Prinsip Non-Diskriminasi Most Favoured Nation Principle MFN

Pada Bab V UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 6, 7, 8, dan 9 mengatur mengenai perlakuan terhadap penanam modal, yang meliputi hal berikut ini.

1. Perlakuan yang sama terhadap semua Penanam Modal

Berdasarkan data dari World Bank lebih dari 2000 Bilateral Investment Treaty telah dibuat oleh negara-negara. Demikian juga telah dibentuk Multilateral Legal Instruments, Investment Code and Convention, International Declaration , maupun Resolution, baik itu yang difasilitasi oleh World Bank, Organization for Economic Cooperation and Development OECD, The United Nation Conference on Trade and Development UNTACD, maupun World Trade Organization and General Agreement on Tariff and Trade WTO GATT , namun sayangnya belum ada prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang secara substanstif mengikat secara universal, dikarenakan tidak adanya perjanjian multilateral yang sifatnya umum yang mengikat negara-negara. Sehingga sampai saat ini masyarakat internasional masih terus mengupayakan dan berusaha disepakatinya multilateral agreement on Investment sebagaimana diamanatkan dalam Doha Ministerial Conference. 34

a. Prinsip Non-Diskriminasi

Non-diskriminasi adalah merupakan salah satu prinsip dasar dari sistem WTO dan telah dibicarakan dalam kaitannya dengan investasi selama beberapa pertemuan kelompok kerja tersebut sejak tahun 1997. Dasar pemikiran dari perlunya diterapkan prinsip nondiskriminasi ini adalah karena host countries 34 Ibid., hal. 1. Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan alasan-alasan yang sah, dapat memberikan perlakuan yang berbeda kepada para penanam modal dengan cara yang berbeda pula. Sementara, Hukum Kebiasaan Internasional tidak mensyaratkan host country untuk menjamin perlakuan yang bersifat nondiskriminasi terhadap penanaman modal asing yang berkeinginan untuk mengembangkan aktivitas bisnisnya dalam wilayah teritorialnya, atau bahkan kepada mereka yang telah mendirikan aktifitas bisnisnya. 35 Prinsip ini mengharuskan host country untuk memberi perlakuan sama kepada setiap penanam modal baik asing maupun lokal. 36

b. Most Favoured Nation Principle MFN

Prinsip MFN adalah merupakan salah satu elemen yang fundamental dari perjanjian investasi internasional dan sistem WTO. Berdasarkan aturan MFN, host country harus memberikan perlakuan kepada penanam modal dari sebuah negara asing, sama seperti perlakuan yang telah mereka berikan kepada penanam modal dari negara asing lainnya. 37 Tujuan utama dari kewajiban perlakuan MFN dalam pasal ini adalah untuk menjamin kesamaan kesempatan bag barang-barang impor yang sejenis, atau barang-barang ekspor yang sejenis untuk semua anggota WTO. 38 Dasar dari pelaksanaan prinsip non diskriminasi ini menghendaki penentuan tarif dan persyaratan perdagangan lainnya harus diterapkan tanpa 35 Ibid ., hal. 2. 36 Dhaniswara K. Harjono, Op.cit., hal. 109. 37 Muchammad Zaiddun, Op.cit., hal. 4. 38 Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Josep Wira Koesnaidi, Pengantar Hukum WTO World Trade Organization , Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010 Universitas Sumatera Utara diskriminasi pada setiap negara anggota. 39 Dengan prinsip MFN, negara berkewajiban untuk memberikan hak yang sama kepada setiap anggota WTO lainnya dengan kondisi dan syarat yang sama, seperti yang dilakukan Jepang yang mengizinkan bank-bank Eropa mendirikan cabang di Tokyo. 40 Dalam Pasal 6 ayat 1 ditegaskan bahwa pemerintah memberi perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perlakuansama tersebut di sisi lain seperti dikesampingkan oleh UU Penanaman Modal Indonesia karena ada kesempatan perlakuan berbeda bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa. Hak istimewa itu antara lain hak istimewa yang berkaitan dengan kesatuan kepabeanan, wilayah perdagangan bebas, pasar bersama, kesatuan moneter, kelembagaan yang sejenis, dan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah asing yang bersifat bilateral, regional, atau multilateral yang berkaitan dengan hak istimewa tertentu dalam penyelenggaraan penanaman modal. 41

c. National Treatment Principle