pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier Komala, 2006.
2.3.5. Prinsip Pengobatan TB Paru
Pengobatan TB diberikan dalam kombinasi obat dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan. Hal ini supaya semua kuman
termasuk kuman persister dapat dibunuh. Pengobatan TB di bagi menjadi 2 tahap yaitu tahap intesif dan tahap lanjutan. Dosis tahap intesif dan tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Pemberian obat yang tidak tepat, jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan tidak tepat maka kuman TB akan
berkembang menjadi kebal terhadap obat atau resisten Aditama, 2002 Kepatuhan penderita minum obat serta pemeriksaan sputum sangat diperlukan
guna menjamin kesembuha penderita TB. Pengobatan pada tahap intensif, penderita minum obat setiap hari selama 1 bulan dan diawasi oleh PMO pengawasan minum
obat. Bila pengobatan intensif diberikan kepada penderita TB paru secara tepat selama 2 minggu, maka penderita yang tadinya menularkan bibit penyakit TB,
menjadi tidak menular. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negative konversi pada akhir pengobatan intensif Crofton dkk, 2002. Sedangkan
pada tahap lanjutan penderita mendapat obat dalam jumlah yang lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lama. Hal ini penting untuk membunuh kuman yang
persister dormant sehingga mencegah kekambuhan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Pengobatan Penderita TB Paru
Departemen Kesehatan RI 2010 menjelaskan pengobatan penderita TB paru dengan memberikan obat standar telah mendapat rekomendasi dari WHO dan
Internatioal Union Against Tuberkulosis And Lung Desease IUATLD yaitu : 1.
Kategori 1. 2HRZE4H3R3, 2HRZE4HR, 2HRZE6HE Obat ini diberikan pada penderita kategori 1, yaitu tahap intensif yang terdiri dari
Isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z, dan Etambutol E. Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZE. Kemudian diberikan pada
tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid H, Rifampisin R, diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan 4H3R3. Penderita dengan kategori 1 adalah ;
• Penderita Baru TB paru BTA positif. • Penderita paru BTA negatif roentgen positif sakit berat
• Penderita TB ekstra paru berat. 2.
Kategori 2. 2HRZESHRZE5H3R3E3, 2HRZESHRZE5HRE Obat ini diberikan pada penderita kategori II, tahap intensif diberikan selama 3
bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z, Etambutol E dan suntikan streptomisin setiap hari di UPK. Pemberian obat
dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid P, Etambutol E setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan 5 bulan dengan HRE
yang diberikan selama 3 kali dalam seminggu. Penderita dengan kategori 2 adalah:
Universitas Sumatera Utara
• Penderita kambuh relaps • Penderita gagal Failure
• Penderita denga pengobatan setelah lalai after default 3.
Kategori 3. 2HRZ4H3R3, 2HRZ4HR, 2HRZ6HE Obat ini diberikan pada penderita kategori 3, tahap intensif yang terdiri dari HRZ
diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HEZ, diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR selama 4 bulan dan diberikan 3 kali seminggu 4H3R3.
Penderita kategori 3 adalah : • Penderita baru BTA negative roentgen positif sakit ringan
• Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar Limfe, pleuritis eksudativa unilateral, TB kulit, TB tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar
adrenal Aditama, 2002 4.
OAT Sisipan HRZE Bila pada tahap akhir intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 dan kategori 2 hasil pemeriksaan masih BTA positif maka diberikan obat sisipan HRZE setiap hari selama 1 bulan.
2.3.7. Tatalaksana Penderita yang Berobat tidak Teratur