar antara 3 meter di sekitar pantai dan muara sampai lebih dari 200 meter. Secara geologi dataran pantai yang berada pada muara Sungai Cimandiri, Sungai Cipalabuan– Cigangsa, Sungai Citepus, Sungai Sukawayana, Sungai Cimaja, Sungai Cipawenang, Sungai Cisolok, Sungai Citiis, Sungai Cibangban, Sungai Cihaur dan Sungai Cibareno serta dikelilingi oleh Gunung Butak, Gunung Cabe, Gunung Handeuleum, Gunung Gado dan Gunung Habibi. Sedangkan sebelah Utara dan Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Kondisi Teluk Palabuhanratu banyak dipengaruhi oleh kondisi hodrodinamikan dan oseanografi. Kondisi hidrodinamika perairan teluk sangat mempengaruhi Musim. Pada periode Musim Timur Mei-Agustus gelombang dan arus relatif lebih tenang dibandingkan pada periode musim barat November- Februari, diantara Musim Timur dan Musim Barat terjadi periode peralihan yang disebut Musim Peralihan Timur Maret-April dan Musim peralihan Barat September-Oktober Wyrtki 1961 in Anwar 2008. Kondisi oseanografi Samudera Hindia seperti adanya pengaruh angin yang besar sangat mempengaruhi kondisi di Teluk Palabuhanratu. Wyrtki 1961 in Anwar 2008 mengemukakan bahwa keadaan angin di Palabuhanratu sesuai dengan sifat laut dan tercatat kecepatannya sebesar 1-7.5 cmdtk pada Bulan September sampai Desember yang bergerak ke