Pengaturan zonasi Penentuan skenario

26

3.5.3. Pengaturan BLM Boundary length modifier

BLM merupakan konstanta yang mengatur tingkat pengelompokan satuan perencanaan yang terpilih dalam marxan. Pada BLM yang rendah, satuan perencanaan yang terpilih akan menyebar karena marxan akan terkonsentrasi pada biaya yang rendah, sedangkan pada BLM tinggi, satuan perencanaan terpilih akan mengelompok, karena marxan akan berusaha untuk menurunkan panjang batas dari satuan perencanaan tersebut Steward dan Possingham 2005 Penentuan nilai BLM akan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain J.A. Ardon et al. 2003 in Ila 2010. Menurut Possingham et al. 2000 nilai BLM dipilih bergantung pada keseluruhan bentang alam dari daerah penelitian, serta tujuan dari analisis yang dilakukan. Nilai BLM untuk map unit UTM berkisar antara 0-1, sedang map unit degree berkisar antara 0-10000 Darmawan dan Barnawi 2007. Nilai kisaran BLM tersebut sudah dapat memberikan variasi pengelompokan satuan perencanaan yang terpilih. Karena pada penelitian ini menggunakan map unit degree, maka untuk menentukan BLM optimum pada penelitian ini digunakan BLM yang berkisar antara 0-10000, sehingga dipilihlah 7 BLM yang berbeda, antara lain adalah 10, 100, 250, 500, 1000, 5000 dan 10000. Berdasarkan nilai BLM yang ditetapkan, tiap BLM tersebut diproses oleh Marxan sehingga akan menghasilkan output berupa lima buah file yaitu output1_best, output1_mvbest, output1_sen, output1_ssoln dan output1_sum. File Output1_sum berisi table tentang nilai cost, panjang garis batas, dan luas area. Nilai BLM optimal diperoleh dari file output1_sum dengan melihat hubungan antara biaya dengan panjang batas tepi kawasan atau antara luas area dengan panjang batas tepi kawasan Steward dan Possingham 2005.

3.5.4. Pengaturan zonasi

Pengaturan kawasan konservasi dalam marxan dapat dilakukan dengan sistem zonasi yang mengacu pada PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, zona perikanan berkelanjutan dan zona lain yang diatur sesuai kebutuhan dan kondisi setempat. Pembagian zonasi tersebut, dalam marxan dilakukan dengan membagi frekuensi yang terdapat dalam 27 file output1_ssoln kedalam empat kelas dengan interval yang sama. Dalam file ini berisi frekuensi suatu daerah akan terpilih menjadi kawasan konservasi berdasarkan 100 kali ulangan. Nilai frekuensi tersebut 51-74 sebagai zona pemanfaatan, 26-50 sebagai zona perikanan berkelanjutan dan 0-25 sebagai zona lainnya.

3.5.5. Penentuan skenario

Skenario zona kawasan konservasi merupakan alternatif solusi yang ditawarkan untuk merancang desain kawasan konservasi. Dengan perangkat lunak Marxan, para Perancang dapat mencoba berbagai skenario perencanaan kawasan yang berbeda dan melihat hasilnya, Dari hasil tersebut Perancang dapat memilih skenario terbaik untuk perencanaan kawasan konservasi Ball dan Possingham 2004. Skenario tersebut didapatkan dari hasil perhitungan Marxan berdasarkan target konservasi yang berbeda-beda yang bertujuan untuk memberikan beberapa alternatif desain kawasan konservasi sehingga nantinya menjadi pilihan dalam menetapkan suatu kawasan konservasi yang sesuai karakteristik dan keadaan lingkungannya. Bedasarkan observasi yang dilakukan terhdap beberapa skenario, maka ditetapkan 3 skenario dengan 7 BLM dan target yang berbeda, maka proses tersebut menghasilkan 21 hasil yang berbeda. Berikut merupkan rancangan skenario berdasarkan taget fitur konservasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Skenario kawasan konservasi fitur konservasi skenario 1 skenario 2 skenario 3 target target target 1 Anguilla 10 20 40 2 Congridae 10 20 40 3 Trichiuridae 10 20 40 4 Gobiidae 10 13 25 5 Nursery Ground 10 30 40 6 Feeding Ground tepi 8 10 20 7 Feeding Ground tengah 4 7 13 28 Target konservasi dihitung berdasarkan persentase wilayah yang ditetapkan untuk dikonservasi. Persentase tersebut merupakan persentase dari total luas target yang menjadi fitur konservasi dalam Area of Interest.

3.5.6. Konektivitas