1. Fasilitas Pajak Penghasilan PPh
Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan ini dilakukan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang
dilakukan dalam waktu tertentu.
56
Fasilitas pajak penghasilan yang diberikan kepada penanam modal diberlakukan berdasarkan kebijakan industri nasional yang ditetapkan oleh
pemerintah yang pengaturannya lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanam modal baru yang
merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, member nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi
baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional Pasal 18 ayat 5 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007.
Ada tiga bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor, yaitu: 1.
Pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30 dari jumlah penanaman modal yang dilakukan;
2. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat; kompensasi kerugian yang
lebih lama, tetapi tidak lebih dari sepuluh tahun; 3.
dan pengenaan pajak penghasilan atas dividen sebesar 10, kecuali apabila tariff menurut perjanjian yang berlaku menetapkan lebih rendah.
56
Lihat Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Pasal 18 ayat 4
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan dalam Pasal 31 huruf a Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, telah dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan
pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu danatau di Daerah-daerah
Tertentu. Fasilitas PPh merupakan fasilitas yang diberikan kepada investor yang
diberikan kepada investor yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu. Dalam Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 telah ditentukan: 1.
Bidang usaha; 2.
Daerah-daerah; 3.
Jenis-jenis fasilitas pajak penghasilan yang diberikan kepada penanam modal.
Fasilitas PPh hanya diberikan kepada wajib pajak yang berbentuk: 1.
Perseroan Terbatas; dan 2.
Koperasi Jadi, bagi pengusaha atau investor yang menanamka investasinya pada
bidang-bidang usaha dan daerah tertentu, diberkan fasilitas pajak penghasilan, yaitu pengurangan pehasilan netto sebesar 30 dari jumlah penanaman odal,
dibebaskan selama 6 tahun masing-masin sebesar 5 per tahun.
2. Pembebasan atau Keringanan Bea Impor Barang Modal yang Belum Bisa Diproduksi di Dalam Negeri
Universitas Sumatera Utara
Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal adalah melepaskan kewajiban atau pengurangan beban dari investor untuk membayar
bea masuk atas barang modal yang dimasukkan ke dalam wilayah Republik Indonesia. Pasal 4 huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 telah ditentukan
jenis-jenis barangyang dibebaskan dari bea masuk impor. Jenis-jenis barang yang dibebaskan dari pembebasan atau keringannan bea impor adalah:
1. Barang modal;
2. Mesin; atau
3. Peralatan untuk keperluan produksi yang belum bisa diproduksi di dalam
negeri. Dalam pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 297KMK.011997
jo. Nomor 545KMK.011997 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin, Barang dan Bahan-Bahan dalam Rangka Pembangunan IndustriIndustri Jasa telah
ditentukan jenis-jenis barang impor yang dibebaskan atau pengurangan dari bea masuk impor. Jenis-jenis barang impor itu meliputi:
1. Mesin terkait langsung dengan kegiatan industriindustri jasa; dan
2. Suku cadang dan komponen dari mesin dalam jumlah yang tidak melebihi
5 dari harga. Pembebasan ini hanya berlaku untuk 2 tahun, terhitung sejak tanggal
keputusan pembebasan bea masuk atas bea impor harus mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang.
Universitas Sumatera Utara
Permohonan itu diajukan kepada: 1.
Ketua BKPM Permohonan kepada ketua BKPM hanya terhadap barang impor, yang berupa:
a. Mesin;
b. Barang; dan
c. Bahan untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan PMAPMDN
2. Direktur Bea dan Cukai
Permohonan kepada Direktur Bea dan Cukai hanya terhadap barang impor, yang berupa:
a. Mesin;
b. Barang; dan
c. Bahan untuk keperluan pembangunan bagi perusahaan non PMAPMDN.
Jika permohonan tersebut lengkap, maka pejabat yang berwenang menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk atas barang impor.
Selain itu dalam Peraturan Menteri KeuanganNomor 20PMK.0102005 tentang Pembebasan Bea Masuk dan Pajak dalam Rangka Impor Tidak Dipungut
atas Impor Barang Berdasarkan Kontrak Bagi Hasil Production Sharing Contracts
Minyak dan Gas Bumi telah ditentukan fasilitas pembebasan bea masuk. Di dalam ketentuan itu, dinyatakan bahwa:
“atas impor barang untuk keperluan kegiatan eksplorasi Migas yang diimpor oleh Kontraktor bagi hasil Migas diberikan fasilitas pembebasan bea
masuk dan pajak dalam rangka impor PPN dan PPhBM Impor, serta PPH pasal 22 Impor tidak dipungut.”
Universitas Sumatera Utara
Fasilitas tersebut diberikan sampai dengan berakhirnya kontrak bagi hasil yang bersangkutan.
Keputusan Menteri
Keuangan No.176PMK0112009
tentang Pembebasan bea masuk dan impor mesin serta barang dan bahan untuk
pembangunan industri dalam rangka penanaman modal menjelaskan pada Pasal 2 ayat 1:
“
Atas impor mesin, barang dan bahan yang dilakukan olehPerusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang : industri yang menghasilkan barang; danatau
industri yang menghasilkan jasa, dapat diberikan pembebasan bea masuk.”
Pasal 2 ayat 3:
Pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diberikan sepanjang mesin, barang dan bahan tersebut :
a. Belum diproduksi di dalam negeri;
b. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan; atau c.
Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri, berdasarkan daftar mesin, barang dan bahan yang
ditetapkan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau pejabat yang ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang
terkait.
Keputusan Menteri
Keuangan No.176PMK0112009
tentang Pembebasan bea masuk dan impor mesin serta barang dan bahan untuk
pembangunan industri dalam rangka penanaman modal dalam Pasal 18 menjelaskan bahwa pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku
maka:
Universitas Sumatera Utara
“Keputusan Menteri Keuangan Nomor 298KMK.051997 tentang Ketentuan Pemindahtanganan Barang Modal Bagi Perusahaan PMAPMDN atau
Non PMAPMDN sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 394KMK.051999; Keputusan Menteri Keuangan Nomor
135KMK.052000 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Mesin, Barang dan Bahan dalam Rangka PembangunanPengembangan IndustriIndustri Jasa
sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47PMK.042005; dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
456KMK.042002 tentang Perpanjangan jangka waktu impor mesin, barang, dan bahan yang mendapatkan fasilitas berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 135KMK.052000 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Mesin, Barang dan Bahan dalam Rangka PembangunanPengembangan IndustriIndustri
Jasa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63PMK.0112007,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”
Pembebasan bea masuk atas impor mesin untuk pembangunan industri, diberikan untuk jangka waktu pengimporan selama 2 dua tahun terhitung sejak
berlakunya keputusan pembebasan bea masuk dan dapat diperpanjang sesuai dengan jangka waktu pembangunan industri tersebut sebagaimana tercantum dalam surat
persetujuan penanaman modal. Perusahaan yang telah menyelesaikan pembangunan industri serta siap produksi, kecuali bagi industri yang menghasilkan jasa, dapat
diberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk keperluan produksi paling lama 2 dua tahun, sesuai kapasitas terpasang dengan jangka waktu
Universitas Sumatera Utara
pengimporan selama 2 dua tahun terhitung sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk.
57
3. Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk Bahan Baku atau Bahan Penolong untuk Keperluan Produksi
Pembebasan atau keringanan bea masuk merupakan pelepasan kewajiban atau pengurangan beban dari investor untuk membayar pungutan pada negara
terhadap bahan baku atau bahan penolong yang diimpor oleh investor untuk keperluan produksi.
Pasal 4 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal ditentukan bahwa:
“pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka wa
ktu tertentu dan persyaratan tertentu.” Dalam pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang
perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabean telah ditentukan 11 jenis-jenis barang impor yang dibebaskan dari bea masuk.
Pembebasan atau keringanan bea masuk dapat diberikan atas impor: 1.
Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal;
2. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri;
57
Keputusan Menteri Keuangan No.176PMK0112009 tentang Pembebasan Bea Masuk dan Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan Industri dalam Rangka Penanaman
Modal, Pasal 3
Universitas Sumatera Utara
3. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri
untuk jangka waktu tertentu; 4.
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan;
5. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, atau perikanan; 6.
Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin;
7. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau
penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai;
8. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan
untuk kepentingan umum; 9.
Barang untuk keperluan olahraga yang diimpor oleh induk organisasi olahraga nasional;
10. Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan
pinjaman danatau hibah dari luar negeri; 11.
Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor.
Ketentuan tentang pembebasan atau keringanan bea masuk dapat diatur lebih lanjut oleh peraturan menteri.
58
Salah satu contohnya adalah Keputusan
58
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Pasal 26 ayat 3
Universitas Sumatera Utara
Menteri Keuangan No.34PMK0112007 tentang keringanan bea masuk atas impor bahan baku untuk pembuatan komponen kendaraaan bermotor.
Dalam ketentuan ini diatur pembebasan bea masuk terhadap impor bahan baku untuk pembuatan komponen kendaraan bermotor. Industri kendaraan
bermotor diberikan keringanan bea masuk sehingga tariff akhir bea masuknya menjadi 0 nol persen. Ada 160 jenis bahan baku untuk komponen industri,
antara lain:
59
a. Kawat baja;
b. Flat gunung besi yang bercampur baja dengan lebar lebih dari 600 mm;
c. Flat baja gulung besi, dengan lebar kurang dari 600 mm;
d. Produk baja batangan setengah jadi;
e. Kawat tembaga;
f. Produk berbahan baku tembaga dalam bentuk piringan dan lembaran
ketebalan di atas 0,15 mm g.
Besi dan baja yang diproduksi dalam bentuk benang tabung dan pipa besi. h.
Pipa besi atau baja yang ukan digunakan untuk menyalurkan gas atau minyak;
i. Dan lain-lain.
Apabila kita perhatikan ketentuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa investor atau produsen diberikan pembebasan bea masuk untuk mengimpor bahan
baku atau bahan penolong, baik untuk komponen kendaraan bermotor maupun komponen-komponen lain misalnya komponen elektronika Keputusan Menteri
59
Salim, HS, Budi Sutrisno, Op.cit., hal. 287-288.
Universitas Sumatera Utara
Keuangan No.98PMK052000, pembuatan bagian-bagian alat besar Keputusan Menteri Keuangan No.87PMK0102005, Pembebasan bea masuk dan impor
mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan industri dalam rangka penanaman modal Keputusan Menteri Keuangan No.176PMK0112009
sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 0.
60
4. Pembebasan atau Penangguhan Pajak Pertambahan Nilai PPN atas Impor Barang Modal atau Mesin, yang belum dapat Diproduksi di
dalam Negeri
Kemudahan lain yang diterima oleh investor, baik domestik maupun asing yang menanamjan modalnya di Indonesia adalah pembebasan atau penangguhan
Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin, yang belum dapat diproduksi di dalam negeri Pasal 4 huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007. Ketentuan tentang pembebasan PPn atas impor barang modal tersebar
dalam berbagai peraturan pemerintah, diantaranya:
61
1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena
Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
60
Ibid, hal. 292.
61
Ibid., hal. 292-294.
Universitas Sumatera Utara
Dalam peraturan pemerintah ini diatur tentang barang dan jasa yang dibebaskan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Jenis barang dan jasa atas impor
yang dibebaskan dari PPN disajikan berikut ini. Barang kena pajak tertentu yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan
pajak pertambahan nilai, yakni: 1.
senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan
patrol, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya, yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia
TNI, Kepolisian Negara Republik Indonesia atau oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI untuk melakukan
impor tersebut, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh PT Persero PINDAD, yang digunakan dalam
pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan. 2.
Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional PIN
3. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.
4. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat
keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional, atau perusahaan
Universitas Sumatera Utara
penyelenggara jasa angkutan sungai, danau dan penyelenggara nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya.
5. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau
alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga
Nasional, dan suku cadang serta peralatan perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional. 6.
Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT
Persero Kereta Api Indonesia, dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh PT Persero Kereta Api Indonesia, yang
digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang dan peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana, yang akan digunakan oleh
PT Persero Kereta Api Indonesia. 7.
Peralatan berikut suku cadang yang digunakan oleh departemen pertahanan atau TNI ntuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah
Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan nasional yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang
ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI.
Universitas Sumatera Utara
Masih ada lagi ketentuan tentang pembebasan PPn atas impor barang modal dalam berbagai peraturan pemerintah lainnya seperti Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Tertentu yang bersifat
strategis yang dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2000 tentang jenis barang dan
jasa yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai.
62
5. Penyusutan dan Amortisasi yang Dipercepat