BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perdagangan internasional dipengaruhi oleh sistem, ketentuan dan mekanisme WTO World Trade Organizations dengan bentuk salah satu
aturan main adalah TRIMs Agrement on Trade Related Investment Measures. Atas dasar ketentuan tersebut, kegiatan penanaman modal di Indonesia secara
logis-yuridis terikat kepada prinsip-prinsip penanaman modal internasional dari WTO dan TRIMs yaitu prinsip nondiskriminasi, prinsip most favoured nations
MFN, prinsip national treatment.
1
Sebagai negara yang turut ambil bagian dalam perdagangan multilateral, Indonesia sudah meratifikasi Agreement Establishment The WTO baik ketentuan-
ketentuan establishing maupun ketentuan- ketentuan annexes WTO melalui Undang-Undang nomor 7 Tahun 1994 pada 2 November 1994. Dengan ratifikasi
tersebut, maka negara-negara anggota WTO, dalam hal ini juga Indonesia, harus menyesuaikan peraturan nasionalnya dengan ketentuan yang ada dalam
persetujuan-persetujuan WTO.
2
Bagi Indonesia, baik itu penanaman modal asing maupun dalam negeri domestik memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian,
pertumbuhan lapangan kerja dan juga sumber dana peningkatan pembangunan
1
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 109-110.
2
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung: Books Terrace Library, 2007, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
seperti melalui pembayaran pajak, membawa tenaga manajemen, entrepreneur, keahlian teknik, dan pengetahuan mengenai pasar dan pemasaran dari barang-
barang yang dihasilkan. Dalam jangka panjang, hal ini akan melatih masyarakat lokal mendapat
keahlian dalam bidang-bidang yang diusahakan. Selain itu, perusahaan- perusahaan asing dapat mempercepat proses alih teknologi yang baru transfer of
technology ke negara berkembang karena dalam mendirikan perusahaan-
perusahaan di negara-negara itu, teknologi yang akan digunakan adalah teknologi yang jauh lebih baik dari yang ada di negara berkembang. Terlebih lagi kegiatan
penanaman modal asing sering kali berperan dalam membuka pasar baru dan mendorong masuknya teknologi dan keterampilan baru. Hal tersebut
memungkinkan masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan lebih baik mutunya.
3
Namun perlu disadari bahwa penanaman modal juga dapat memberi pengaruh negatif, seperti dengan banyaknya perusahaan asing yang beroperasi di
Indonesia yang menguasai aset-aset penting milik publik, seperti pertambangan minyak dan gas, listrik, sektor transportasi dan lain sebagainya, yang kemudian
menimbulkan kerawanan sosial yang selanjutnya dapat memicu benturan sosial yang biaya sosialnya social cost sangat tinggi.
4
Disisi lain, ketika kegiatan penanaman modal berkurang akan terasa menyebabkan turunnya daya tarik, dan
memperlemah hubungan antara ekonomi negara dengan pasar internasional. Akan
3
Said Zainal
Abidin, Peran
Pemerintah dalam
Pembangunan, http:www.stialan.ac.idartikel Zaenal Said.pdf, diakses pada 25 April 2012 pukul 10.52 WIB
4
Anas, Investasi Asing Sering Merugikan, http:anas99.multiply.comjournalitem4, diakses pada 4 Juni 2012 pukul 15.08 WIB
Universitas Sumatera Utara
tetapi harus tetap memandang pada nilai positifnya, sehingga penanaman modal harus terus didorong untuk menciptakan daya saing perekonomian nasional,
mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju perekonomian global. Sehingga mampu bersaing dalam perekonomian dunia yang terus menghasilkan
kompetisi antar bangsa yang semakin ketat. Pembangunan merupakan proses yang meliputi kegiatan, tindakan, dan
keputusan yang diambil dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan ketahanan bangsa. Agar pembangunan memberikan hasil yang sebesar-
besarnya, maka sumber daya dan kesempatan yang tersedia perlu dimanfaatkan secara bijaksana dan rasional. Penanaman modal merupakan salah satu unsur
penggerak yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk menghimpun dan menggerakkan modal
swasta guna menggali potensi sumber daya daerah yang akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pemerataan pembangunan. Untuk tujuan
ini, maka pemerintah memberikan keleluasan bagi para investor untuk menanamkan modalnya, baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri
PMDN maupun Penanaman Modal Asing PMA.
5
Atas dasar hal tersebut, pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal harus didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang
kondusif sehingga dapat meningkatkan daya tarik sehingga Indonesia menjadi negara tujuan investasi. Hal tersebut mulai dilakukakan dengan mengganti
5
Adi Saputra Habeahan, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Penanaman Modal Asing PMA Terhadap Promosi Dalam Negeri Di Sumatera Utara
, http:repository.usu.ac.idbitstream123456789277425Chapter I.pdf, diakses pada 25 April 2012
pukul 10.52 WIB
Universitas Sumatera Utara
kebijakan investasi yang dulunya tertutup atau sangat dibatasi dengan kebijakan yang lebih terbuka; menerapkan asas nondiskriminasi dan perlakuan yang sama
antara modal dalam negeri dan modal asing. Diikuti dengan dihasilkannya daftar negatif investasi hingga mencakup sejumlah kecil bisnis saja yang terkait dengan
kesehatan, pertanahan, keamanan dan lingkungan hidup.
6
Kemudian dilanjutkan dengan Undang-Undang Penanaman Modal yang mengatur hal-hal yang penting, yang mencakup semua kegiatan penanaman modal
langsung disemua sektor yang meliputi kebijakan dasar penanaman modal, bentuk keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang
diwujudkan dengan pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal dan tanggung jawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan
perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang didalamnya mengatur mengenai kelembagaan urusan pananaman modal dan
ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Dalam Pasal 18 sampai degan Pasal 24 Undang-Undang No. 25 Tahun
2007, ditentukan bahwa investor, baik domestik maupun asing yang menanamkan investasinya di Indonesia diberikan fasilitas atau kemudahan-kemudahan. Fasilitas
penanam modal itu diberikan kepada penanam modal yang:
7
1. Melakukan perluasan usaha; atau
2. Melakukan penanaman modal baru
6
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
7
Salim, HS, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT.Raja GrafndoPersada, 2007, hal. 273.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria investor yang akan mendapat fasilitas penanam modal telah ditentukan oleh Pasal 18 ayat 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007. Adapun
sepuluh kriteria itu meliputi: 1.
Menyerap banyak tenaga kerja; 2.
Termasuk skala prioritas tinggi; 3.
Termasuk pembangunan infrastruktur; 4.
Melakukan alih teknologi; 5.
Melakukan industri pionir 6.
Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan; 7.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup; 8.
Melaksanakan kegiatan penelitian; 9.
Bermitra dengan UKM atau koperasi; 10.
Industri yang menggunakan barang modal atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
Apabila salah satu kriteria itu dipenuhi, maka telah dianggap cukup bagi pemerintah untuk memberikan fasilitas atau kemudahan kepada investor. Ada
sepuluh bentuk fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada penanam modal investor asing maupun domestik. Kesepuluh fasilitas yang disajikan itu adalah:
1. Fasilitas Pajak Penghasilan PPh
2. Pembebasan atau Keringanan Bea Impor Barang Modal yang Belum Bisa
Diproduksi di Dalam Negeri 3.
Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk Bahan Baku atau Bahan Penolong untuk Keperluan Produksi
Universitas Sumatera Utara
4. Pembebasan atau Penangguhan Pajak Pertambahan Nilai PPN atas Impor
Barang Modal atau Mesin, yang belum dapat Diproduksi di dalam Negeri 5.
Penyusutan dan Amortisasi yang Dipercepat 6.
Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan PBB 7.
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan 8.
Fasilitas Hak atas Tanah 9.
Fasilitas Keimigrasian 10.
Perizinan Impor Pemberian fasilitas tersebut membutuhkan koordinasi yang baik antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggara dan
penanaman modal. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi harus dapat diukur kecepatannya dengan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal yang
memiliki daya saing. Selanjutnya fasilitas penanaman modal diberikan dengan pertimbangan
tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan oleh negara lain. Pentingnya
kepastian fasilitas penanaman modal ini mengharuskan pengaturan yang lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiskal, fasilitas hak atas tanah, imigrasi dan fasilitas
perizinan impor. Pemberian fasilitas tersebut setidaknya merupakan upaya untuk mendorong penyerapan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memberdayakan penanaman modal, Indonesia harus melalui beberapa tantangan, yaitu:
8
1. Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan oleh negara pesaing seperti
Cina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia; 2.
Lemahnya insentif investasi 3.
Kualitas SDM yang rendah dan terbatasnya infrastruktur 4.
Tidak adanya kebijakan yang jelas untuk mendorong pengalihan teknologi dari PMA
5. Masih tingginya biaya ekonomi karena tingginya kasus korupsi, keamanan
dan penyalahgunaan wewenang; 6.
Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah 7.
Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitas Hingga tahun 2012 ini, dalam rangka menarik penanam modal asing
maupun dalam negeri serta dalam memberikan kepastian hukum dalam berinvestasi di Indonesia, pemerintah Indonesia telah dan terus menetapkan
serangkaian peraturan baru di bidang penanaman modal, yang akan memudahkan para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Kemudahan tersebut tercermin
antara lain dalam penerapan mekanisme Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi. Arah baru regulasi di bidang
penanaman modal ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia ditengah persaingan global sehingga mampu membawa Indonesia menjadi negara
tujuan investasi terdepan.
8
Ibid., hal. 59.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, mulai banyak juga kasus-kasus yang terungkap, yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan bidang penanaman modal yang
dilatarbelakangi karena penanaman modal tersebut dirasakan tidak berpihak kepada masyarakat banyak, khususnya masyarakat di sekitar daerah itu. Hal ini
terjadi karena penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia belum dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut sehingga rakyatlah yang menjadi korban
dari para penguasa dan pengusaha. Banyak masyarakat jadi beranggapan bahwa pemerintah lebih memihak kepada penanam modal daripada rakyatnya karena
lebih mengutamakan kontrak yang telah mereka sepakati. Bahkan penanam modal investor seperti mendapat kekebalan hukum dan perlindungan khusus yang
berlebihan. Misalnya dalam pemberian fasilitas hak atas tanah kepada penanam
modal, yang justru semakin banyak memunculkan kasus-kasus pertanahan. Semakin bertambahnya status tanah-tanah milik masyarakat adat maupun
perorangan dengan status tanah sengketa. Hal tersebut seharusnya menjadi menjadi tanda tanya besar dan juga menjadi perhatian pemerintah. Bahkan dengan
terungkapnya Kasus Mesuji, yang memakan korban jiwa baik dari masyarakat setempat dan dari pihak perusahaan karena status kepemilikan lahan yang tidak
jelas. Hal tersebut disebabkan oleh Pemerintah yang tidak melakukan kontrol yang berkala atau terus menerus. Pemerintah seharusnya dapat menyelesaikan
masalah tersebut dengan cepat, penuh tanggung jawab dan bijaksana khususnya dipandang dari segi hukum ekonominya, baik itu Pemerintah Pusat, maupun
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Daerah yang telah diberi kewenangan khusus oleh UU Otonomi Daerah.
Untuk itu, penting rasanya mengkaji kembali tentang perlakuan dan pemberian fasilitas kepada penanam modal. Sehingga dengan memahami hal-hal
tersebut, dapat diketahui dengan jelas tentang perlakuan dan fasilitas apa saja yang diberikan kepada penanam modal menurut prespektif UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Sehingga, akan lebih mudah menyikapi dan menganalisa perkembangan dunia penanaman modal di Indonesia bahkan untuk
kasus-kasus yang terjadi dan kewenangan pemerintah yang seharusnya dilaksanakan dalam mengawasi dan menangani masalah-masalah yang terjadi itu,
sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
B. Perumusan Masalah