Secara Teoritis, pembahasan terhadap perlakuan dan pemberian fasilitas yang akan dibahas akan menimbulkan pengertian baru bagi pembaca tentang
perlakuan dan pemberian fasilitas dalam penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penanam modal baik asing maupun domestik.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pembaca terutama bagi para penanam modal di Indonesia, juga sebagai bahan bagi para
akademisi dalam menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perlakuan terhadap penanam modal dan pemberian fasilitas penanaman modal.
D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul
“Perlakuan dan Pemberian Fasilitas Kepada Penanam Modal Menurut Prespektif UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
”,
Layaknya suatu karya ilmiah, penulisan skripsi ini didasarkan pada ide- ide, gagasan maupun pemikiran dari penulis pribadi dan bukan hasil karya
penggandaan dari karya tulis orang lain. Adapun kutipan atau pendapat yang berasal dari sumber lain hanyalah sebagai referensi guna menambah manfaat dan
kesempurnaan tulisan ini. Dalam proses pengajuan judul skripsi ini penulis harus terlebih dahulu
mendaftarkan judul tersebut kebagian Departemen Hukum Ekonomi dan setelah diperiksa dan dipastikan judul yang diangkat oleh penulis dinyatakan disetujui
oleh bagian Departemen Hukum Ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis yakin bahwa judul yang diangkat beserta pembahasannya belum pernah ada penulisannya pada bagian Hukum
Ekonomi khususnya dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada umumnya, sehingga keaslian penulisan yang penulis tuangkan dijamin
keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Perlakuan terhadap penanam modal diatur dalam Bab V UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 6, 7, 8, dan 9. Negara Indonesia yang menganut sistem
ekonomi yang bebas terkendali atau mixed economy tidak terlepas dan sangat tergantung pada sistem perdagangan internasional.
Dewasa ini perdagangan internasional dipengaruhi oleh sistem, ketentuan dan mekanisme WTO World Trade Organizations dengan bentuk
salah satu aturan main adalah TRIMs Agrement on Trade Related Investment Measures
. Atas dasar ketentuan tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal internasional
dari WTO dan TRIMs yaitu prinsip nondiskriminasi, prinsip Most Favoured Nations
MFN, prinsip National Treatment.
9
Indonesia telah meratifikasi segenap peraturan dalam TRIMs dan GATS, atas dasar ketentuan tersebut penanaman modal di Indonesia secara logis-yuridis
9
Ibid., hal. 109-110.
Universitas Sumatera Utara
terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal international dari WTO dan TRIMs, prinsip-prinsip tersebut adalah:
10
a. Prinsip Nondiskriminasi, prinsip ini mengharuskan negara tempat investasi
untuk memperlakukan secara sama setiap penanam modal baik penanam modal asing atau penanam modal domestik di negara tempat penanaman
modal dilakukan; b.
Prinsip Most Favoured Nations MFN, prinsip ini menuntut perlakuan sama dari negara tempat investasi terhadap penanam modal dari negara asing yang
satu dengan penanam modal asing dari negara lainnya yang melakukan aktivitas penanaman modal dinegara mana penanam modal tersebut
dilakukan; dan c.
Prinsip National Treatment, prinsip ini mengharuskan negara tempat investasi untuk tidak membedakan perlakuan antara penanam modal asing
dengan domestik. TRIMs memuat ketentuan peraturan di bidang investasi yang
mempengaruhi perdagangan bebas yang dapat dibagi atas TRIMs positif yang merupakan pemberian incentives dan TRIMs negatif karena izin investasi
dikaitkan dengan persyaratan pemilikan saham nasional; penggunaan kandungan lokal; ketentuan ekspor, kapasitas produksi, jenis, alih teknologi, dll. Ketentuan
TRIMs bertentangan dengan WTO karena ada mengatur keharusan membeli
produk dalam negeri; tidak sejalan dengan penghapusan quantitative restriction
10
Saepudin, http: www.binatalentabangsa.comSaepudin Online, diakses pada 25 April 2012, pukul 10.56 WIB
Universitas Sumatera Utara
yakni dengan pembatasan produk yang dipakai dalam proses produksi atau produk senilai ekspor.
11
Berdasarkan prinsip tersebut, Indonesia memberikan perlakuan yang sama antara penanam modal dalam negeri dengan penanam modal asing yang
melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12
Fasilitas penanaman modal diatur dalam Bab X Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, Pasal 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24. Fasilitas penanam modal
diberikan dengan pertimbangan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan negara
lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong peraturan secara lebih detail terhadap bentuk fasilitas perpajakan, fasilitas fiskal, fasilitas
perizinan impor, fasilitas imigrasi dan fasilitas hak atas tanah.
13
Penanaman modal menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
mapun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah kegiatan mananam modal untuk mlakukan usaha
11
Rahmi Janet,
Hukum Investasi,
http:www.fh.unair.ac.identryfileCapital _Investmen_Law_S2.ppt, diakses pada 25 April 2012, pukul 10.50 WIB
12
Lihat Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 6
13
Dhaniswara K. Harjono, Op.cit., hal. 136
Universitas Sumatera Utara
di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yeng berpatungan dengan penanam mosal dalam negeri.
14
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Modal
tersebut dibagi menjadi modal dalam negeri dan modal asing. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perorangan warga
negara Indonesia, atau badan usaha ang berbentuk badan hukm atu tidak berbadan hukum. Sedangkan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukm danatau badan hukum Indonesia yan sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
15
Prosedur perizinan penanaman modal perlu bagi seorang penanam modal yang akan menanamkan modalnya di suatu negara, perlu mengetahui
bagaimana prosedur atau tata cara penanaman modal di negara tersebut baik dalam bentuk penanaman modal asing ataupun dalam negeri.
Pelayanan terpadu satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perisinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap
terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara daerah.
14
Lihat Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1
15
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penulisan