1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terbentang luas dari Sabang hingga Merauke mempunyai jumlah penduduk yang cukup
besar sekitar 250 juta jiwa dan merupakan suatu objek potensial dalam pajak. Indonesia sendiri mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan terletak
pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan banyak perusahaan dalam maupun luar negeri yang berada di Indonesia. Tingginya
jumlah pertumbuhan perusahaan di Indonesia seperti perusahaan manufaktur maupun jasa menyebabkan roda perekonomian bergerak dengan cepat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Kondisi seperti itu dapat menguntungkan pemerintah dalam
penerimaan negara dari sektor pajak. Waluyo 2011 dalam Ardyansah dan Zulaikha 2014 menyebutkan
bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana
yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Peranan pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga pemerintah menaruh
perhatian khusus pada sektor pajak. Pemerintah di Indonesia sendiri melakukan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya untuk
mengoptimalkan sektor perpajakan. Berdasarkan hal tersebut besar kecilnya penerimaan pajak dapat menentukan besarnya anggaran APBN.
2
Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 pasal 2
ayat 1 huruf b menjelaskan bahwa subjek pajak badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
lainnya. Perusahaan ketika menerima atau memperoleh penghasilan akan
merubah status perpajakannya menjadi wajib pajak dan akan dikenai pajak penghasilan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1
menjelaskan bahwa pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang-undang disebut wajib pajak. Wajib Pajak akan dikenakan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak Darmadi dan Zulaikha, 2013.
3
Perusahaan dalam penghitungan pajaknya menggunakan dasar penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang
No.36 Tahun 2008. Tarif pajak badan yang berlaku di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 1 huruf b, ayat 2, ayat
2 huruf a, huruf b, dan pasal 31E. Darmadi dan Zulaikha, 2013. Menurut Mangoting 1999, bagi perusahaan pajak dianggap sebagai
biaya sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Perusahaan melakukan manajemen pajak dengan
tujuan untuk mengurangi atau menekan serendah mungkin kewajiban pajaknya. Mangoting 1999 menyatakan bahwa manajemen pajak
merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban pajak yang benar tetapi jumlah pajak dapat dikurangi atau ditekan serendah mungkin untuk mendapatkan
laba dan likuiditas yang diharapkan oleh manajemen. Untuk mendorong pengusaha melakukan usaha yang lebih giat lagi, pemerintah memberikan
insentif penurunan tarif Pajak badan dalam negeri. Penjelasan Undang- Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2b menjelaskan bahwa:
Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 empat puluh persen dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5 lima
persen lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan ayat 2a yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan website resmi Dirjen pajak pada tahun 2011, Pemerintah mencatat penerimaan dari sektor perpajakan sebesar Rp 872,6 triliun atau
99,3 dari target sebesar Rp 878,7 triliun. Perbedaan sebesar Rp 6,1 triliun
4
tersebut menunjukkan bahwa penerimaan dan target penerimaan dari sektor pajak tidak sesuai dengan yang diharapkan, meskipun dibandingkan pada
tahun 2010 penerimaan pajak pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 20,6. Direktorat Jenderal Pajak DJP telah menyiapkan berbagai
langkah-langkah untuk mengamankan target penerimaan pajak, salah satunya adalah pengawasan secara lebih intensif pada sektor usaha yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap penerimaan perpajakan. Pajak dalam perusahaan mendapatkan perhatian yang cukup
signifikan, dikarenakan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima perusahaan sehingga
sebisa mungkin perusahaan membayar pajak serendah mungkin. Berbeda dengan pemerintah yang menganggap pajak adalah penerimaan negara yang
cukup penting sehingga pemerintah akan menarik pajak setinggi-tingginya. Adanya perbedaan pandangan antara pemerintah dengan manajemen
perusahaan mengenai pajak menyebabkan banyak perusahaan ketika mendapatkan beban pajak yang dirasakan terlalu berat maka mendorong
manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan memanipulasi laba perusahaan Wulandari, dkk, 2004.
Upaya pemerintah untuk melakukan pengoptimalan dalam sektor pajak ini bukan tanpa kendala. Salah satu kendala pemerintah dalam upaya
pengoptimalan sektor pajak ini adalah penghindaran pajak Tax Avoidance dan penggelapan pajak Tax Evasion atau dengan berbagai kebijakan yang
diterapkan perusahaan untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayar
5
perusahaan, salah satunya adalah perusahaan dapat memilih metode akuntansi yang tepat untuk menurunkan effective tax rate ETR. Penghindaran pajak
Tax Avoidance adalah suatu tindakan yang benar-benar legal Zain dalam Ardyansah, 2014.
Upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti perencanaan pajak tax
planning, penghindaraan pajak tax avoidance dan penggelapan pajak tax evasion. Berbagai kebijakan dapat diambil oleh perusahaan guna
menurunkan jumlah beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan termasuk dalam pemilihan metode akuntansi sehingga dapat menurunkan
besaran pajak efektif. Pengukuran perencanaan pajak yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan tarif pajak efektif effective tax rateETR.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Karayan dan Swenson 2007, salah satu cara untuk mengukur seberapa baik sebuah perusahaan mengelola
pajaknya adalah dengan melihat tarif efektifnya. Tarif pajak efektif adalah perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial sebelum
pajak Richardson dan Lanis, 2007. Keberadaan nilai effective tax rate ETR merupakan salah satu bentuk perhitungan nilai tarif ideal pajak yang
dihitung dalam sebuah perusahaan, oleh karena itu keberadaan dari effective tax rate ETR kemudian menjadi suatu perhatian yang khusus pada berbagai
penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif dari berbagai insentif pajak dan perubahan tarif pajak perusahaan. Liansheng et al., 2007
6
Dengan adanya beban pajak akan mengurangi laba bersih perusahaan. Oleh karena itu perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat
membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak atau bahkan melakukan penghindaran pajak illegal yang sering disebut dengan
penggelapan pajak. Kasus Asian Agri yang terungkap pertama kali pada awal tahun 2007 merupakan kasus penggelapan pajak terbesar. Kasus tersebut
adalah contoh nyata dari upaya sejumlah perusahaan untuk menghindari pajak secara illegal. Sejumlah perusahaan bersedia untuk menyuap petugas pajak
fiskus agar beban pajak yang dibayar perusahaan berkurang. Upaya-upaya sejumlah perusahaan tersebut akan merugikan perusahaan dikemudian hari,
maka perusahaan seharusnya melakukan penghindaran pajak dengan cara- cara yang legal karena dalam ketentuan perpajakan masih terdapat berbagai
celah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan optimal dan minimum secara keseluruhan. Optimal
berarti bahwa, perusahaan tidak membayar sesuatu pajak yang semestinya tidak harus dibayar, membayar pajak dengan jumlah yang paling sedikit
namun tetap dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.
https:triyani.wordpress.com20080606pengindaran-pajak-vs- penggelapan-pajak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk membayar pajak, ukuran perusahaan size misalnya merupakan variabel yang
paling banyak digunakan untuk meneliti beban pajak perusahaan Rodriguez
7
dan Arias, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang 2003 dan Richardson dan Lanis 2007 menjelaskan bahwa perusahaan yang
termasuk dalam perusahaan berskala besar membayar pajak lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil. Hasil penelitian Derashid dan
Zhang 2003 dan Richardson dan Lanis 2007 menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif.
Porcano dalam Noor et al. 2010 menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar mempunyai lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan
untuk perencanaan pajak dan lobi politik. Tetapi ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa perusahan yang berskala besar membayar pajak lebih
besar daripada perusahaan berskala kecil, ini dikarenakan adanya political cost yang menyebabkan jumlah beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
besar menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya Zimmerman, dalam Noor et al., 2010.
Leverage menjelaskan hubungan antara penggunaan dana perusahaan yang diperoleh dari utang. Utang dapat menyebabkan penurunan pajak
dikarenakan adanya biaya bunga yang timbul dari utang yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan. Penggunaan
utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Prabowo 2006 dalam Darmadi, 2013 menjelaskan
bahwa bunga pinjaman baik yang dibayar maupun yang belum dibayar pada saat jatuh tempo adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan.
Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang
8
sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahaan dengan jumlah
utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate ETR yang lebih rendah karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan Noor et al., 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha 2013
menemukan bahwa semakin banyak penggunaan utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan maka semakin baik tarif pajak efektif yang
dihasilkan oleh perusahaan ditandai dengan semakin rendahnya tarif pajak efektifnya, dikarenakan biaya bunga merupakan faktor pengurang dalam
pajak. Hasil penelitian oleh Hanum dan Zulaikha 2013 menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap effective tax rate. Penelitian yang
dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha 2014 menemukan bahwa leverage memiliki arah yang positif menunjukkan bahwa peningkatan biaya bunga
diikuti dengan peningkatan biaya pajak. Perusahaan menggunakan utang yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga menghasilkan pendapatan
di luar usaha perusahaan. Hal ini membuat laba yang diperoleh perusahaan naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang ditanggung perusahaan.
Hasil penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha 2014 menemukan bahwa leverage mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap effective tax
rate. Karena adanya perbedaan hasil penelitian dan data yang terus menerus mengalami perubahan, maka diperlukan penelitian untuk mengatasi masalah
ini.
9
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai pajak yang tinggi. Pada Undang Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1
dijelaskan bahwa penghasilan yang diterima oleh subjek pajak perusahaan akan dikenai pajak penghasilan, sehingga semakin besar penghasilan yang
diterima oleh perusahaan akan menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kepada perusahaan Richardson dan Lanis,
2007. Hasil penelitian oleh Richardson dan Roman 2007 menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Noor et al. 2010 menemukan bahwa besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban pajak
perusahaan. Penyebabnya adalah karena perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan yang memiliki pendapatan tinggi cenderung menghadapi
beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan
keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang dapat menyebabkan tarif pajak efektif perusahaan lebih rendah dari yang
seharusnya Noor et al., 2010. Hasil penelitian oleh Noor et al. 2010 menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tarif pajak
efektif. Intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi pajak
perusahaan karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap tersebut. Beban depresiasi tersebut akan menjadi pengurang terhadap pajak
yang harus dibayar oleh perusahaan Blocher et al., 2007. Dalam penelitian
10
di Malaysia yang dilakukan oleh Noor et al. 2010 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan
membayar pajaknya lebih rendah, karena perusahaan mendapatkan keuntungan dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat
mengurangi beban pajak perusahaan. Hasil penelitian oleh Noor et al. 2010 menemukan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tarif
pajak efektif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha 2014
menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi menanggung beban pajak yang tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa
perusahaan mempunyai aset tetap yang sudah habis manfaat ekonominya tetapi tidak dihentikan pengakuannya dan untuk aset bergerak seperti
kendaraan jika dibawa pulang oleh penggunanya maka tidak semua biaya penyusutan atau pemeliharaan dapat dibebankan melainkan hanya sebasar
50. Adanya perlakuan terhadap biaya penyusutan terhadap aset tetap dapat mempengaruhi perhitungan jumlah pajak yang ditanggung perusahaan. Hasil
penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha 2014 menemukan bahwa intensitas aset tetap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.
Besarnya intensitas persedian dapat menimbulkan biaya tambahan yang dapat mengurangi laba perusahaan. PSAK No 14 Revisi 2008
menjelaskan jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi, biaya penyimpanan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan
dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode
11
terjadinya biaya. Biaya tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan terhadap persediaan akan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan
perusahaan. Adanya hubungan linear antara laba perusahaan dengan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan menyebabkan penurunan pembayaran pajak
yang dilakukan oleh perusahaan Darmadi dan Zulaikha, 2013. Penelitian tentang intensitas persediaan yang telah dilakukan oleh
Richardson dan Lanis 2007, Noor et al. 2010, dan Chiao et al. 2012 menemukan bahwa intensitas persediaan berakibat pada bertambahnya pajak
yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Bertambahnya jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan dikarenakan tidak adanya faktor pengurang pajak
dalam kepemilikan persediaan. Hasil penelitian oleh Richardson dan Lanis 2007, Noor et al. 2010, dan Chiao et al. 2012 menemukan bahwa
intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif. Sabli dan Noor 2012 menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan
mengenai latar belakang kegiatan bisnis perusahaan dapat mempengaruhi kinerja pengawasan komisaris independen terhadap manajemen perusahaan
dan mengakibatkan gagalnya perumusan strategi perusahaan yang efektif termasuk dalam strategi yang berhubungan dengan pajak. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sabli dan Noor 2012 bahwa komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha 2014 menemukan bahwa banyaknya proporsi komisaris independen yang semakin
besar dapat berpengaruh pada beban pembayaran pajak yang lebih tinggi.
12
Komisaris independen akan melaporkan jumlah pajak sesuai dengan tarif pajak yang berlaku terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Seperti
yang dijelaskan Suyanto 2012 semakin banyak jumlah komisaris independen maka pengawasan terhadap agen akan semakin ketat. Hasil
penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha 2014 menemukan bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.
Berkembangnya sistem perpajakan dan semakin ketatnya regulasi pemerintah mengenai sistem perpajakan yang ada di Indonesia, serta
berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi effective tax rate pada perusahaan
manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dikarenakan karena perusahaan
manufaktur cukup mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan untuk mendapatkan hasil yang tidak bias dan
akurat, karena setiap jenis bidang usaha memiliki peraturan dan kebijakan yang berbeda.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha
2014. a. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian sebelumnya
menggunakan variabel size, leverage, profitability, capital intensity ratio dan komisaris independen. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti
menambahkan variabel intensitas persediaan.
13
b. Berdasarkan penelitian sebelumnya, data diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.
Sedangkan dalam penelitian ini, data diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-
2014. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen
terhadap Effective Tax Rate ETR pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014 ”.
B. Rumusan Masalah