Badan Koordinasi Penanaman Modal terus mendorong pemerintah provinsi dan kabupatenkota untuk mempersiapkan diri bagi terselenggaranya
fungsi pelayanan perizinan dan non perizinan PTSP. Untuk itu BKPM telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan PTSP bidang penanaman modal
terhadap aparatur penanaman modal daerah sebanyak 18 angkatan dalam tahun 2010 dan melakukan pelatihan SPIPISE. Melalui diklat diharapkan mampu
mendorong kesiapan daerah menepati batas waktu penerapan pelayanan perizinan penanaman modal dalam negeri didaerah. Apabila terjadi keterlambatan
pembentukan PTSP didaerah berarti tertundanya Pemerintah ProvinsiKabKota melaksanakan kewenangannya mengeluarkan izin penanaman modal dalam negeri
PMDN sehingga investor terpaksa harus ke BKPM pusat untuk menyelesaikan izin dan non perizinan yang sebenarnya sudah dapat dikeluarkan daerah.
F. Bentuk Pengawasan Pemerintah Terhadap Penanam Modal.
Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilai mengkoreksi suatu kegiatan pembangunan. Selain itu
juga mengambil tindakan perbaikan agar pembangunan pelaksanaannya sesuai dengan tujuan, serta untuk usaha perbaikan di masa datang Bintoro
Tjokroamidjojo, 1997: 213.
77
Berdasarkan pendapat tersebut, fungsi dari pengawasan sangat penting dan perlu dilaksanakan sedini mungkin agar dapat diperoleh umpan balik feed back
untuk melakukan perbaikan bila terdapat kekeliruan atau penyimpangan sebelum
77
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
menjadi lebih buruk dan sulit untuk diperbaiki. Usaha melakukan perbaikan dan penyempurnaan bilamana ditemukan kekeliruan atau penyimpangan dalam
bekerja merupakan tanggungjawab organisasi atau unit kerja yang bersangkutan, meski pun pelaksnaannya dilakukan oleh bawahannya.
Seperti telah diketahui, pemerintahan daerah merupakan suatu organisasi pemerintahan yang ada di daerah dan memerlukan pengawasan untuk
menciptakan pemerintahan yang baik. Dalam organisasi Pemerintahan Daerah, pengawasan merupakan suatu usaha penertiban untuk menjamin terlaksananya
segala ketentuan undang-undang, peraturan, keputusan, kebijaksanaan dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh pemerintah daerah itu sendiri. Hasil dari suatu
pengawasan dapat dijadikan bahan informasi untuk penyempurnaan dari rencana maupun dalam mewujudkan pelaksanaan dari rencana tersebut. Dengan
pengawasan yang baik dapat mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan rencana maupun sebagai bahan informasi tentang
jalannya suatu rencana. Komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan daerah dan pemerataan agar daerah dalam segala aspek kehidupan
social dan ekonomi masyarakat semakin nyata dan terus berkembang.
78
Hal ini tercermin dengan disahkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti undang-undang sebelumnya.
78
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Menurut BAB XII Pasal 217 UU No 32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan daerah tentang Pembinaan dan Pengawasan :
79
Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi:
1. Koordinasi pemerintah antar susunan pemerintahan;
2. Pemberian pedoman dan standart pelaksanaan urusan pemerintah;
3. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan
pemerintah; 4.
Pendidikan dan pelatihan; 5.
Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dilaksanakan secara berkala pada tingkat nasional, regional atau provinsi. Pemberian pedoman
dan standart sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, tata laksana, pendanaan, kualitas, pengendalian dan
pengawasan. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dilaksanakan secara berkala, baik secara
menyeluruh kepada seluruh daerah maupun kepala daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d
dilaksanakan secara berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD dan perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah dan kepala desa.
Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi sebagaimana
79
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud pada ayat 1 huruf e dilaksanakan secara berkala ataupun sewaktu –
waktu dengan memperhatikan susunan pemerintahan. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d dan huruf e dapat dilakukan
kerjasama dengan perguruan tinggi danatau lembaga penelitian. Menurut penjelasan mengenai UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah
daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Dalam rangka pengendalian dan pegawasan terhadap kegiatan investasi di Indonesia, telah diterapkan beberapa bentuk pembatasan antara lain seperti di
bawah ini.
80
1. Menetapkan bidang-bisang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman
modal asing. Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal dapat dibedakan atas:
a. Bisang usaha yang tertutup mutlak untuk penanaman modal, baik pada
sektor primer, sekunder, maupun tersier. b.
Bidang usaha yag tertutup untuk penanaman modal yang dalam modal perusahaan pemilikan warga asing yang juga dibagi atas sektor primer,
sekunder, maupun tersier.
80
Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia
, Bogor:Ghalia Indonesia, 2006, hal. 72-74.
Universitas Sumatera Utara
2. Penetapan syarat investasi minimal bagi perusahaan penanaman modal
asing. Dalam ketentuan ini, ditetapkan investasi minimal untuk perusahaan penanaman
modal asing sebesar US 1.000.000 satu juta dolar Amerika
81
, meskipun dengan pengecualian jika dapat dipenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, seperti:
a. Padat karya dengan jumlah tenaga kerja langsung;
b. sekurang-kurangnya 65 produksinya untuk diekspor;
c. Menghasilkan bahan bakubarang setengah jadi atau komponnen untuk
memenuhi kebutuhan industri lain, dan lain-lain. 3.
Keharusan membentuk perusahaan patungan di bidang penanaman modal asing.
Perusahaan patungan tersebut harus berbentuk perseroan terbatas yang didirikan menurut dan atas dasar ketentuan-ketentuan hukum Indonesia.
4. Keharusan untuk melakukan divestasi.
Keharusan ntuk melakukan divestasi tersebut pada mulanya cukup ketat, tetapi kemudian sedikit-demi sedikit telah diperlonggar. Pada sektor pertambangan
misalnya, khususnya pertambangan batubara, jika pada generasi I dan II ada ketentuan mengenai divestasi terhadap perusahaan PMA, maka ketentuan tersenut
pada generasi ketiga sudah dihilangkan. 5.
Pembatasan mengenai jangka waktu investasi. UU No.1 Tahun 1967 jo. No 11 Tahun 1970 menetapkan batas waktu investasi
asing selama 30 Tahun.
82
81
Lihat SK Ketua BKPM No.21 tentang Persyaratan Investasi Minimal Bagi Perusahaan Penanaman Modal Asing
Universitas Sumatera Utara
6. Pembatasan terhadap hak-hak atas tanah.
Meskipun diberi hak-hak atas tanah seperti HGB, HGU, dan hak pakai bagi Investasi asing,
83
tetapi mereka dibatasi dan tidak dapat memiliki hak milik. Dalam perkembangan terakhir, ada upaya untuk memperpanjang HGU untuk
lebih menarik investasi asing.
82
Lihat Pasal 18 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
83
Lihat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan