Masih ada lagi ketentuan tentang pembebasan PPn atas impor barang modal dalam berbagai peraturan pemerintah lainnya seperti Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Tertentu yang bersifat
strategis yang dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2000 tentang jenis barang dan
jasa yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai.
62
5. Penyusutan dan Amortisasi yang Dipercepat
Fasilitas lain yang diberikan kepada investor, baik domestik maupun asing adalah berupa penyusutan dan omortisasi yang dipercepat. Yang menjadi dasar
hukum pemberian fasilitas amortisasi adalah: 1.
Pasal 18 ayat 4 huruf e Undang-Undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2. Pasal 10 sampai dengan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan jo. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan; dan 3.
Pasal 2 ayat 2 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang
usaha tertentu danatau di daerah-daerah tertentu. Amortisasi adalah:
62
Ibid., hal. 298-300.
Universitas Sumatera Utara
“pengurangan nilai aktiva tidak berwujud, seperti merek dagang, hak cipta, dan lain-lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode
akuntansi. Pengurangan ini dilakukan dengan mendebit akun beban amortisasi
terhadap akun aktiva.”
63
Fasilitas penyusutan atau amortisasi merupakan kemudahan yang diberikan kepada investor, berupa pengurangan atau penghapusan terhadap harta
kekayaan yang dimiliki oleh investor, yang digunakan dalam pelaksanaan penanaman modal.
64
Harta yang dimiliki oleh investor dibagi dua macam, yaitu: 1.
Harta berwujud; dan 2.
harta tidak berwujud Harta berwujud merupakan kekayaan yang nyata, konkret yang dimiliki
dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, dan menagih, dan memelihara penghasilan, degan suatu masa manfaat yang elbih dari
satu tahun, kecuali tanah. Penyusutan yang dapat dilakukan, dalam suatu tahun pajak adalah jumlah penyusutan dari setiap golongan harta dan penyusutan untuk
setiap golongan harta ditetapkan dengan mengalihkan dasar penyusutan dari golongan itu dengan tarif penyusutan. Untuk menghitung penyusutan, harta yang
dapat disusutkan dibagi menjadi empat golongan harta, antara lain:
65
1. Golongan 1:
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk golongan bangunan, yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari empat tahun;
2. Golongan 2:
63
Ibid., hal. 301.
64
Ibid.
65
Ibid., hal. 302.
Universitas Sumatera Utara
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk golongan bangunan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari empat tahun dan tidak lebih dari
delapan tahun; 3.
Golongan 3: Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk golongan bangunan,
yang mempunyai masa manfaat lebih dari delapan tahun; 4.
Golongan 4: Bangunan dan harta tak bergerak lainnya, termasuk tambahan, perbaikan
atau perubahan yang dilakukan. Dasar penyusutan setiap golongan harta untuk setiap golongan harta untuk
suatu tahun pajak sama dengan jumlah awal pada ahun pajak untuk golongan harta itu, ditambah dengan tambahan, perbaikan atau perubahan dan dikurangkan
dengan pengurangan, karena sebab:
66
1. Luar biasa, yakni berupa akibat bencana atau karena penghentian sebagian
besar usaha, maka suatu jumlah awal untuk memperoleh dasar penyusutan, dan jumlah sebesar harga sisa buku itu merupakan kerugian dalam suatu
tahun pajak yang bersangkutan, sedangkan hasil penjualan atau penggantian asumsinya merupakan penghasilan
2. Biasa, yakni pengurangan karena sebab biasa, maka penerima netto dari
harta yang bersangkutan dikurangkan dari jumlah awal untuk memperoleh dasar penyusutan.
66
Ibid., hal. 303.
Universitas Sumatera Utara
6. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan PBB