berpengaruh signi fikan terhadap ketidakpatuhan berobat pada penderita TB paru dan
yang paling dominan adalah faktor pendidikan. Sehubungan dengan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat anti
tuberkulosis, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hutapea 2009 menunjukkan dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan minum obat
penderita TB Paru. Perhatian atas kemajuan pengobatan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan kepatuhan minum OAT penderita paru.
5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kesembuhan Pengobatan TB Paru
Dilihat dari hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan kesembuhan pengobatan, diketahui bahwa dari 69 responden dengan pengetahuan yang baik
tentang TB paru, hanya 2 orang 2.9 tidak sembuh dan 67 orang 97.1 sembuh. Sebaliknya dari 31 orang dengan pengetahuan buruk tentang TB paru, 2 orang
38.7 tidak sembuh dan 19 orang 61.3 sembuh. Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p = 0.000, PR 13.35, 95 CI 3.178-56.125 artinya ada hubungan
signifikan antara faktor pengetahuan dengan kesembuhan pengobatan. Hal ini juga dikonfirmasi oleh nilai PR = 13.35 artinya, responden dengan pengetahuan baik
tentang TB paru diperkirakan memiliki peluang untuk sembuh 13,35 kali dibandingkan responden dengan pengetahuan buruk tentang TB paru.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa responden yang rajin berobat dan mematuhi aturan yang ditentukan dalam pengobatan adalah responden
yang memiliki pengetahuan yang baik Nazar, 2007. Hal yang sama dikemukakan
Universitas Sumatera Utara
oleh Notoatmodjo 2010 bahwa pengetahuan diartikan sebagai hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat atau sakit atau kesehatan,
misalnya tentang penyakit penyebab, cara penularan, serta pencegahan, gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan berencana dan
sebagainya Notoatmodjo, 2010. Berdasarkan penjelasan Notoatmodjo tersebut di atas dapat diyakni bahwa
dengan mengetahui seluk beluk penyakit termasuk bentuk pengobatannya, maka peluang untuk mencapai kesembuhan juga akan semakin tinggi. Hal yang sama
dikemukakan oleh Prawiradilaga 2008 bahwa pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan
diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis. Dari
definisi ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang diperoleh melalui panca indera, dimana pengetahuan itu merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Hidayat 2000 juga memperlihatkan bahwa responden yang tidak
teratur berobat adalah mereka yang memiliki pengetahuan kurang baik 50,46. Pengetahuan responden yang kurang tentang TB Paru dalam penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Nazar 2007 bahwa responden yang rajin berobat dan
Universitas Sumatera Utara
mematuhi aturan yang ditentukan dalam pengobatan adalah responden yang memiliki pengetahuan yang baik.
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kajian teoritis tersebut di atas, penulis mengasumsikan bahwa tidak ada penyimpangan antara temuan penelitian dengan
teori terkait.
5.3 Hubungan Sikap dengan Tingkat Kesembuhan Pengobatan TB Paru