pada tempat yang khusus serta perlengkapan yang diperlukan yang jenis , jumlah dan kapasitasnya ditentukan oleh PT. Pertamina. Alat pemadam kebakaran
tersebut harus selalu dalam keadaan siap pakai. Pengusaha SPBU wajib memeriksakannya kepada pihak yang berwenang setiap 6 enam bulan sekali.
4. Pengusaha SPBU dan atau karyawannya harus melarang pemilik kendaraan bermotor memperbaiki kendaraan dan mendorong untuk menghidupkan
kendaraan yang mogok atau tidak mau hidup di dalam areal SPBU. 5. Pengusaha SPBU dan atau karyawannya harus melarang pemilik kendaraan
bermotor memperbaiki kendaraan dan mendorong untuk menghidupkan kendaraan yang mogok atau tidak mau hidup di dalam areal SPBU diturunkan
dan dalam keadaan siap pakai. Setiap karyawan SPBU wajib memeriksa atau memasang grounding cable sebelum mobil tangki melaksanakan pembongkaran
BBM ke tangki timbun SPBU. 6. Pengusaha SPBU wajib menjaga kondisi semua peralatan kelengkapan serta
saluran listrik di SPBU.
E. Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak
Selain itu perlindungan hukum ini menjadi faktor yang sangat penting agar para pihak merasa nyaman dalam melaksanakan perjanjian Perlindungan hukum bagi
para pihak dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU ini antara P T . Pertamina dengan pengusaha SPBU merupakan hal yang sangat penting agar
kepentingan para pihak dapat terlindungi.
Universitas Sumatera Utara
W ujud dari perlindungan hukum tersebut pada dasarnya adalah upaya penegakkan hukum berupa pihak yang merasa dirugikan berhak menuntut pihak
yang melakukan wanprestasi dan pihak yang melakukan wanprestasi wajib memenuhi tuntutan itu agar hukum dapat dilaksanakan dengan baik. Perlindungan
hukum dalam Perjanjian Pembangunan dan Pengelolaan SPBU ini, setidaknya memperhatikan unsur-unsur:
1. Unsur Kepastian Hukum Kepastian hukum ini diperlukan agar setiap orang dapat menuntut agar hukum
dapat dilaksanakan dengan baik dan bila dilanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggarannya.
2. Unsur Manfaat Penegakkan hukum harus memberi manfaat kepada para pihak dan masyarakat
pada umumnya. 3. Unsur Keadilan
Dalam penegakkan hukum tidak boleh pandang bulu.
1. Perlindungan Hukum bagi Pengelola SPBU Perlindungan hukum bagi pengusaha SPBU belum mendapat tempat yang
memadai. Sebagai contoh dalam Pasal 3 dan beberapa pasal yang lainnya dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU ini. Pada Pasal 3 ayat 1 dan 2
disebutkan bahwa: 1. Harga jual BBM dan BBK di SPBU ditetapkan oleh Pemerintah atau Pihak
Universitas Sumatera Utara
PT. Pertamina, 2. Pihak SPBU diberi margin yang besarnya ditetapkan oleh Pihak PT.
Pertamina. Dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU ini tampak dominasi P T .
Pertamina dalam menentukan isi perjanjian. Pengusaha hanya dipersilahkan untuk membaca dan mempelajari isi perjanjian tersebut apakah sesuai dengan
kehendaknya atau tidak. Perlindungan hukum bagi pihak pengusaha terhadap perjanjian baku
melalui itikad baik, yaitu tercantum dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Perlindungan hukum terhadap pengusaha SPBU dari klausula baku yang bermaksud mengalihkan tanggung jawab P T . Pertamina itu dilarang. Hal ini
nampak jelas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam salah satu ketentuannya, yaitu Pasal 18, dinyatakan bahwa:
Pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditunjuk untuk perdagangan dilarang untuk mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen
danatau perjanjian apabila: 1. Menyataka n pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
2. Menyatakan pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen.
3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang danatau jasa yang dibeli oleh konsumen.
Universitas Sumatera Utara
4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang
berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. 5. Mengatur prihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan
jasa yang dibeli oleh konsumen. 6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa. 7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan, lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.
8. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk membebankan hak tanggungan, hak gadai atau hak jaminan terhadap barang
yang dibeli konsumen secara angsuran. 9. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau pengungkapannya sulit dimengerti.
Inti dari ketentuan di atas, yaitu bahwa setiap pelaku usaha boleh membuat klausula baku tetapi tidak berarti pelaku usaha bertindak sewenang-wenang dalam
membuat klausula baku tersebut. Disinilah letak perlindungan utama bagi pengusaha SPBU terhadap perjanjian baku yang dibuat oleh PT. Pertamina.
Perlindungan hukum yang dimiliki pengelola SPBU yaitu seperti dalam penyaluran BBM atau BBK oleh PT. Pertamina, apabila pihak PT. Pertamina
Universitas Sumatera Utara
mengurangi volume bahan bakar yang disalurkan kepada SPBU maka pihak pengelola SPBU berhak membuat berita acara klaim selisih lebihkurang volume
penyaluran bahan bakar minyak kepada SPBU kurang atau lebih dari 0,15 persen dari per liter BBM atau BBK yang disalurkan oleh P T . Pertamina berdasarkan alat
ukur di Titik Serah custody transfer yang telah ditetapkan dan disepakati.
80
Apabila terjadi perselisihan dalam rangka pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak
sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah dalam waktu 60 enam puluh hari kalender setelah diterimanya surat pemberitahuan mengenai adanya sengketa
dari salah satu pihak kepada pihak lainnya. Dan jika penyelesaian perselisihan secara musyawarah tersebut belum dapat diatasi, maka para pihak sepakat untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui pengadilan.
2. Perlindungan Hukum Bagi PT. Pertamina Jenis perlindungan hukum bagi PT. Pertamina secara khusus banyak tertera
dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU ini. Seperti yang tercantum dalam Pasal 9 ayat 2 yang menyatakan bahwa PT. Pertamina berhak mengakhiri perjanjian
secara sepihak setelah melalui tahapan surat peringatan pertama, kedua dan ketiga kepada pengusaha SPBU, dalam hal pengusaha SPBU melakukan hal-hal:
1. Pengusaha SPBU memberikan keterangan yang tidak benar atau merugikan
80
Hasil Wawancara dengan Ibu Rosdiana Tamba, Pemilik SPBU Simpang Limun Medan, Tanggal 14 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan PT. Pertamina. 2. Pengusaha SPBU melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau ketentuan yang ditetapkan oleh PT. Pertamina. 3. Pengusaha SPBU melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan
Pertamina termasuk menciptakan citra negatif PT. Pertamina. Di samping itu, dalam Pasal 11 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU
ini disebutkan juga bahwa Pihak PT. Pertamina akan memberi sanksi kepada Pihak SPBU apabila Pihak SPBU tidak melaksanakan danatau melanggar ketentuan dalam
perjanjian ini. Mengenai jenis pelanggaran, sanksi yang akan dikenakan tercantum dalam lampiran satu yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.
Dengan ketentuan ini, maka dapat dikatakan bahwa kepentingan Pertamina dapat terlindungi bila pengusaha SPBU melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
isi perjanjian. Oleh karena suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya seperti yang tercantum dalam
Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Dengan kata lain, perjanjian ini undang-undang bagi para pihak yang membuatnya
yaitu PT. Pertamina dan pengusaha SPBU, merupakan suatu landasan yuridis yang dapat melindungi PT. Pertamina dari segala tindakan pengusaha SPBU yang dapat
merugikan kepentingannya. Bentuk tindakan pengelola SPBU yang dapat merugikan PT. Pertamina sangat bervariasi, misalnya merusak prasarana SPBU miik pertamina
yang ditempatkan pada SPBU CODOLite, mengakali meteran penyaluranpengisian BBM, membuat laporan yang tidak sesuai dengan fakta dan kelalaian dalam
Universitas Sumatera Utara
melakukan pengecekan tera dimana pelaksanaannya sesuai dengan Surat Kep. Memperindag No. 61MPPKep21999 tentang penyelenggaraan Kemetrologian
Pasal 3 Ayat 1 terhadap semua sarana dan pra sarana SPBU tangki pendam, pompa, nozlle, dan lain-lain. Maka perlindungan hukum yang dimiliki PT.
Pertamina yaitu PT. Pertamina berhak memberikan surat peringatan kepada SPBU yang melakukan prestasi. Apabila dalam kurun waktu 14 empat belas hari
peringatan tersebut tidak diindahkan oleh pengelola SPBU maka pemutusan
perjanjian kerjasama dilakukan oleh PT. Pertamina.
F. Prosedur Pengalihan Kepemilikan SPBU CODOLite