BAB IV MASALAH YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN PENGUSAHAAN
SPBU DALAM KONTRAK CODOLite
A. Hambatan Pada Pelaksanaan Pengusahaan SPBU CODOLite
Dalam hal penyaluran BBM atau BBK juga terkadang terdapat kendala pengiriman BBM ke SPBU ke lokasi yang jauh atau di daerah pedalaman. Pada jalur
ini banyak terjadi kendala karena selain melalui pipa, BBM yang diangkut dengan mobil tanki, kereta api, kapal laut tentunya tidak terlepas dari keadaan alam. Di
samping itu juga seringnya terjadi penyelewengan seperti penyelundupan, pengoplosan dan penimbunan yang kesemuanya itu tentu akan mengganggu
ketersediaan BBM di masyarakat. Penyelundupan minyak dari kapal Indonesia keluar negeri melalui kapal asing yang ditransfer di tengah laut atau berita-berita
terungkapnya kasus penimbunan BBM.
81
Kelangkaan BBM dapat menyebabkan SPBU tutup. Kelangkaan terjadi akibat adanya pengurangan pasokan dari Pertamina. Pada saat langka, rata-rata SPBU
menjual bensin hanya tiga sampai empat jam, terjadi antrian kendaraan bermotor karena pengendara saling berebut untuk segera dilayani. Akibat kelangkaan, sekarang
harga bensin di tingkat pengecer melambung tinggi.
82
Bilamana terjadi keterlambatan penyerahan BBM yang disebabkan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh pihak pengelola
81
Hasil Wawancara dengan Bapak Agustinus Hutajulu, SE, Staff Biro Hukum dan Agraria Pertamina Medan, Tanggal 9 Desember 2011.
82
Hasil Wawancara dengan Ibu Rosdiana Tamba, Pemilik SPBU Simpang Limun Medan, Tanggal 14 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara
SPBU, maka PT. Pertamina harus segera menggantinya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dengan terjadinya keterlambatan penyerahan
BBM ini sudah tentu mengakibatkan kekosongan di SPBU sehingga mengakibatkan penyaluran BBM menjadi tidak lancar guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Maka
PT. Pertamina wajib memberi ganti rugi kepada pihak kedua. Maka PT. Pertamina wajib memberi ganti rugi kepada pihak kedua.
83
Seperti yang tercantum di dalam pasal 6 perjanjian ini yang menyatakan bahwa apabila kualitas BBM tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan, maka pihak kedua berhak menolak BBM tersebut dan pihak pertama wajib segera menggantinya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Keterlambatan penyerahan BBM dan atau penggantian BBM sebagaimana dimaksud dalam pasal ini sehingga mengakibatkan kekosongan di SPBU, maka
pihak pertama wajib memberikan ganti rugi kepada pihak kedua sebesar 50 persen dari perkiraan margin yang seharusnya diperoleh selama tidak dapat
melayani penjualan kepada konsumen. Tetapi apabila hambatan penyerahan BBM dalam hal pembongkaran BBM
dari mobil tangki ke tangki timbun SPBU, akibat kesalahan pihak kedua, maka pihak kedua wajib mengganti semua biaya yang dikeluarkan oleh PT. Pertamina.
Karena pengangkutan BBM ke penimbunan SPBU-SPBU tersebut PT. Pertamina memakai jasa pengusaha lain yaitu pengusaha pengangkutan. Pengusaha
83
Hasil Wawancara dengan Ibu Rosdiana Tamba, Pemilik SPBU Simpang Limun Medan, Tanggal 14 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
pengangkutan ini yang bertanggung jawab dalam pengangkutan BBM sampai ke SPBU.
Dalam pelaksanaan perjanjian pengusahaan SPBU CODOLite apabila pada SPBU tersebut terjadi keadaan yang di sebut force majeure maka para pihak tidak
dapat menuntut ganti rugi atau harus bertanggung jawab atas kegagalan atau keterlambatan dalam melaksanakan kewajibannya yang disebabkan hal-hal diluar
kemampuan kontrol yang wajar dari para pihak. Force majeure dalam hal ini disebutkan sebagai suatu keadaan terjadinya
suatu peristiwa seperti kebakaran, leadakan, banjir, gempa bumi, bencana alam, topan badai, perang, huru-hara, kerusuhan, blokade, perselisihan perburuhan, pemogokan
dan wabah penyakit yang secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian CODOLite.
Dalam pasal 6 Perjanjian Pengusahaan SPBU CODOLite ini jika pihak PT. Pertamina maupun pihak SPBU merasa terhambat di dalam melaksanakan
kewajibannya oleh karena terjadinya force majeure, maka pihak yang mengalami force majeure harus memberitahukan secara tertulis selambat-lambatnya 7 x 24 jam
setelah terjadinya force majeure, dengan disertai surat pernyataan dari pejabat yang berwenang.
Dalam waktu 7 x 24 jam setelah menerima pemberitahuan, pihak yang tidak mengalami force majeure akan memberitahukan secara tertulis mengenai persetujuan
atau penolakan terhadap keadaan force majeure tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pihak yang menerima pemberitahuan berhak menolak pemberitahuan dari pihak yang mengalami force majeure apabila tidak disertai surat pernyataan.
Perjanjian ini dan apabila pemberitahuan yang dimaksud disetujui oleh pihak yang menerima pemberitahuan, maka para penghadap akan merundingkan kembali
kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut. Apabila keadaan force majeure berlangsung lebih dari 90 sembilan puluh
hari kalender sejak pemberitahuan tertulis dari pihak yang mengalami force majeure, maka para penghadap dapat bersepakat untuk mengakhiri perjanjian tersebut.
B. Wanprestasi Yang Dilakukan Oleh Pengelola SPBU Dan Sanksi Yang Diberikan PT. Pertamina Dalam Kontrak CODOLite
Wanprestasi ingkar janji berasal dari bahasa Belanda yaitu waadaad yang berarti perbuatan buruk atau prestasi buruk. Wanprestasi terjadi karena para debitur
mempunyai kewajiban
untuk memenuhi
prestasi akan tetapi ia tidak melaksanakannya bukan karena keadaan memaksa.
Walaupun dalam persetujuan waktu prestasinya ditentukan, belum berarti bahwa waktu tersebut sudah merupakan batas waktu terakhir bagi debitur untuk
memenuhi prestasinya, karena seringkali pemenuhan waktu tersebut dimaksudkan bahwa debitur tidak wajib memenuhi prestasinya sebelum waktu tersebut. Untuk
menentukan saat terjadinya ingkar janji, undang-undang secara tegas menyebutkan bahwa si berutang adalah lalai bila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta
sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri jika ini menetapkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa siberutang akan harus dianggap lalai, dengan lewatnya waktu yang ditentukan Pasal 1238 KUH Perdata. Apabila seorang debitur sudah diperingatkan atau ditagi
janjinya, maka jika ia tetap tidak melakukan prestasinya ia berada dalam keadaan lalai. Keadaan inilah yang membuat debitur dianggap ingkar janji.
Pada dasarnya para pihak harus melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian. Jika salah satu pihak gagal melaksanakan kewajibannya, maka ia telah
lalai dan karenanya bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul karena kelalaiannya.
Pelanggaran perjanjian oleh satu pihak dapat berwujud oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Pihak tersebut tidak memenuhi kewajiban seluruhnya, 2. Pihak tersebut tidak memenuhi sebagian kewajibannya,
3. Pihak tersebut terlambat memenuhi kewajibannya, 4. Pihak tersebut berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perjanjian atau salah
dalam memenuhi kewajibannya Kegagalan dalam melaksanakan kewajiban tidak dengan
sendirinya merupakan keadaan lalai. Pihak yang lalai terlebih dahulu harus diberi surat
peringatan atau dokumen lain yang sejenis. Hal ini maksudnya untuk memberi tenggang waktu agar si lalai dapat memenuhi kewajibannya. Akan tetapi, jika suatu
perjanjian mensyaratkan pelaksanaan kewajiban dalam tenggang waktu yang sudah ditentukan dan terhadapnya telah terjadi pelanggaran, maka surat peringatan khusus
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Ada beberapa akibat dari melanggar perjanjian yaitu :
1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan itu untuk memperoleh ganti rugi. pasal 1365 BW KUHPer
2. Jika pelanggaran itu cukup berat, hal ini juga akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya.
3. Jika satu pihak menolak kewajibannya dan melakukan pelanggaran lebih dulu, pihak yang dirugikan mempunyai dua kemungkinan jalan yang dapat ditempuh.
Ia boleh memberlakukan perjanjian itu sebagai berakhir dan sekaligus melakukan gugatan, baik untuk memperoleh ganti rugi karena pelanggaran
maupun pemberian upah yang layak karena pekerjaan yang dilaksanakan itu. Atau dengan kata lain, pda prinsipnya kelalaian dapat diancam dengan
beberapa sanksi atau hukuman, diantaranya: a Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur ganti rugi
b Pembatalan perjanjian c Peralihan risiko
d Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim a. Ganti rugi
Pasal 1243 KUH Perdata mengatur hal-hal prinsipil mengenai ganti rugi yang dapat dituntut oleh kreditur dalam hal tidak dipenuhinya perikatan. Jika
besarnya ganti rugi sudah ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian Pasal 1249 KUH Perdata atau secara tegas undang- undang menentukan lain Pasal
Universitas Sumatera Utara
1250 KUH Perdata, maka besarnya ganti rugi harus ditentukan sedemikian rupa sehingga keadaan harta kekayaan kreditur adalah sama seperti jika debitur
memenuhi kewajibannya. Tidak setiap kerugian yang diderita kreditur harus diganti oleh debitur.
Undang-undang menentukan bahwa debitur hanya wajib membayar ganti rugi atas kerugian yang memenuhi dua syarat, yaitu:
1 Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya dapat diduga pada waktu perikatan dibuat, kecuali jika ada kesengajaan Pasal 1247KUH Perdata.
2 Antara ingkar janji dan kerugian harus mempunyai hubungan kausal, yakni kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta dari ingkar janji.
b. Pembatalan perjanjian Pembatalan perjanjian diatur dalam Pasal 1266 KUH Perdata, yang secara
tegas mengatakan bahwa syarat batal dianggap selamanya dicantumkan dalam perjanjian-perjanjian yang timbal-balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya. Dalam hal demikian perjanjian tidak batal demi hukum tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Karena itu pembatalan perjanjian
tidak secara otomatis pada saat debitur nyata-nyata melalaikan kewajibannya. Pembatalan perjanjian ini bertujuan untuk membawa kedua belah pihak kembali
pada keadaan sebelum diadakan perjanjian. c. Peralihan Risiko
Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu
Universitas Sumatera Utara
peristiwa di luar kesalahan suatu pihak yung menimpa objek perjanjian. Dalam Pasal 1267 KUH Perdata ditegaskan bahwa pihak yang merasa perjanjian tidak dipenuhi,
boleh memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak lain untuk memenuhi perjanjian atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian disertai
penggantian biaya kerugian dan bunga. d. Ongkos biaya perkara
Pembayaran ongkos perkara sebagai sanksi bagi debitur yang lalai tesimpul dalam peraturan hukum acara, yang intinya adalah pihak yang dikalahkan
wajib membayar biaya perkara Pasal 181 ayat 1 H.I.R. Seorang debitur yang lalai tentu akan dikalahkan kalau sampai terjadi suatu perkara di depan hakim.
Prestasi merupakan isi dari perikatan. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian, maka ia dikatakan
wanprestasi kelalaian.
84
Menurut hukum perdata, siberutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi
perikatannya sendiri lalai jika ini menetapkan bahwa seberuntung akan terus dianggap lalai dengan lewatnya yang ditentukan. Salah satu pihak dikatakan
wanprestasi apabila adanya teguran atau tuntutan dari pihak yang berhak atas prestasi tersebut. Atau dengan kata lain, wanprestasi dilakukan apabila salah satu pihak tidak
memenuhi prestasinya maka dapat dikatakan pihak tersebut melakukan wanprestasi. Sehubungan dengan hal yang telah dibahas di atas, menjelaskan wanprestasi
84
H. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Dasar-dasar Hukum Perdata, Alumni, 2004, hal. 218.
Universitas Sumatera Utara
yaitu pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Debitur dalam keadaan wanprestasi apabila dia dalam
melaksanakan prestasi, apabila dari dalam perjanjian telah lalai, sehingga terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut
sepatutnya atau selayakya.
85
Dengan telah dibukanya pasa migas Indonesia pada tahun 2005, dan mengingat Indonesia merupakan pasar potensial bagi bisnis produk retail BBM,BBK
dan pelumas. Hal ini tentunya akan berdampak pada strategi penjuaan produk retail PT. Pertamina. Sebagai konsekuensinya, SPBU sebagai gerbang bisnis retail PT.
Pertamina yang bersentuhan langsung dengan konsumen harus mampu meningkatkan kualitas layanannya agar tetap memiliki daya saing dalam persaingan bisnis yang
makin ketat. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan menerapkan standar layanan
yang seragam pada SPBU yang menjual produk PT. Pertamina.
86
Dalam pengusahaan SPBU CODOLite memiliki masalah yang timbul sebagai akibat dari
perjanjian kerjasama ini. Dalam pengusahaan SPBU CODOLite, pihak PT. Pertamina berhak memberikan sanksi yang tegas kepada SPBU yang melakukan wanprestasi.
Apabila pihak pengelola SPBU melakukan wanprestasi, maka pihak PT. Pertamina terlebih dahulu akan memberikan 1 satu kali peringatan tertulis kepada
85
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1982, hal. 220
86
Harry Poernomo, Kata Pengantar Dalam Standar Operasi dan Prosedur Pengelolaan SPBU PERTAMINA, edisi I, PT. Pertamina Persero, Jakarta, 2004.
Universitas Sumatera Utara
pengelola SPBU yang melakukan wanprestasi.
87
Adapun perbuatan wanprestasi dan sanksi pelanggaran dalam pengelolaan SPBU CODOLite yaitu akan diuraikan sebagai berikut:
88
1 SPBU tidak memperpanjang salah satu perijinan yang diisyaratkan. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan 1 satu bulan, jika dalam waktu 1
satu bulan belum diperpanjang maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM, BBK dan Pelumas kepada SPBU sampai dengan persyaratan
perijinan dipenuhi. 2 Karyawan yang tedapat di SPBU tidak menggunakan pakaian pakaian kerja dan
atau tidak bersepatu sesuai standar dari PT. Pertamina. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan bagi SPBU diwajibkan memberi
sanksi tegas kepada karyawan yang bersamgkutan tembusan surat ke PT. Pertamina.
3 Melalaikan kebersihan SPBU. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan yang berlaku 1 satu bulan, jika
diulangi lagi maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM, BBK dan Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan.
4 Melalaikan performance SPBU cat buram, canopy rusak Sanksi yang diberikan yaitu surat peringatan yang berlaku 1 satu bulan, jika
tidak ditindaklanjuti maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM,
87
Ibid.
88
Kontrak Pengusahaan SPBU CODOLite
Universitas Sumatera Utara
BBK dan Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan. 5 SPBU tidak mempunyai peralatan pengendalian mutu dan volume.
Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan berlaku 1 satu bulan, jika dalam 1 satu Minggu sejak tanggalo surat peringatan tidak disediakan maka PT.
Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM, BBK dan Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan.
6 Pengelola SPBU melakukan pengalihan kepemilikan SPBU tanpa seijin dari pihak PT. Pertamina.
Sanksi yang diberikan yaitu PT. Pertamina menghentikan pasokan BBM sampai dengan pengelola SPBU yang telah terikat perjanjian dengan PT. Pertamina
memproses pengalihan sesuai dengan ketentuan perjanjian. 7 Pengelola SPBU tidak mendaftarkan tenaga kerja dan asuransi atas aset yang ada
pada SPBU. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan dan dilaporkan kepada instansi
yang terkait. 8 Pengelola SPBU tidak melengkapi administrasi atau pencatatan, antara lain :
stock, penerimaan dan penjualan BBM, BBK dan Pelumas. Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan berlaku 1 satu bulan, jika
diulangi lagi maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM, BBK dan Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan.
9 SPBU menjual BBM dengan Drum, Jerigen dan sejenisnya tanpa verifikasi instansi terkait dan dilaporkan ke Upms Setempat.
Universitas Sumatera Utara
Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan berlaku 1 satu bulan, jika diulangi lagi maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM, kepada
SPBU maksimal selama 1 satu bulan. 10 SPBU menjual produk pesaing PT. Pertamina.
Sanksi yang dberikan yaitu diberikan surat peringatan pertama dan terakhir dan PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM dan BBK ke SPBU. Jika
dalam waktu 7 tujuh hari kalender masih menemukan produk pesaing maka dapat dipertimbangkan.
11 SPBU dengan sengaja tidak melakukan penebusan BBM demi kepentingan dan keuntungan pengelola SPBU.
Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan pertama disertai penghentian pasokan BBM dan BBK di SPBU tersebut selama 14 empat belas hari kalender.
12 SPBU melakukan perubahan harga dan menjual BBM atau BBK yang dapat merugikan konsumen.
Sanksi yang diberikan yaitu Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan berlaku 1 satu bulan, jika diulangi lagi maka PT. Pertamina berhak
menghentikan pasokan BBM, BBK dan Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan.
13 Menerima BBM yang tidak sesuai dengan PBPDO nomor dan alamat SPBU yang bersangkutan tanpa persetujuan PT. Pertamina.
Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan berlaku 1 satu bulan, jika diulangi lagi maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM, BBK dan
Universitas Sumatera Utara
Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan. 14 Memberi kesempatan kepada mobil tanki yang bukan tujuan ke SPBU tersebut
untuk melakukan tindakan ilegal. Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan berlaku 1 satu bulan, jika
diulangi lagi maka PERTAMINA berhak menghentikan pasokan BBM, BBK dan Pelumas kepada SPBU maksimal selama 1 satu bulan.
Takaran unit pompa minus diatas 200 ml per 20 ltr. 15 Sanksi yang diberikan yaitu surat peringatan berlaku 3 tiga bulan dan PT.
Pertamina berhak menghentikan operasi unit pompa yang melebihi batas toleransi maksimal selama 2 dua minggu. Dan jika mengulangi lagi dikenakan surat
peringatan kedua berlaku 3 tiga bulan disertai penghentian sementara SPBU maksimal 1 satu bulan.
16 Takaran unit pompa minus di atas 100 ml sd 200 ml per 20 ltr. Sanksi yang diberikan berupa surat peringatan berlaku 3 tiga bulan dan wajib
melakukan tera ulang dari metrologi serta menyerahkan hasil tera ulang kepada PT. Pertamina.
17 SPBU merekayasa dengan menggunakan alat atau cara lain untuk merubah meter dispensing pump yang dapat mengurangi takaran.
Sanksi yang diberikan yaitu surat peringatan pertama dan terakhir, dan PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM atau BBK maksimal selama 6
enam bulan. 18 SPBU tidak menyerahkan uang kembalian atau tidak melayani penjualan BBM
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan uang yang dibayar. Sanksi yang diberikan yaitu surat peringatan bagi SPBU dan pihak SPBU
diwajibkan memberikan sanksi tegas secara tertulis kepada karyawan yang bersangkutan.
19 SPBU memasukkan format bisnis NFR tanpa persetujuan PERTAMINA. Sanksi yang diberikan yaitu berupa surat peringatan yang berlaku 1 satu bulan,
dimana pihak SPBU harus mengurus perizinan kepada PT. Pertamina, jika tidak mendapat persetujuan, bisnis tersebut harus dihentikan. Apabila pihak SPBU
tetap melanjutkan bisnis NFR tersebut maka PERTAMINA berhak menghentikan pasokan BBM maksimal 1 satu bulan.
20 Memasang dan menempatkan iklan dan atau melakukan kegiatan apapun di area SPBU tanpa mengikuti ketentuan dan tanpa persetujuan PT. Pertamina.
Sanksi yang diberikan yaitu surat peringatan yang berlaku 1 satu bulan, iklan dan kegiatan yang dimaksud harus dihentikan dan jika tidak dihentikan atau
diulangi lagi maka PT. Pertamina berhak menghentikan pasokan BBM maksimal selama 1 satu bulan.
PT. Pertamina dapat melakukan pengambilalihan pengelolaan SPBU dikarenakan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak SPBU. Pengambilaihan SPBU
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:: 1. Pihak SPBU tidak mampu melaksanakan kewajibannya, maka pihak PT.
Pertamina berhak melakukan pengambilalihan pengelolaan SPBU sampai dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Pihak PT. Pertamina berhak untuk melaksanakan SPBU itu sendiri, maka total hasil bersih pengelolaan yang dimaksud dibagi 60 enam puluh persen untuk
pihak pertama dan 40 empat puluh persen untuk pihak SPBU. 3. Dalam hal pengelolaan SPBU dilaksanakan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh
PT. Pertamina maka total hasil bersih pengelolaan dimaksud dibagi dibagi 60 enam puluh persen untuk pihak pertama dan 40 empat puluh persen untuk
pihak SPBU.
C. Asuransi Kebakaran Pada SPBU CODOLite