2. Pihak PT. Pertamina berhak untuk melaksanakan SPBU itu sendiri, maka total hasil bersih pengelolaan yang dimaksud dibagi 60 enam puluh persen untuk
pihak pertama dan 40 empat puluh persen untuk pihak SPBU. 3. Dalam hal pengelolaan SPBU dilaksanakan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh
PT. Pertamina maka total hasil bersih pengelolaan dimaksud dibagi dibagi 60 enam puluh persen untuk pihak pertama dan 40 empat puluh persen untuk
pihak SPBU.
C. Asuransi Kebakaran Pada SPBU CODOLite
Resiko kebakaran yang terjadi di SPBU pada dasarnya memerlukan fasilitas asuransi secara khusus. Fasilitas asuransi secara khusus ini diperlukan oleh karena
bahaya yang berhubungan dengan kegiatan penyaluran BBM dan BBK merupakan bahaya yang berbeda dengan bahaya-bahaya lainnya, hal ini terlihat dari
karakteristiknya. 1. Bahan olahannya, produksinya, dan bahan-bahan khusus yang timbul atau
berperan. 2. Bahaya-bahaya yang berkadar tinggi dalam penyaluran BBM
3. Permodalan yang tinggi dan menuntut perlindungan asuransi dari pihak PT. Pertamina.
Dari bahaya di atas dapat diliat, bahaya-bahaya yang timbul di sekitar SPBU, karena BBM yang disalurkan melalui SPBU memiliki resiko yang sangat tinggi
dengan ciri-ciri mudah terbakar bahkan meledak di udara bebas dan berwujud cair
Universitas Sumatera Utara
atau gas. Hal
tersebut jelas
bahwa pengelola
SPBU berkewajiban
untuk mengansurasikan seluruh aset SPBU secara tertulis yang terdapat pada pasal 11 ayat
1 dan 2 dalam surat perjanjian pengusahaan SPBU CODOLite tersebut. Dimana dalam pasal ini membahas bahwa pihak SPBU berkewajiban untuk
memiliki asuransi terhadap seluruh aset SPBU termasuk peralatan SPBU milik PT. Pertamina yang ditempatkan pada dan dioperasikan oleh SPBU CODOLite, dan
tenaga kerjanya termasuk asuransi kebakaran dan dalam polis asuransi tersebut harus termasuk dalam klausula tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, huru-hara
dan kerusuhan dengan jumlah biaya pertanggungan mencakup nilai seluruh aset SPBU ditambah nilai BBM atau BBK dan produk lain yang dijual melalui SPBU,
dimana pembayaran premi asuransi menjadi beban pihak SPBU.
89
Hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan pihak pengelola SPBU. Sebagai salah satu mitra PT. Pertamina
dalam penyaluran BBM sudah selayaknya membutuhkan produksi atas harta kekayaan serta kepentingan dengan cara memindahkan resiko-resiko secara efisien
dan efektif melalui perusahaan asuranis yang sebelumya diberitahukan dan disetujui secara tertulis kepada pihak PT. Pertamina. Asuransi yang dilakukan oleh
PERTAMINA tersebut dibagi ke dalam dua jenis asuransi pokok yaitu: 1. Asuransi atas harta kekayaan yang diserahkan dan atau dioperasikan oleh PT.
89
Hasil Wawancara dengan Ibu Rosdiana Tamba, Pemilik SPBU Simpang Limun Medan, Tanggal 14 Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
Pertamina. 2. Asuransi yang dilakukan oleh pihak swasta atau luar.
Dalam asuransi kebakaran BBM di SPBU, harta kekayaan yang diasuransikan terhadap kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh:
1. Kebakaran tanki penimbun BBM 2. Ledakan apapun penyebabnya.
.
`D. Upaya Penyelesaian Perselisihan
Para pihak, baik PT. Pertamina maupun pengusaha SPBU mengaharapkan agar Perjanjian Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan SPBU tersebut dapat
berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan. Oleh karena itu, sedapat mungkin setiap masalah yang terjadi yang dapat merugikan para pihak dapat
teratasi dengan baik. Sehubungan dengan masalah yang disampaikan pada bagian sebelumnya, berikut upaya-upaya yang ditempuh oleh para pihak menurut pasal 19
perjanjian kerjasamaan pengusahaan SPBU CODOLite adalah sebagai berikut: 1. Penyelesaian masalah pada tahap pembangunan
Sebagaimana dikemukakan bahwa pembangunan SPBU sangat erat kaitannya dengan pihak kontraktor dalam hal pembagunan SPBU dilakukan oleh
kontraktor. Dalam rangka mencegah dan mengatasi permasalahan pada tahap ini, maka diusahakan agar:
a. Kontraktor proyek pembagunan SPBU ditunjuk berdasarkan tender dan penilaian yang transparan sesuai dengan kualitas dan standar yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
pada umumnya, seperti mempunyai kesanggupan secara finansial, peralatan teknis yang memadai dan pengalaman dalam pengerjaan proyek
pembangunan SPBU. b. Pengusaha SPBU harus dapat memastikan terlebih dahulu bahwa tanah
lokasi pendirian SPBU adalah sah miliknya atau di bawah penguasaannya dan tidak melanggar hukum. Selain itu harus dapat mengantisipasi semua
kemungkinan tindakan yang terkait dengan klaim atas tanah tersebut. 2. Penyelesaian masalah pada tahap pengelolaan SPBU
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan atau mengantisipasi terjadinya masalah sebagaimana disebutkan di atas, sebagai berikut:
a. Pengusaha SPBU diharapkan untuk bisa memastikan secara jelas mengenai kesediaan semua peralatan SPBU dalam keadaan siap pakai dan sesuai
dengan standar baik kualitas maupun kuantitas yang telah ditentukan. b. Terhadap masalah teknis pengiriman, pengusaha SPBU diharapkan bisa
menetapkan armada pengangkutan BBM yang memenuhi standar pengangkutan BBM, serta menentukan waktu pengiriman BBM yang
tepat ke SPBU untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk dalam perjalanan yang merugikan pengusaha dan juga konsumen.
c. Terhadap tindakan human error yang dilakukan oleh pihak pengelola SPBU baik secara langsung maupun tidak langsung.Dalam mengantisipasi
masalah ini, Pertamina diharapkan untuk memilih calon kemitraan dalam pengelolaan SPBU dengan baik yang sesuai dengan kriteria yang
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan. Dan kepada pengusaha SPBU untuk memilih karyawan yang memiliki kepribadian yang jujur dan bertanggung jawab.
Di dalam pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU ini, bukan tidak mungkin terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh salah satu
pihak yang dapat merugikan pihak lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Berkaitan dengan hal ini, PT. Pertamina dan pengusaha SPBU pada
prinsipnya menyelesaikan masalahsengketa tersebut dengan musyawarah. Akan tetapi jika musyawarah tersebut tidak menghasilkan menyelesaikan
sengketa tersebut, maka perselisihansengketa tersebut akan diselesaikan melalui pengadilan.
Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2 Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU ini, yang menyatakan bahwa:
1. Apabila terjadi perselisihan dalam rangka pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah dalam waktu 60
enam puluh hari kalender setelah diterimanya surat pemberitahuan mengenai adanya sengketa dari salah satu pihak kepada pihak lainnya.
2. Apabila penyelesaian perselisihan secara musyawarah tersebut belum dapat diatasi, maka para pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut
melalui Pengadilan Negeri Medan. 3. Khusus untuk pembangunan dan pengelolaan SPBU yang menjadi obyek dalam
tulisan ini, antara PT. Pertamina dan pengusaha SPBU belum terjadi perselisihan atau hal-hal yang merugikan salah satu pihak. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan SPBU tersebut sampai saat ini berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan dan perjanjian yang telah disepakati
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN