Eksplorasi Data Hasil Pendugaan Integrasi Pasar 1. Penstasioneran Data

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Eksplorasi Data

Data yang akan digunakan terlebih dahulu diplotkan menurut waktu, tujuannya untuk mengetahui kecenderungan tren data tersebut. Data yang diplotkan tersebut terdiri dari harga gula domestik, harga gula dunia raw sugar dan white sugar dan tarif impor gula yang berjumlah 84 bulan Januari 1998 hingga Desember 2004. Data tersebut diplotkan dengan bantuan perangkat lunak Minitab 14 , dan gambar pola datanya dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar plot data pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa variabel harga gula domestik memiliki kecenderungan yang meningkat untuk rentang waktu 84 bulan. Peningkatan harga yang terus menerus ini disebabkan oleh inflasi yang terjadi di dalam negeri dan penurunan nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika. Terlihat sedikitnya terjadi tiga kali fluktuasi harga yang cukup tinggi yaitu pada bulan September 1998, April 2002 dan Juni 2002 Lampiran 2. Berbeda dengan variabel harga gula dunia, kedua jenis gula dunia yaitu raw sugar dan white sugar memiliki kecenderungan harga yang menurun. Hal ini disebabkan oleh produksi gula dunia yang cenderung meningkat, sehingga supply gula dunia juga mengalami peningkatan. Peningkatan suppy gula sementara demand terhadap gula cenderung stabil, akan mengakibatkan penurunan harga gula. Melemahnya nilai Dolar Amerika terhadap mata uang negara-negara di Asia dan Eropa juga mempengaruhi hal tersebut, karena Dolar Amerika merupakan kurs yang digunakan dalam perdagangan gula dunia. Variabel tarif impor gula terlihat memiliki kecenderungan yang meningkat. Karena dengan diliberalisasinya perdagangan gula Indonesia, mengakibatkan impor gula tinggi, sehingga pemerintah merasa perlu untuk meningkatkan tarif impor gula untuk menekan volume impor tersebut. 6.2. Hasil Pendugaan Integrasi Pasar 6.2.1. Penstasioneran Data Asumsi pertama yang harus dipenuhi dalam metode VAR adalah kestasioneran data yang akan digunakan. Kestasioneran data diuji dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller ADF. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Mickrofit 4.0. Uji ADF dilakukan dengan menggunakan jumlah lag optimal yang ditentukan berdasarkan nilai Schwartz Bayesian Criterion SBC. Nilai SBC yang digunakan adalah nilai SBC terkecil dari pengujian setiap variabel yang menunjukkan bahwa model yang dianalisis adalah model dengan jumlah lag optimal. Kemudian nilai t-statistik uji ADF dari SBC terkecil tersebut dibandingkan dengan nilai t-statistik tabel critical value. Jika nilai mutlak t-statistik lebih besar dari nilai mutlak t-tabel maka data tersebut stasioner. Apabila nilai mutlak t-statistik lebih kecil dari nilai mutlak t-tabel maka data tidak stasioner, artinya data tersebut mengandung unit root. Data yang tidak stasioner pada pengujian level in level dapat distasionerkan dengan melakukan pendiferensiasian pertama first diference. Pengujian kestasioneran data perlu dilakukan karena data yang tidak stasioner tidak dapat dimasukkan ke dalam model VAR biasa, melainkan ke dalam model VECM Vector Error Correction Model. Hasil pengujian kestasioneran data dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Kestasioneran Data Variabel Nilai SBC Terkecil t-Statistik ADF Lag Optimal Nilai Kritis ADF In Level Gula Domestik - 556.2940 - 554.2535 - 2.0493 - 3.1667 43 Raw Sugar - 521.4032 - 523.3720 - 2.1478 - 2.0419 00 White Sugar - 544.0148 - 545.9250 - 2.3948 - 2.3747 00 Tarif Impor - 439.9386 - 441.0569 - 2.1266 - 2.1763 44 - 2.8981 - 3.4666 In First Difference Gula Domestik - 552.0427 - 554.2094 - 3.3012 - 3.2160 44 Raw Sugar - 515.7200 - 516.7369 - 4.2077 - 4.4431 44 White Sugar - 528.7278 - 528.1500 - 5.7708 - 6.2544 44 Tarif Impor - 436.7180 - 437.6347 - 4.8753 - 5.1496 44 - 2.8986 - 3.4673 Keterangan: - Nilai yang tidak dikurung adalah nilai dengan intercept tanpa linier trend - Nilai dalam kurung adalah nilai dengan intercept dan linier trend - merupakan variabel yang stasioner Uji kestasioneran data yang dilakukan pada level in level menunjukkan bahwa semua variabel yang diuji tidak stasioner. Hal ini terlihat dari nilai mutlak t-statistik ADF yang lebih kecil dibanding nilai mutlak t-tabel ADF. Sehingga untuk menstasionerkan variabel tersebut, dilakukan pendiferensiasian pertama. Terlihat bahwa setelah dilakukan diferensiasi pertama, semua variabel menjadi stasioner. Dengan demikian data pada keempat variabel dapat digunakan dalam metode VAR.

6.2.2. Penentuan Ordo Vektor Autoregresi

Penentuan lag optimal atau ordo vektor autoregresi didasarkan pada uji stasioner uji ADF yang telah dilakukan. Lag optimal dipilih pada nilai SBC terkecil yang membuat suatu variabel stasioner. Tabel 7 menunjukkan bahwa semua variabel stasioner pada lag empat 4, dengan demikian lag optimal ordo vektor autoregresi yang dipilih pada penelitian ini berjumlah empat ordo 4.

6.2.3. Penentuan Model Integrasi Pasar Gula

Model integrasi pasar gula dapat dibentuk setelah ordo vektor autoregresi ditentukan. Ordo vektor autoregresi telah ditentukan pada ordo empat, sehingga model yang dibentuk untuk setiap variabel endogen menggunakan lag optimal yang berjumlah empat. Persamaannya adalah sebagai berikut: ¬ DPDOM t = a 1 DPDOM t-1 + a 2 DPDOM t-2 + a 3 DPDOM t-3 + a 4 DPDOM t-4 + b 1 DPRAW t-1 + b 2 DPRAW t-2 + b 3 DPRAW t-3 + b 4 DPRAW t-4 + c 1 DPWHITE t-1 + c 2 DPWHITE t-2 + c 3 DPWHITE t-3 + c 4 DPWHITE t-4 + d 1 DTI t-1 + d 2 DTI t-2 + d 3 DTI t-3 + d 4 DTI t-4 ¬ DPRAW t = a 1 DPDOM t-1 + a 2 DPDOM t-2 + a 3 DPDOM t-3 + a 4 DPDOM t-4 + b 1 DPRAW t-1 + b 2 DPRAW t-2 + b 3 DPRAW t-3 + b 4 DPRAW t-4 + c 1 DPWHITE t-1 + c 2 DPWHITE t-2 + c 3 DPWHITE t-3 + c 4 DPWHITE t-4 + d 1 DTI t-1 + d 2 DTI t-2 + d 3 DTI t-3 + d 4 DTI t-4 ¬ DPWHITE t = a 1 DPDOM t-1 + a 2 DPDOM t-2 + a 3 DPDOM t-3 + a 4 DPDOM t-4 + b 1 DPRAW t-1 + b 2 DPRAW t-2 + b 3 DPRAW t-3 + b 4 DPRAW t-4 + c 1 DPWHITE t-1 + c 2 DPWHITE t-2 + c 3 DPWHITE t-3 + c 4 DPWHITE t-4 + d 1 DTI t-1 + d 2 DTI t-2 + d 3 DTI t-3 + d 4 DTI t-4 ¬ DTI t = a 1 DPDOM t-1 + a 2 DPDOM t-2 + a 3 DPDOM t-3 + a 4 DPDOM t-4 + b 1 DPRAW t-1 + b 2 DPRAW t-2 + b 3 DPRAW t-3 + b 4 DPRAW t-4 + c 1 DPWHITE t-1 + c 2 DPWHITE t-2 + c 3 DPWHITE t-3 + c 4 DPWHITE t-4 + d 1 DTI t-1 + d 2 DTI t-2 + d 3 DTI t-3 + d 4 DTI t-4 dimana: DPDOM = harga gula domestik, DPRAW = harga gula dunia jenis raw sugar, DPWHITE = harga gula dunia jenis white sugar, DTI = tarif impor gula.

6.2.4. Pendugaan Koefisien

Setelah model integrasi pasar gula dibangun, model tersebut dapat diestimasi koefisiennya dengan menggunakan lag optimal yang telah diperoleh sebelumnya. Estimasi ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel yang satu dengan variabel lainnya dalam model VAR. Estimasi model dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Mickrofit 4.0. Hasil estimasi koefisien model VAR integrasi pasar gula dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Koefisien Model VAR Integrasi Pasar Gula Domestik dengan Pasar Gula Dunia. VARIABEL ENDOGEN LAG PDOM PRAW PWHITE TI DPDOM-1 - 0.12861 - 0.06765 0.02505 0.05881 DPDOM-2 0.08925 0.00043 0.09209 - 0.01057 DPDOM-3 0.06512 0.03209 - 0.03167 - 0.00728 DPDOM-4 0.18290 - 0.08702 - 0.11660 0.01186 DPRAW-1 0.44435 0.57486 0.62617 0.03636 DPRAW-2 0.71940 - 0.01863 - 0.12789 0.03967 DPRAW-3 - 0.01877 0.21792 0.05071 - 0.02463 DPRAW-4 - 0.08797 0.09575 0.21922 0.00363 DPWHITE-1 - 0.14811 - 0.07718 - 0.04112 - 0.02148 DPWHITE-2 - 0.08021 - 0.19241 - 0.24450 0.00531 DPWHITE-3 0.23160 - 0.10328 - 0.01228 - 0.08240 DPWHITE-4 0.11164 - 0.28852 - 0.58083 - 0.02702 DTI-1 - 0.09619 - 1.10810 - 1.25620 - 0.08607 DTI-2 1.50360 0.20104 0.51778 0.00416 DTI-3 1.14900 - 0.27719 - 0.40305 0.14008 DTI-4 0.01393 0.18772 0.56881 0.03536 Keterangan: nyata pada á = 0.15 15 Harga gula domestik dipengaruhi secara nyata oleh lag harga gula domestik itu sendiri disamping dipengaruhi oleh lag harga gula dunia jenis raw sugar dan lag tarif impor gula. Harga gula dunia jenis raw sugar dipengaruhi secara nyata oleh lag harga gula dunia jenis raw sugar itu sendiri, lag harga gula dunia jenis white sugar dan lag tarif impor gula. Sementara harga gula dunia jenis white sugar dipengaruhi secara nyata oleh lag harga gula dunia jenis white sugar itu sendiri disamping dipengaruhi oleh lag harga gula dunia jenis raw sugar dan lag tarif impor gula. Sedangkan tarif impor gula dipengaruhi secara nyata oleh lag harga gula domestik dan lag harga gula dunia jenis white sugar. Apabila diamati setiap persamaan parsial pada Tabel 8, semua persamaan selalu dipengaruhi oleh lag variabel itu sendiri, kecuali pada persamaan tarif impor. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menentukan harga gula domestik maupun dunia, pelaku pasar selalu memperhatikan harga gula bulan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa harga gula pada waktu yang lalu lampau sangat diperlukan oleh pelaku pasar gula domestik dan dunia. Sementara tarif impor gula tidak dipengaruhi oleh lag tarif impor itu sendiri, tarif impor lebih dipengaruhi oleh harga gula domestik dan harga gula dunia jenis white sugar. Hal ini berarti bahwa perubahan kebijakan impor gula lebih dipengaruhi oleh faktor harga gula dibanding oleh nilai lagnya.

a. Harga Gula Domestik