13
b. Berdasarkan penelitian sebelumnya, data diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.
Sedangkan dalam penelitian ini, data diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-
2014. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen
terhadap Effective Tax Rate ETR pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai beerikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap effective tax rate? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap effective tax rate?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap effective tax rate? 4. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap effective tax rate?
5. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap effective tax rate? 6. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap effective tax rate?
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap effective tax rate; 2. Pengaruh leverage terhadap effective tax rate;
3. Pengaruh profitabilitas terhadap effective tax rate; 4. Pengaruh intensitas aset tetap terhadap effective tax rate;
5. Pengaruh intesitas persediaan terhadap effective tax rate; 6. Pengaruh komisaris independen terhadap effective tax rate;
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara
lain adalah sebagai berikut: 1 Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
2 Masyarakat, sebagai
sarana informasi
untuk menambah
pengetahuan akuntansi. 3 Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai topik ini.
15
b. Kontribusi Praktis Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi praktis antara
lain adalah sebagai berikut: 1 Bagi
pembuat kebijakan
perpajakan agar
dapat lebih
memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.
2 Bagi perusahaan agar perusahaan dapat lebih baik lagi dalam upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan teori agensi adalah kontrak antara satu atau beberapa principal yang menyewa orang lain
agent untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Dalam
pendelegasian wewenang pemilik principal kepada manajer agent, manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi
kepentingan pemilik. Teori keagenan juga mengimplikasikan adanya asimetri informasi
antara manajer sebagai pihak agen dan pemilik sebagai prinsipal. Manajemen sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik principal dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan
demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing-masing pihak
berusaha untuk
mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen agent dengan pemilik
principal yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba earnings management dalam rangka
menyesatkan pemilik pemegang saham mengenai kinerja ekonomi
17
perusahaan Irfan dalam Melinda dan Nur, 2013. Dalam pelaksanaan kontrak akan timbul biaya agensi agency cost, yaitu biaya yang timbul
agar manajer bertindak selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan kontrak ataupun melakukan pengawasan Masri dan Martani, 2012.
Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat mempengaruhi berbagai hal yang menyangkut kinerja perusahaan, salah
satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak. Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan self assessment system yaitu wewenang
yang diberikan oleh pemerintah untuk menghitung dan melaporkan pajak sendiri. Penggunaaan self assessment system dapat memberikan
kesempatan pihak agen untuk menghitung penghasilan kena pajak serendah mungkin, sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan
menjadi turun. Hal ini dilakukan pihak agen karena adanya asimetris informasi terhadap pihak prinsipal, dengan melakukan manajemen pajak
maka pihak agen akan memperoleh keuntungan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari kerjasama dengan pihak prinsipal Ardyansah dan
Zulaikha, 2014.
2. Pajak
Salah satu cara negara untuk melakukan pembiayaan pembangunan adalah dengan cara menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
yang berupa pajak. Serta menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh wajib
pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan undang-
18
undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.” Berikut ini beberapa pengertian Pajak yang dikutip oleh R. Santoso
Brotodiharjo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Pajak 1992:2-6 sebagai berikut
a. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani “Pajak adalah iuran kepada negara
yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. ”
b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH “Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan
tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.” c. Menurut
Prof. Edwin R.A, Seligmen “Pajak itu merupakan suatu kontribusi seseorang yang bersifat paksaan kepada pemerintahnegara
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bertalian dengan masyarakat umum tanpa adanya manfaatkeuntungan-keuntungan
yang ditunjukan secara khusus kepada seseorang sebagai imbalannya”
19
d. Menurut Mr. Dr. N. J. Fieldmann “Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan secara sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.” e.
Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang
dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.” f.
Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaya “Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-
jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa pengertian pajak adalah: 1 Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah
berdasarkan undang-undang perpajakan dan aturan pelaksanaanya dapat dipaksakan.
2 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah yang dilakukan oleh para
wajib pajak.
20
3 Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana sumber daya dari sektor swasta wajib pajak membayar pajak ke sektor negara
pemungut pajak atau administrator pajak. 4 Pajak digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan jika
ada surplus digunakan untuk membiayai public investment dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan
3. Effective Tax Rate ETR
Menurut Richardson dan Lanis 2007 Tarif pajak efektif adalah perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial
sebelum pajak. Tarif pajak efektif digunakan untuk mengukur dampak perubahan kebijakan perpajakan atas beban pajak perusahaan. Dengan
menggunakan tarif pajak efektif kita bisa mengetahui seberapa besar persentase perusahaan sebenarnya membayar pajak sebenarnya terhadap
laba komersial yang diperoleh oleh perusahaan. Serta dari tarif pajak efektif ini perusahaan bisa melihat berapa riilnya perusahaan membayar
pajak apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang ditetapkan berdasarkan laba komersial sebelum pajak perusahaan tersebut. Tarif pajak
efektif perusahaan merupakan ukuran penting dari beban pajak bagi para pembuat kebijakan untuk jenis usaha tertentu dan dalam pemberian
insentif kepada wajib pajak. Haryadi, 2012. Dan tarif pajak efektif ini juga bermanfaat bagi perusahaan untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut dalam memanajemen sistem
21
perpajakan yang berlaku. Karena apabila perusahaan memiliki persentase tarif pajak efektif yang lebih tinggi dari tarif yang ditetapkan maka
perusahaan kurang maksimal dalam memaksimalkan insentif-insentif perpajakan yang ada maka dapat memperkecil persentase pembayaran
pajak dari laba komersial. Serta tarif pajak efektif ini juga sering digunakan oleh para pembuat keputusan dan pihak yang berkepentingan
sebagai alat dalam membuat kesimpulan mengenai sistem perpajakan Jurnal Stickney dan McGee dalam Haryadi, 2012.
Price Waterhouse Coopers PWC merumuskan tarif pajak efektif sebagai total pajak penghasilan terutang dibagi dengan penghasilan
sebelum pajak. Total pajak penghasilan terutang merupakan beban pajak yang dibayarkan pada tahun berjalan Handayani dan Arfan, 2014. Dari
definisi tersebut effective tax rate ETR mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase perusahaan membayar pajak
sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan. Dan dari tarif pajak efektif ini perusahaan bisa melihat berapa pajak yang
sebenarnya dibayar apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang ditetapkan berdasarkan laba komersial sebelum pajak perusahaan tersebut.
Tarif pajak efektif perusahaan merupakan ukuran penting dari beban pajak bagi para pembuat kebijakan untuk jenis usaha tertentu dan dalam
pemberian insentif kepada wajib pajak. Sedangkan di pihak pemerintah tarif pajak efektif ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan dalam membuat peraturan perpajakan tentang
22
insentif yang akan diberikan kepada wajib pajak tertentu serta dalam penetapan tarif pajak yang berlaku. Sehingga tarif pajak efektif ini sangat
penting digunakan untuk mengukur dampak perbedaan kebijakan perpajakan dengan kebijakan akuntansi atas beban pajak perusahaan.
Haryadi, 2012. Menurut Deviani 2009 dalam penelitiannya membedakan beban
pajak perusahaan atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan mencerminkan besarnya beda waktu yang dikalikan
dengan suatu tarif pajak marginal. Beban pajak tangguhan ini muncul karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan menurut akuntansi
dan pajak. Beban pajak kini mencerminkan adanya perbedaan waktu dan perbedaan tetap sebagai akibat adanya perbedaan aturan perpajakan
dengan standar akuntansi. Beberapa alasan mendasar terkait dengan penetapan effective tax
rate ETR perusahaan. Alasan pertama adalah adanya pengaruh politik yang terjadi dalam proses perpajakan. Pengaruh perubahan politik
terkadang dapat menyebabkan adanya intervensi tergantung dengan bagaimana pihak-pihak yang berkuasa dan yang berkepentingan. Tidak
transparasinya proses penetapan tarif pajak yang dilakukan pemerintah menyebabkan adanya kemungkinan intervensi yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan. Alasan kedua adalah kandungan informasi laporan pajak perusahaan yang ditimbulkan oleh para investor.
Dengan laporan pajak maka para investor dapat melihat sejauh mana
23
perusahaan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan investor yang cenderung memilih berada pada
jalur aman dalam setiap investasinya
Kevin dan Thomas 1985 dalam Aunalal 2011.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan indikator untuk mengukur tahap kedewasaan suatu perusahaan. Perusahaan besar adalah perusahaan yang
memiliki total aset dalam jumlah besar, untuk perusahaan yang memiliki total aset yang lebih kecil dari perusahaan besar maka dapat dikategorikan
dalam perusahaan menengah, dan yang memiliki total aset jauh dibawah perusahaan besar dapat dikategorikan sebagai perusahaan kecil Darmadi
dan Zulaikha, 2013. Zimmerman 1983 menjelaskan bahwa ukuran perusahaan sebagai
proksi dari political cost dianggap sangat sensitif terhadap perilaku
pelaporan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman 1983
menjelaskan bahwa perusahaan yang lebih besar akan membayar pajak
yang lebih tinggi, sehingga dengan besaran laba yang semakin besar maka akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Perusahaan
dengan jumlah aset yang tinggi maka akan meningkatkan jumlah produktivitas juga. Ketika produktivitas meningkat maka jumlah laba yang
dihasilkan perusahaan akan semakin meningkat pula dan laba adalah
faktor yang mempengaruhi beban pajak yang dihasilkan.
24
Menurut Richardson dan Lanis 2007 ada dua pandangan yang saling bersaing tentang hubungan antara effective tax rate ETR dan
ukuran perusahaan: the political cost theory dan the political power theory. The political cost theory mempunyai visibilitas yang tinggi, hal ini
menyebabkan perusahaan akan menjadi sorotan pemerintah dan menjadi korban regulasi dari kebijakan pemerintah. Sedangkan the political power
theory menjelaskan hubungan antara perusahaan besar dengan sumber daya yang dimilikinya untuk memanipulasi proses politik melakukan tax
planning untuk mencapai penghematan pajak yang optimal.
5. Leverage
Leverage banyaknya jumlah utang yang dimiliki perusahaan dalam melakukan pembiayaan dan dapat digunakan untuk mengukur besarnya
aktiva yang dibiayai dengan utang. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi mempunyai ketergantungan pada pinjaman luar untuk
membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri
Yulfaida dan Zulaikha, 2012. Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan
yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang. Dalam hal ini utang
berbanding terbalik dengan laba sehingga jika utang semakin besar maka laba akan semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan
25
pajak, semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban pajaknya Tiearya, 2012.
Masri dan Martani 2012 menjelaskan bahwa pemilihan utang dan modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya biaya bunga pada utang menjadi pertimbangan penggunaan utang sebagai sumber pendanaan oleh
perusahaan Masri dan Martani, 2012. Modigliani dan Miller dalam Masri dan Martani 2012 menjelaskan bahwa biaya bunga merupakan faktor
pengurang pajak penghasilan sehingga dapat digunakan untuk menghemat pajak.
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh
kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Jenis rasio utang Leverage ratio dalam penelitian ini adalah debt to
equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Bagi bank kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio
yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik
26
dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk
umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik
bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang
stabil Kasmir, 2009:160. Leverage menjelaskan hubungan antara penggunaan dana
perusahaan yang diperoleh dari utang. Penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya
tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan
secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahan
dengan jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate
ETR yang lebih rendah karena pengeluaran biaya bunga akan
mengurangi biaya pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan Noor et
al, 2010.
6. Profitabilitas
Atarwaman 2011 menjelaskan bahwa profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba juga untuk mengetahui efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki. Ghozali dan Chariri dalam Atarwaman
2011 menjelaskan laba akuntansi merupakan selisih pengukuran
27
pendapatan dan biaya. Selisih antara pendapatan yang diterima oleh perusahaan akan dikurangkan dengan biaya untuk melihat kinerja
perusahaan apakah mendapatkan laba atau merugi dari kegiatan usaha perusahaan Darmadi dan Zulaikha, 2013.
Ketika perusahaan telah mengalami laba, maka dapat dikatakan bahwa manajemen telah bekerja dengan baik dalam memaksimalkan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga pendapatan yang diterima oleh perusahaan lebih besar daripada biaya yang diperlukan untuk
mendapatkan pendapatan Atarwaman, 2011. Perusahaan yang menerima penghasilan atau mendapatkan laba dari kegiatan usahanya diwajibkan
untuk membayar pajak atas penghasilan yang diterima. Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan
dikenakan kepada subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun pajak. Semakin besar penghasilan yang diterima
oleh perusahaan akan berpengaruh pada besarnya pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan Richardson dan Lanis, 2007.
Menurut Rodriguez dan Arias 2012 profitabilitas merupakan salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang memiliki
keuntungan yang besar akan membayar pajak setiap tahun. Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang rendah atau bahkan
mengalami kerugian akan membayar pajak yang lebih sedikit atau tidak sama sekali. Selain itu dengan menggunakan kompensasi kerugian,
perusahaan dapat mengurangi kewajiban membayar pajak untuk tahun
28
buku sebelumnya atau berikutnya. Semua ini merupakan manfaat beban pajak
untuk perusahaan-perusahaan
yang mengalami
kerugian. Berdasarkan konsep tersebut, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dapat secara langsung mempengaruhi tarif efektif perusahaan membayar pajak.
7. Intensitas Aset Tetap
Aset tetap merupakan komponen aset yang paling besar nilainya di dalam neraca Laporan Posisi Keuangan sebagian besar perusahaan,
terutama perusahaan padat modal seperti perusahaan manufaktur. Martani et al. 2012 mendefinisikan aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrasi. b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Martani et al. 2012 menjelaskan bahwa aset tetap suatu entitas memiliki masa manfaat lebih dari satu periode dan seiring dengan
pemakaian aset tetap tersebut maka kemampuan potensial aset tetap tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan semakin berkurang. Oleh
karena itu, biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjang umur dari aset tersebut secara sistematis. Depresiasi adalah metode
pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai secara sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut Martani et al, 2012. Dalam
manajemen pajak, depresiasi dapat dijadikan sebagai pengurang beban
29
pajak. Perusahaan dengan rasio aset tetap dibanding dengan total aset yang besar, akan membayar pajak lebih rendah dibanding perusahaan yang
memiliki rasio lebih kecil Blocher et al, 2007.
8. Intensitas Persediaan
Usaha manufaktur biasanya mempunyai 5 lima jenis persediaan, yaitu sebagai berikut: Agoes, 2013:54
a. Bahan baku dan bahan pelengkap Biaya perolehan bahan baku raw material terdiri atas harga
pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai
dalam produksi. Bahan baku masih dapat digolongkan ke dalam bahan baku langsung
dan bahan pembantu. Bahan baku langsung adalah bahan-bahan yang dapat diidentifikasi langsung dalam produk, misalnya bahan kayu
untuk pembuatan lemari. Bahan baku pelengkap adalah bahan yang tidak dapat diidentifikasi dalam produk, seperti minyak pelumas dan
kertas amplas. Bahan tersebut secara fisik tidak terlihat dalam produk. b. Barang dalam pengolahan
Barang dalam pengolahan work in process adalah barang yang masih dalam tahap penyelesaian. Untuk menyelesaikan produk
tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan sehingga membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya.
30
c. Barang jadi Barang jadi finished goods adalah produk yang telah selesai diolah
dan siap untuk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah selesai dibebankan. Persediaan
meliputi barang-barang yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan atau yang dititipkan kepada pihak lain. Barang-barang yang tidak
dapat lagi dijual atau digunakan untuk produksi tidak digolongkan ke dalam persediaan. Persediaan semacam ini dimasukkan sebagai bagian
aset lain-lain. d. Barang dalam perjalanan
Barang dalam perjalanan goods in transit adalah barang yang dikirimkan atas dasar FOB Shipping Point yang masih berada dalam
perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperhitungkan pada catatan pembeli. Apabila tidak diperhitungkan
maka persediaan dan utang usaha akan terlalu rendah dicatat dalam neraca serta pembelian dan persediaan akhir akan terlalu rendah
dicatat dalam laporan laba rugi. e. Barang konsinyasi
Barang konsinyasi consigned goods adalah barang yang telah diserahkan kepada consignee tetapi merupakan kepemilikan dari
consignor dan dimasukkan dalam persediaan consignor sebesar harga beli atau biaya produksi. Consigned goods akan diungkapkan dalam
31
catatan tersendiri. Consignee harus hati-hati agar tidak memasukkan setiap barang konsinyasi sebagai bagian dari persediaan.
Investasi persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur dengan rasio perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset
Richardson dan Lanis, 2007. Rasio ini dapat digunakan untuk analisis apakah investasi perusahaan terhadap persediaan telah sesuai dengan
kebutuhan atau malah terjadi pemborosan. Beberapa fungsi dari persediaan menurut Herjanto 2007:238 antara lain:
a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang diperlukan oleh perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga persediaan tidak akan kesulitan jika bahan baku tidak tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
tersedianya barang yang diperlukan. Perusahaan yang memiliki jumlah persediaan yang besar
membutuhkan biaya yang besar untuk mengatur persediaan yang ada. Herjanto 2007:237 menjelaskan bahwa jumlah persediaan yang besar
akan mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar,
32
meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting
bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya Martani et al, 2012.
PSAK No. 14 revisi 2008 mendefinisikan persediaan sebagai aset yang; i tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; ii dalam
proses produksi untuk penjualan tersebut; iii dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Investasi persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur dengan rasio perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset Richardson
dan Lanis, 2007. Rasio ini dapat digunakan untuk analisis apakah investasi perusahaan terhadap persediaan telah sesuai dengan kebutuhan
atau malah terjadi pemborosan. PSAK No. 14 revisi 2008 menjelaskan bahwa biaya tambahan
yang timbul akibat investasi perusahaan pada persediaan harus dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai biaya dalam periode terjadinya
biaya. Dengan dikeluarkannya biaya tambahan dari persediaan dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya, maka dapat menyebabkan
penurunan laba perusahaan Darmadi dan Zulaikha, 2013. Ketika perusahaan mengalami penurunan laba, maka perusahaan akan membayar
pajak lebih rendah sesuai dengan laba yang diterima oleh perusahaan.
33
9. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan Ujiyantho dan Bambang, 2007.
Komisaris independen memiliki peran yang sangat penting dalam penerapan corporate governance karena keberadaan dewan komisaris
belum dapat memberikan jaminan terlaksananya prinsip-prinsip corporate governance, khususnya mengenai perlindungan terhadap investor. Untuk
mendorong implementasi corporate governance, dibentuk sebuah organ tambahan dalam struktur perseroan. Organ tambahan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan penerapan corporate governance di dalam perusahaan-perusahaan
di Indonesia
Surya dan
Yustiavandana, 2006:133.
Rifai 2009 menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen
dan untuk menjaga fairness serta memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakeholder lainnya. Komisaris independen sangat dibutuhkan oleh perusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia terutama bagi perusahaan publik.
34
Dengan adanya komisaris independen semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang
suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan
akuntabilitas yang lebih tinggi Rifai, 2009. Surya dan Yustiavandana 2006:135 menjelaskan bahwa
komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan tersebut. Dengan adanya komisaris independen
diharapkan dapat terjadinya keseimbangan dalam perusahaan antara manajemen perusahaan dan para stakeholder-nya.
Keberadaan komisaris independen berdasarkan peraturan Bursa Efek Indonesia BEI Nomor Kep-305BEJ07-2004 mewajibkan
perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI untuk memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari seluruh
jajaran anggota dewan komisaris. Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif
bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tercatat. Beberapa
kriteria lainnya
tentang komisaris
independen berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-29PM2004
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor IX.I.5 adalah sebagai berikut:
35
1 Komisaris Independen tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;
2 Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau Perusahaan Publik, Komisaris, Direksi, atau Pemegang
Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik; 3 Komisaris Independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan
publik; 4 Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik. Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-
tugas utama meliputi Surya dan Yustiavandana, 2006:138: 1 Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar
rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan
kinerja perusahaan, memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi, dan penjualan aset. Tugas ini terkait dengan tanggung jawab
serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen accountability.
2 Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses
pencalonan anggota dewan direksi yang transparan trancparency dan adil fairness.
36
3 Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris,
termasuk penyalahgunaan aset dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini memberikan perlindungan terhadap hak-hak para pemegang
saham fairness. 4 Memonitor pelaksanaan governance, dan melakukan perubahan jika
diperlukan. 5 Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam
perusahaan untuk menyediakan informasi yang tepat waktu dan jelas. Komisaris independen mempunyai peran yang cukup berpengaruh
terhadap tingkat perusahaan dalam membayar pajak. Menurut Suyanto 2012 semakin banyak jumlah komisaris independen maka pengawasan
terhadap agen akan semakin ketat. Karena adanya pengawasan lebih dari komisaris independen maka diprediksi tingkat pajak efektifnya sesuai
dengan semestinya. Komisaris independen selalu mengawasi agar perusahaan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku Ardyansah,
2014.
37
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No Peneliti dan Judul
Tahun Metode Penelitian
Hasil Persamaan
Perbedaan 1
Ardyansah dan Zulaikha
2014 1. Variabel dependen:
Effective Tax Rate 2. Variabel Independen:
Size, Leverage, Profitability, Capital
Intensity Ratio, dan Komisaris Independen
1. Intensitas
Persediaan Variabel size ukuran perusahaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate ETR dengan arah negatif
Variabel leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate ETR.
Variabel profitability tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate
ETR. Variabel capital intensity ratio tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate ETR.
Variabel
komisaris komisaris
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
effective tax rate ETR dengan arah positif. Bersambung ke halaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 Lanjutan No
Peneliti dan Judul Tahun
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
2
Chiao et, al.
2012
“Determinants of Effect Tax Rates for
Firms Listed on
China‟s Stock Markets: Panel
Models With Two- Sided Cencors
” 1.
Variabel dependen: Effective Tax Rate
2. Variabel Independen: Kepemilikan Aset
Tetap, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Intensitas Persediaan
dan Leverage 1. Variabel Independen:
Komisaris Independen
Kepemilikan saham oleh pemerintah dan kepemilikan aset tetap tidak ada memiliki
pengaruh dengan tarif pajak efektif. Ukuran perusahaan, ROA dan intensitas
persediaan pengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.
Variabel independen hutang perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak
efektif.
3
Teddy Haryadi 2012
“Pengaruh Intensitas Modal, Leverage, dan
Ukuran Perusahaan TerhadapTarif Pajak
Efektif Pada Perusahaan
Pertambangan di BEI Tahun 2010-2011
1. Variabel Dependen: Tarif Pajak Efektif
2. Variabel Independen: Ukuran Perusahaan,
hutang perusahaan 1. Variabel Independen:
Intensitas Modal, Profitabilitas,
Intensitas Aset Tetap, dan Komisaris
Independen Intensitas modal dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
Variabel leverage akan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif
Bersambung ke halaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 Lanjutan No
Peneliti dan Judul Tahun
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
4
Noor et al.
2008
“Corporate Effective Tax Rates: a Study on
Malaysian Public Listed Companies
” 1. Variabel Dependen:
Tarif Pajak Efektif 2. Variabel
Independen: Ukuran Perusahaan,
Intensitas Persediaan, Profitabilitas, Hutang
Perusahaan, Intensitas Aset Tetap
1. Variabel Independen: Komisaris Independen
Ukuran perusahaan
dan intensitas
persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.
ROA, hutang perusahaan dan intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap
tarif pajak efektif
Untuk jenis usaha perusahaan didapatkan hasil bahwa industri produk, perdagangan
dan jasa, consumer product, pertanian, teknologi dan properti memiliki tarif pajak
efektif yang rendah dibanding sektor lain.
5
Richardson dan Lanis 2007
“Determinants of The Variability in
Corporate Effective Tax Rates and Tax
Reform : Evidence
From Australia” 1. Variabel Dependen:
Effective Tax Rate 2. Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan, hutang finansial,
intensitas aset tetap, dan intensitas
persediaan 1. Variabel Independen:
Komisaris Independen, profitabilitas, intensitas
penelitian dan pengembangan
Ukuran perusahaan, hutang finansial, intensitas aset tetap, intensitas penelitian
dan pengembangan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif
Untuk variabel intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak
efektif
Sumber: diolah dari berbagai referensi
40
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengenai pengaruh terhadap tarif pajak efektif pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Terdapat
beberapa variabel yang ingin diteliti oleh peneliti karena diindikasikan mempengaruhi tarif pajak efektif. Diantaranya: Ukuran Perusahaan,
Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen yang dalam hal ini menjadi variabel independen dan
Tarif Pajak Efektif yang akan menjadi variabel yang dipengaruhi atau dependen.
Penelitian ini mengambil perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014. Dalam menentukan sampel pada
penelitian ini, menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih secara cermat dengan karakteristik populasi yang dicari oleh peneliti sehingga
relevan dengan rancangan penelitian yang diharapkan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dapat diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut:
41
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran menyeluruh tentang penelitian ini tergambar dalam 2.1 alur penelitian seperti berikut:
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan, dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate
ETR
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Tahun 2010-2014
Basis Teori
Variabel Independen Ukuran Perusahaan X
1
Ardyansah dan Zulaikha:2014 Leverage X
2
Ardyansah dan Zulaikha:2014 Profitabilitas X
3
Ardyansah dan Zulaikha:2014 Intensitas Aset Tetap X
4
Ardyansah dan Zulaikha:2014 Intensitas Persediaan X
5
Chiao et, al:2012 Komisaris Independen X
6
Ardyansah dan Zulaikha:2014 Variabel Dependen
Effective Tax Rate Y Ardyansah dan
Zulaikha:2014
Bersambung ke halaman berikutnya
42
Gambar 2.1 Lanjutan Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik: - Uji Heterokedastisitas
- Uji Multikolonieritas - Uji Normalitas
- Uji Autokorelasi
Regresi Berganda
Uji Hipotesis: - Uji Simultan dengan F-test
- Uji Parsial dengan t-test
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
43
D. Hipotesis