Kerangka Konsepsi Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Berkenaan dengan perbuatan wanprestasi, R. Setiawan mengemukakan 3 tiga bentuk wanprestasi sebagai berikut: 44 a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali b. Terlambat memenuhi prestasi c. Memenuhi prestasi secara tidak baik Menurut R. Setiawan, wanprestasi membawa akibat yang dapat merugikan para pihak yang bersangkutan dalam melakukan perjanjian, oleh karena itu hendaknya para pihak harus mentaati ketentuan yang sudah ditetapkan sebelum perjanjian dilakukan. Sebagai penyelesaian dari adanya wanprestasi, di dalam Pasal 1243 KUH Perdata disebutkan bahwa pihak yang melakukan wanprestasi diberikan sanksi yang sangat tegas sesuai dengan isi perjanjian CODOLite tersebut. Di dalam praktik para pihak menyelesaikan wanprestasi dengan didahului oleh musyawarah. Di dalam musyawarah disebutkan alasan mengapa SPBU melakukan wanprestasi dan bentuk penyelesaian yang sesuai untuk permasalahan yang dihadapi oleh SPBU sehingga terjadi wanprestasi. Kerjasama Kontrak CODOLite memiliki beberapa bentuk penyelesaian wanprestasi, yaitu dengan surat peringatan, penghentian pasokan BBM, pengambil alihan SPBU oleh PT. PERTAMINA dan pemutusan hubungan kerjasama.

2. Kerangka Konsepsi

44 R. Setiawan, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Bandung, 1989, hal. 20 Universitas Sumatera Utara Konsepsi merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dua teori dengan observasi, antara abstraksi dan realita. 45 Konsepsi yang dimaksud disini adalah kerangka konsepsional yang merupakan bagian yang menjelaskan ha-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan oleh penulis. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang khusus 46 Kerangka konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karean itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep merupakan suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis. 47 Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. 48 Konsep merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah teori. Dalam suatu penelitian konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkret, yang disebut definisi operasional operational definition. 45 Djumialdji, Hukum Bangunan, Dasar – Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 1 46 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hal.3 47 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 37 48 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 7 Universitas Sumatera Utara Pentingnya definisi operasional adalah menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut : 1. SPBU adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Seluruh fasilitas untuk menyalurkan dan memasarkan BBM dan BBK kepada konsumen kendaraan bermotor dengan menggunakan merek dagang PT. Pertamina. 2. PT. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia National Oil Company, yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957. Bertujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. 3. Kontrak CODOLite adalah dimana pihak pertama selaku PT. Pertamina akan menempatkan peralatan SPBU sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian kerjasama kepada pihak kedua selaku pemilik SPBU. 4. BBM dan BBK adalah Bahan Bakar Minyak dan Bahan Bakar Khusus 5. Wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahnnya, pengelola SPBU tidak dapat memenuhi prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian tersebut dan bukan dalam keadaan yang terpaksa. 6. Force majeure adalah suatu keadaan dimana salah satu pihak terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya perjanjian, seperti bencana alam. Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian