Bentuk-bentuk Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU CODOLite

pelaksanaan pembangunan nasional, dan penyelenggaraanya perlu sejauh mungkin diarahkan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Adapun tujuan perusahaan menurut undang-undang PT. Pertamina adalah membangun dan melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dalam arti seluas-luasnya untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat dan negara serta menciptakan Ketahanan Nasional” 64 Dengan demikian maka sebagai satu-satunya perusahaan milik Negara yang diberi wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan di Indonesia, pengelolahan dan pengurusan terhadap bahan-bahan galian minyak dan gas bumi ini harus benar-benar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan bangsa untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

B. Bentuk-bentuk Perjanjian Kerjasama Pengusahaan SPBU CODOLite

Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU antara PT. Pertamina dengan pengusaha SPBU dibuat secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk akta perjanjian kerjasama. Bahwa klausula- klausula dalam perjanjian tersebut telah dibuat secara sepihak oleh PT. Pertamina dan pengusaha atau pengelola SPBU dipersilahkan untuk membaca dan mempelajarinya apakah perjanjian tersebut sesuai dengan keinginan atau kehendak para pihak yang akan mengadakan perjanjian atau tidak. Pada umumnya para pengusaha setuju dengan perjanjian baku yang telah dibuat PT. Pertamina karena perjanjian baku yang ada pada PT. Pertamina tersebut sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Klausula yang sama ini 64 Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 tentang PERTAMINA , Ps. 5 Universitas Sumatera Utara belaku juga bagi calon pengelola SPBU lainnya dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU. 65 Pasal-pasal dalam hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap optional law, yang berarti bahwa pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian. Para pihak diperbolehkan membuat ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian, selain itu juga diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian. Sistem terbuka yang mengandung asas kebebasan dalam membuat perjanjian, dalam KUH Perdata lazimnya disimpulkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata ayat 1 yang berbunyi: “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya”. Pasal tersebut juga mengandung pengertian bahwa dalam hal perjanjian kita diperbolehkan membuat undang-undang bagi diri kita sendiri. Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU antara PT. Pertamina dengan pengusaha SPBU dibuat secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk akta perjanjian kerjasama. Bentuk perjanjian kerjasama tersebut merupakan salah satu contoh dari perjanjian baku perjanjian standar, yaitu bahwa klausula-klausula dalam perjanjian tersebut telah dibuat secara sepihak oleh PT. Pertamina dan pengusaha SPBU dipersilahkan untuk membaca dan mempelajarinya apakah perjanjian tersebut 65 Hasil Wawancara dengan Bapak Agustinus Hutajulu, SE, Staff Biro Hukum dan Agraria Pertamina Medan, Tanggal 9 Desember 2011. Universitas Sumatera Utara sesuai dengan keinginan atau kehendak para pihak yang akan mengadakan perjanjian atau tidak. Pada umumnya para pengusaha setuju dengan perjanjian baku yang telah dibuat PT. Pertamina karena perjanjian baku yang ada pada PT. Pertamina tersebut sudah sesuai dengan ketentuan undang- undang yang berlaku. Klausula yang sama ini belaku juga bagi calon pengelola SPBU lainnya dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU. Maka perbuatan hukum sepihak perjanjian baku yang disusun secara sepihak oleh PT. Pertamina dipandang sebagai perbuatan hukum penawaran sepihak dan pengusaha SPBU pun melakukan perbuatan hukum sepihak juga, yaitu penerimaan. Keduanya sama-sama melakukan perbuatan hukum sepihak secara timbal balik. Pasal-pasal dalam hukum perjanjian merupakan hukum pelengkap optional law, yang berarti bahwa pasal-pasal tersebut boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian. Sistem terbuka yang mengandung asas kebebasan dalam membuat perjanjian yang dibuat sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. 66 Sebagai perjanjian baku menurut pendapat penulis, masih dapat dikatakan sebagai perjanjian yang relatif seimbang. Berkaitan dengan hal tersebut diketahui bahwa hukum perjanjian ini menganut sistem terbuka artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian serta menentukan 66 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1338, ayat 1 Universitas Sumatera Utara sendiri isi dan bentuk dari perjanjian itu sejauh tidak bertentangan dengan undang- undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Dengan demikian perjanjian baku yang dibuat secara sepihak oleh PT. Pertamina tidak menyalahi asas kebebasan berkontrak. Akta perjanjian kerjasama yang ditandatangani kedua belah pihak tersebut meliputi hal-hal atau ketentuan- ketentuan yang berhubungan dengan keseluruhan kegiatan pengelolaan SPBU. Dengan menganut sistem ini dan menjunjung tinggi asas kebebasan berkontrak, Pertamina dan pengusaha SPBU sepakat untuk menandatangani dan melaksanakan perjanjian ini meskipun dibuat secara sepihak oleh PT. Pertamina. Perjanjian adalah perbuatan hukum antara kedua pihak atau lebih berdasarkan atas persesuaian kehendak. Perbuatan hukum dalam arti ini bisa dimengerti sebagai perbuatan hukum penawaran dan perbuatan hukum penerimaan. Maka perbuatan hukum sepihak perjanjian baku yang disusun secara sepihak oleh Pertamina dipandang sebagai perbuatan hukum penawaran sepihak dan pengusaha SPBU pun melakukan perbuatan hukum sepihak juga, yaitu penerimaan. Keduanya sama-sama melakukan perbuatan hukum sepihak secara timbal balik. Akta perjanjian kerjasama tersebut juga sangat diperlukan untuk mendapatkan pembuktian. Prinsip yang dianut dalam kerjasama ini adalah prinsip saling menguntungkan dengan memperhatikan sungguh-sungguh kepentingan masyarakat sebagai konsumen. Dalam Perjanjian Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan SPBU ini, suatu prestasi yang diharapkan yaitu untuk memberikan sesuatu dan berbuat sesuatu, Universitas Sumatera Utara dimana PT. Pertamina berkewajiban untuk memberikan atau menyerahkan BBM kepada pengusaha SPBU sesuai dengan pesan yang diminta dengan menerima pembayaran harga BBM. Sedangkan pengusaha SPBU berbuat sesuatu untuk kepentingan PT. Pertamina yaitu menyalurkan BBM kepada konsumen. Walaupun isi perjanjian tersebut ditentukan oleh pihak PT. Pertamina akan tetapi pengusaha SPBU tetap mendapat keuntungan yang disebut dengan margin dari PT. Pertamina. 67 Perjanjian adhesie atau perjanjian baku merupakan wujud dari asas kebebasan berkontrak yang terdapat dimasyarakat. Namun demikian perlu diperhatikan, bahwa kebebasan berkontrak itupun bukanlah bebas segala- galanya tetapi terdapat pembatasan-pembatasan yang diberlakukan terhadap asas kebebasan berkontrak. Batasan itu dapat dilihat dalam pasal 1320 KUH- Perdata, yang menyatakan bahwa untuk syahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu : 68 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya Sepakat di sini maksudnya adalah antara pihak PT. Pertamina dengan Pengelola SPBU dalam mengadakan perjanjian itu telah sepakat dan setuju mengenai hal-hal tertentu yang pokok dari perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Jadi di sini tidak ada unsur paksaan atau penipuan. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Di sini yang diperbolehkan untuk mengadakan perjanjian kerjasama 67 Hasil Wawancara dengan Bapak Agustinus Hutajulu, SE, Staff Biro Hukum dan Agraria Pertamina Medan, Tanggal 9 Desember 2011 68 Munir Fuady, SH,M.H,LL.M, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 33. Universitas Sumatera Utara pengelolaan dan penggunaan SPBU adalah mereka yang sudah dewasa dan sehat pikirannya, menurut hukum cakap untuk membuat suatu perjanjian. 3. Mengenai suatu hal tertentu Suatu hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul perselisihan. Yang diperjanjikan disini adalah kerjasama untuk mengelola SPBU. Pengelolaan SPBU tersebut dilakukan oleh pihak pengelola SPBU dengan pengawasan dari PT. Pertamina, sedang yang menjadi objek dari perjanjian adalah Bahan Bakar Minyak. 4. Suatu sebab yang halal Yang dimaksud dengan sebab yang halal dari suatu perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri harus merupakan suatu yang halal tidak terlarang, sebab isi perjanjian itulah yang akan dilaksanakan. Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Penggunaan SPBU ini tidak bertentangan dengan undang- undang, kesusilaan dan ketertiban umum, karena tujuan diadakannya SPBU ini adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat pemakai kendaraan bermotor dengan cara yang mudah, cepat, tertib dan aman. Pada pelaksanaan pengusahaan SPBU,besarnya margin atau keuntungan ini ditentukan oleh Pemerintah melalui P T . Pertamina seperti yang tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 dan 2. Perjanjian Pengelolaan SPBU ini yang mengatakan bahwa: 1. Harga jual BBM dan BBK di SPBU ditetapkan oleh Pemerintah atau Pihak Universitas Sumatera Utara PT. Pertamina berdasarkan Kep. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2875K22MEM2006 Tentang Harga Patokan Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. 2. Pihak S P B U diberikan margin yang besarnya ditetapkan oleh Pihak PT. Pertamina berdasarkan Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2005 Tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Tertentu. Jika ditinjau lebih jauh, maka dalam perjanjian ini Pihak P T . Pertamina tidak mencantumkan berapa besarnya harga BBM atau BBK yang akan dijual oleh pengusaha SPBU kepada konsumen. Hal ini bisa terjadi karena sewaktu-waktu harga BBM bisa berubah begitu juga dengan margin atau keuntungan yang diberikan yang besarnya ditentukan oleh Pemerintah dan oleh PT. Pertamina untuk produk BBK. Jika harga BBM berubah maka sudah pasti margin yang diberikan juga ikut berubah.

C. Syarat-Syarat atau Prosedur Pendirian SPBU CODOLite