anggota keluarga lain yang pada selanjutnya membuat jumlah penderitanya tetap tinggi.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Dukungan Keluarga dan Karakteristik Penderita TB Paru
terhadap Kesembuhan pada Pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan.”
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan dukungan
keluarga dan karakteristik penderita TB Paru terhadap kesembuhan pada pengobatan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Polonia Medan ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan dukungan keluarga dan karakteristik penderita TB Paru terhadap kesembuhan pada
pengobatan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Polonia Medan.
1.4. Hipotesis
Ada hubungan antara dukungan keluarga dan karakteristik penderita TB Paru dengan kesembuhan
pada pengobatan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Polonia Medan tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian
a. Bagi puskesmas Polonia Medan, sebagai informasi mengenai masalah yang
berkaitan dengan dukungan keluarga dan karakteristik penderita TB Paru terhadap kesembuhan
b. Bagi keluarga, sebagai acuan dalam rangka peningkatan dukungan keluarga
serta memberikan motivasi kepada penderita TB Paru dalam rangka pada pengobatan TB Paru.
kesembuhan c.
Secara teoritis dapat mendukung pengembangan ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan, serta dapat dimanfaatkan sebagai acuan ilmiah untuk
pengembangan ilmu kesehatan khususnya tentang TB Paru. terhadap pengobatan TB Paru
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga
2.1.1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga Friedman 1992. Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga.
2.1.2. Peranan Keluarga
a. Pola Komunikasi Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan
sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses
penyembuhan. b. Peran Keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
keluarga dan masyarakat. Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah
akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga. Dalam hal ini peran keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit Friedman, 1992.
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi
kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
3. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak
sangat penting. 4. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung rumah dan tempat untuk
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan Pemeliharaan Kesehatan Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
6. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga
di bidang kesehatan yaitu : a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC Aditama, 2002.
b. Memutuskan Tindakan Kesehatan yang Tepat Bagi Keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakankeluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil
Universitas Sumatera Utara
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan
menonjolnya masalah. c. Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan Aditama, 2002.
d. Memodifikasi Lingkungan Keluarga untuk Menjamin Kesehatan Keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan bisa disebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e. Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Sekitarnya Bagi Keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat
perawatan segera agar masalah teratasi.
2.1.3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program
Universitas Sumatera Utara
pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat
dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan Friedman, 1992.
Dukungan keluarga juga terkait dengan bidang ekonomi. Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan
tetapi ada kalanya penderita TBC sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program
pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak
terjadi ketidakpatuhan. Dukungan lainnya adalah dalam bentuk dukungan sosial. Dukungan sosial
dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu
mengurangi kecemasan ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat
menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
1. Sarafino 1994 mengelompokkan lima jenis dukungan sosial atau tindakan
yang mendukung meliputi: Dukungan Emosional Emotional
Keluarga berfungsi sebagai tempat berteduh dan beristirahat yang berpengaruh terhadap ketenangan emosional mencakup pemberian empati
Universitas Sumatera Utara
dengan mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih sayang, kepercayaan, dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat seseorang merasa lebih
dihargai, nyaman, aman dan disayangi. 2.
Dukungan Penghargaan Esteem Support Keluarga berfungsi sebagai pemberi umpan balik yang positif, menengahi
penyelesaian masalah yang merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas keluarga.
3. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan rasa
hormat penghargaan positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu
dengan orang- orang lain, contohnya dengan membandingkannya dengan
orang lain yang lebih buruk keadaannya
Dukungan Instrumental Instrumental
4. Keluarga merupakan suatu sumber bantuan yang praktis dan konkrit.
Bantuan mencakup pemberian bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu orang yang membutuhkannya.
Dukungan ekonomi akan membantu untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan pemeliharaan kesehatan.
Dukungan Informasi Informational Untuk dukungan informasi, keluarga memberikan informasi, penjelasan
tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang. Untuk mengatasi masalah dapat dilakukan
dengan cara memberikan nasehat, anjuran, petunjuk dan masukan.
Universitas Sumatera Utara
5. Dukungan Jaringan Network
Sehubungan dengan dukungan jaringan, dalam hal ini berarti dukungan yang memberikan perasaan menjadi bagian dari keanggotaan suatu kelompok
masyarakat yang berbagi kepentingan dan kegiatan-kegiatan sosial.
2.2. Karakteristik Penderita TB Paru 2.2.1. Pengetahuan
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar knowledge is justified true believed. Pengetahuan adalah isi pikiran sehingga pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu Danim, 2004. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2010.
Depdiknas 2009 pengetahuan adalah persepsi yang jelas mengenai sesuatu, pemahaman, pembelajaran, pengalaman praktikal, kemahiran, pengecaman, serta
kumpulan maklumat tersusun yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, kebiasaan terhadap bahasa, konsep, ide, fakta-fakta dan kesanggupan menggunakan
semua yang diketahui.
Universitas Sumatera Utara
Prawiradilaga 2008 menjelaskan pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul
ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan
diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat
televisi, dan sebagainya serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu
yang diperoleh melalui panca indera, dimana pengetahuan itu merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
2.2.1.1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan, yaitu:
1 Tahu Know Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Tahu artinya dapat
mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.
2 Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Universitas Sumatera Utara
3 Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4 Analisis Analysis
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan
kaitannya satu sama lain. 5 Sintesis Syntesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
2.2.2. Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2010. Azwar 2007 mengemukakan sikap adalah prediposisi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu itu sendiri tetapi sikap lebih merupakan proses
kesadaran yang sifatnya individual. Melalui, sikap kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individu
dalam kehidupan sosialnya. Uno 2006 menjelaskan sikap sebagai kecenderungan merespon atau
kesiapan untuk merespon. Sikap dikatakan berkaitan dengan sikap negatif dan positif
Universitas Sumatera Utara
terhadap objek psikologis. Sikap terdiri dari sikap positif dan negatif. Orang yang memiliki sikap positif kehadirannya didambakan, menyenangkan dan orang merasa
senang bersamanya. Sementara sikap negatif umumnya memiliki perilaku yang kurang menyenangkan dan membuat orang lain tidak betah bersamana dan cenderung
merugikan orang lain. Maxwell 2004 mengatakan sikap positif merupakan salah satu modal yang
paling penting yang bisa dimiliki seseorang dalam hidupnya. Sikap positif berarti perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang
berlaku pada masyarakat. Sebaliknya sikap negatif adalah perilaku yang kurang baik dan memunculkan kecendrungan untuk menjauhi, membenci, menghindari
ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Hal yang sama Suryabrata 2005, mengatakan sikap attitude berhubungan
dengan sesuatu objek. Sikap biasanya memberikan penilaian menerima atau menolak terhadap objek yang dihadapi.
Sikap merupakan suatu keadaan internal internal state yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa objek, pribadi dan peristiwa. Keadaan
internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan Gagne, 1974.
Sikap adalah perilaku yang dimiliki seseorang dan tertanam sejak dini dan perilaku yang dimiliki seseorang berbeda-beda dalam arti ada yang baik, ada
juga yang buruk tergantung dari individu masing-masing Badudu, 2004. Sikap adalah suatu bentuk perasaan yaitu perasaan mendukung atau memihak favourable
Universitas Sumatera Utara
maupun perasaan tidak mendukung unfavourable pada suatu objek Error Hyperlink reference not valid., 2009.
Rahayuningsih 2008 memberikan pengertian sikap sebagai berikut : 1. Berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan
mendukung atau memihak favourable maupun perasaan tidak mendukung unfavourable pada suatu objek.
2. Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya respon. 3. Berorientasi pada skema triadic : sikap merupakan konstelasi komponen-
komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan
sekitarnya. Dari definisi yang disebutkan diatas dapat dipahami bahwa :
1. Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam keterkaitannya dengan objek tertentu.
2. Sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui proses belajar.
3. Sikap selalu berhubungan dengan objek, sehingga tidak berdiri sendiri. 4. Sikap dapat berhubungan dengan satu objek, tetapi dapat pula berhubungan
dengan sederet objek sejenis.
Universitas Sumatera Utara
5. Sikap memiliki hubungan dengan aspek otivasi dan perasaan atau emosi http:myrahayu.blogspot.com, 2009.
2.2.2.1. Tingkatan Sikap
1. Menerima Menerima diartikan bahwa seseorang subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan objek. 2. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.2.2. Komponen Sikap
Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek dan memiliki 3 komponen Notoadmodjo, 2003, yakni :
1. Komponen Kognitif Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa
yang diketahui manusia. Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, dan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
2. Komponen Afektif Komponen ini membentuk sikap dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap suatu objek yang menunjukkan arah sikap positif dan negatif. Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang
diketahui manusia. 3. Komponen Konatif
Komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan kecenderungan berperilaku terhadap objek sikap atau kemauan untuk bertindak.
2.2.2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Terbentuknya Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah 1. Pengalaman Pribadi
a. Dasar pembentukan sikap. Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
b. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor eksternal. 2. Kebudayaan
a. Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan.
b. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3. Orang Lain yang Dianggap Penting http:myrahayu.blogspot.com, 2009.
Uno 2006 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti selektivitas dalam hal memilih rangsang-rangsang
mana yang akan didekati dan yang mana harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri seseorang.
2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar diri individu. Terbentuknya sikap sebagai hasil belajar tergantung dari kondisi baik internal maupun
eksternal.
2.2.2.4. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Schultz 2006 menjelaskan pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat
yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan favourable. Sebailknya pernyataan sikap mungkin
pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan
pernyataan yang tidak favourable unfavourable.
2.2.2.5. Komponen dan Skala Pengukuran Sikap
Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang
dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi hal tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan terhadap objek tersebut. Oleh
Universitas Sumatera Utara
sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu Walgito, 2003.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rintangan nilai tertentu.
Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi kedalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Corak khas dari skala Likert adalah bahwa semakin tinggi
skor yang diperoleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap, demikian sebaliknya Walgito, 2003.
2.2.3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannnya dengan pendidikan dimana semakin tinggi maka semakin luas
pengetahuan seseorang Danim, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Tingkat Pendapatan Keluarga
Pemenuhan kebutuhan keluarga berkaitan dengan tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan adalah besarnya penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan yang
dilakukan. Kepatuhan seseorang terhadap pengobatan TB Paru sering kali dihadapkan dengan masalah rendahnya pendapatan yang selanjutnya mengarah
kepada kurang terpenuhinya gizi dan kurangnya kepedulian terhadap hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengobatan TB Paru. Tidak terpenuhinya pengobatan TB
Paru secara teratur disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah.
2.2.5. Jarak Tempuh ke Puskesmas
Sarana dan prasarana yang tersedia mendukung tercapainya program pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat. Pemerintah
membangun rumah sakit dengan fasilitas yang memadai bertujuan untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Demikian halnya dengan puskesmas yang dibangun dengan
tenaga medis dan sarana serta prasarana yang terus diupayakan mengalami perkembangan. Dalam hal perawatan kesehatan terutama bagi kaum ekonomi kelas
bawah, jarak tempuh dari tempat tinggal mereka ke puskesmas juga merupakan salah satu kendala dalam hal kepatuhan mereka menjalankan pengobatan. Pada
akhirnya mereka tidak mematuhi aturan pengobatan yang dianjurkan.
2.2.6. Cara Transportasi ke Puskesmas
Kemudahan sampai ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan dan tersedianya transportasi yang memadai memiliki peranan penting
terhadap penderita. Dengan banyaknya transportasi yang tersedia tentunya membuat
Universitas Sumatera Utara
penderita berkeinginan melakukan pengobatan terhadap penderita yang dialaminya. Sebaliknya, transportasi yang sulit ke puskesmas membuat si penderita sering
mengurungkan niatnya dalam melakukan pengobatan ditambah lagi faktor waktu dan biaya yang dikeluarkan. Apabila penderita harus mengeluarkan uang yang lumayan
besar untuk mencapai ke puskesmas, maka kemungkinan besar penderita tidak mematuhi aturan yang diberikan kepadanya dengan pertimbangan keuangan yang
mereka miliki. 2.3. Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk basil dengan ukuran 0,3µ-0,6µ. Sebagian besar
kuman terdiri dari asam lipid sehingga kuman ini tahan terhadap asam. Ada dua spesies Mycobakterium yang menyerang manusia yaitu mycobacterium tuberculosis
the human strain dan mycobacterium bovis Hard dan Mukty, 2008. Kuman mycobacterium masuk kedalam tubuh manusia melalui udara, masuk kedalam saluran
pernapasan, terus keparu paru dan menetap di sana, atau dapat menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh darah atau saluran pembuluh limfe Crofton dkk, 2002
2.3.1. Gejala-Gejala Tuberkulosis
Keluhan yang dirasakan penderita TB Paru dapat bermacam macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah Hard dan Mukty,
2008.
Universitas Sumatera Utara
1. Demam
Penderita TB Paru sering mengalami demam, yang kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41
2. Batuk
C. Demam dapat hilangtimbul sehingga penderita tidak terbebas dari demam yang menyerupai influenza.
Batuk yang terus menerus dan berdahak 3 minggu atau lebih terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk dapat bersifat kering non produktif kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif menghasilkan sputum. Keadaan lebih lanjut adalah batuk bercampur darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah, hal ini terjadi pada kavitas atau pada ulkus dan dinding bronkus. 3.
Sesak Nafas Pada penyakit ringan baru kambuh belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasi sudah terjadi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Badan Lemah Malaise, nafsu makan berkurang, tidak enak badan, berkeringat
pada malam hari walaupun tanpa kegiatan, serta berat badan menurun, demam mering lebih dari sebulan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Klasifikasi Penyakit
Penentuan klasifikasi dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi
penderita TB paru adalah Depkes 2003.
2.3.2.1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak termasuk pleura. Penderita ini paling banyak ditemukan sekitar 80 adalah penderita TB dan TB paru tipe ini
yang paling menular Aditama, 2002
2.3.2.2. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, saluran kencing, kulit, susunan
saraf dan perut Crofton dkk, 2002, sedangkan untuk menentukan tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu :
1. Kasus Baru
Penderita yang digolongkan ke pada kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah minum OAT tetapi kurang dari
satu bulan. 2.
Kambuh Relaps Tipe kambuh adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi dan berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Universitas Sumatera Utara
3. Pindahan Transfer in
Pindahan adalah penderita yang mendapat pelayanan pengobatan di satu kota dan kemudian pindah berobat ke kota lain.
4. Kasus Berobat Setelah Lalai pengobatan setelah defaultdroup out
Kasus berobat lalai adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti berobat 2 bulan atau lebih kemudian datang lagi berobat.
5. Gagal
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5, atau penderita dengan hasil BTA negative, rontgen
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan. 6.
Kronis Kronis adalah pengobatan penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.
2.3.3. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Mycobacterium Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang aerobik tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak lipid. Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
Universitas Sumatera Utara
sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal inimerupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis Crofton
dkk, 2002. Kuman TBC menyebar melalui udara batuk, tertawa dan bersin dan
melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar Dep Kes RI 2002.
2.3.4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis TBC
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi Aditama, 2002.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ,basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit Crofton dkk, 2002. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
Universitas Sumatera Utara
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga
berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 – 20 hari Aditama, 2002. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya
akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel Crofton dkk, 2002. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair
lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini
dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan
Universitas Sumatera Utara
nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa Komala 2006
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas Aditama, 2002. Keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang
biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh Crofton, dkk, 2002.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain
menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem
Universitas Sumatera Utara
pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier Komala, 2006.
2.3.5. Prinsip Pengobatan TB Paru
Pengobatan TB diberikan dalam kombinasi obat dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan. Hal ini supaya semua kuman
termasuk kuman persister dapat dibunuh. Pengobatan TB di bagi menjadi 2 tahap yaitu tahap intesif dan tahap lanjutan. Dosis tahap intesif dan tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Pemberian obat yang tidak tepat, jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan tidak tepat maka kuman TB akan
berkembang menjadi kebal terhadap obat atau resisten Aditama, 2002 Kepatuhan penderita minum obat serta pemeriksaan sputum sangat diperlukan
guna menjamin kesembuha penderita TB. Pengobatan pada tahap intensif, penderita minum obat setiap hari selama 1 bulan dan diawasi oleh PMO pengawasan minum
obat. Bila pengobatan intensif diberikan kepada penderita TB paru secara tepat selama 2 minggu, maka penderita yang tadinya menularkan bibit penyakit TB,
menjadi tidak menular. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negative konversi pada akhir pengobatan intensif Crofton dkk, 2002. Sedangkan
pada tahap lanjutan penderita mendapat obat dalam jumlah yang lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lama. Hal ini penting untuk membunuh kuman yang
persister dormant sehingga mencegah kekambuhan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Pengobatan Penderita TB Paru
Departemen Kesehatan RI 2010 menjelaskan pengobatan penderita TB paru dengan memberikan obat standar telah mendapat rekomendasi dari WHO dan
Internatioal Union Against Tuberkulosis And Lung Desease IUATLD yaitu : 1.
Kategori 1. 2HRZE4H3R3, 2HRZE4HR, 2HRZE6HE Obat ini diberikan pada penderita kategori 1, yaitu tahap intensif yang terdiri dari
Isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z, dan Etambutol E. Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZE. Kemudian diberikan pada
tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid H, Rifampisin R, diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan 4H3R3. Penderita dengan kategori 1 adalah ;
• Penderita Baru TB paru BTA positif. • Penderita paru BTA negatif roentgen positif sakit berat
• Penderita TB ekstra paru berat. 2.
Kategori 2. 2HRZESHRZE5H3R3E3, 2HRZESHRZE5HRE Obat ini diberikan pada penderita kategori II, tahap intensif diberikan selama 3
bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z, Etambutol E dan suntikan streptomisin setiap hari di UPK. Pemberian obat
dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid P, Etambutol E setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan 5 bulan dengan HRE
yang diberikan selama 3 kali dalam seminggu. Penderita dengan kategori 2 adalah:
Universitas Sumatera Utara
• Penderita kambuh relaps • Penderita gagal Failure
• Penderita denga pengobatan setelah lalai after default 3.
Kategori 3. 2HRZ4H3R3, 2HRZ4HR, 2HRZ6HE Obat ini diberikan pada penderita kategori 3, tahap intensif yang terdiri dari HRZ
diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HEZ, diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR selama 4 bulan dan diberikan 3 kali seminggu 4H3R3.
Penderita kategori 3 adalah : • Penderita baru BTA negative roentgen positif sakit ringan
• Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar Limfe, pleuritis eksudativa unilateral, TB kulit, TB tulang kecuali tulang belakang, sendi dan kelenjar
adrenal Aditama, 2002 4.
OAT Sisipan HRZE Bila pada tahap akhir intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 dan kategori 2 hasil pemeriksaan masih BTA positif maka diberikan obat sisipan HRZE setiap hari selama 1 bulan.
2.3.7. Tatalaksana Penderita yang Berobat tidak Teratur
Seseorang penderita kadang-kadang berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai. Hal ini dapat terjadi karena penderita belum memahami bahwa
obat harus ditelan seluruhnya dalam waktu yang telah ditetapkan. Pengobatan terhadap penderita yang putus berobat tergantung pada tipe penderita, lamanya
Universitas Sumatera Utara
pengobatan sebelumnya, lamanya putus berobat, dan bagaimana hasil pemeriksaan dahak sewaktu dia kembali berobat Aditama, 2002. Untuk jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 2.1. Pengobatan Penderita TB Paru BTA Positif yang Berobat Tidak Teratur
Lama Pengobatan
sebelumnya Lama
pengobatan terputus
Pemeriksaan dahak
Hasil Pemeriksaan
dahak
Diregister kembali
Pengobatan
Kurang dari 1 bulan
2 minggu Tidak
- -
Lanjutkan kat 1 2-8 minggu
Tidak -
- Kat 1 dari awal
8 minggu Ya
Positif -
Kat 1 dari awal Negatif
- Lanjutkan kat 1
12 bulan 1-8 minggu
Ya positif
- Tambahkan. 1 bln
sisipan Negatif
Lanjutkan kat 1 8 minggu
Ya Positif
Pengobatan setelah defult
Kat 2 dari awal Negatif
Pengobatan setelah defult
Lanjutkan kat 1
2 bln 2 minggu
Tidak -
- Lanjutkan kat 1
2-8 minggu Ya
Positif -
Kat 2 dari awal Negatif
- Lanjutkan kat 1
8 minggu Ya
Positif Pengobatan
setelah defult Kat 2 dari awal
Negatif Pengobatan
setelah defult Lanjutkan kat 1
Sumber : Depkes, 2007
2.3.8. Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut
Hasil pengobatan penderita TB paru dapat dikategorikan menjadi Depkes 2003 yaitu :
1. Sembuh
Penderita dikatakan sembuh bila hasil pemeriksaan ulang sputum paling sedikit 2 kali berturut-turut negatif, salah satu diantaranya haruslah pemeriksaan akhir
pengobatan. Apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengobatan Lengkap
Penderita yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap tetapi tidak ada pemeriksaa ulang sputum, khususnya pada akhir pengobatan AP. Seharusnya
semua penderita BTA positif di lakukan pemeriksaan ulang sputum. 3.
Meninggal Penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab
apapun. 4.
Pindah Penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten kota lain.
5. Drop out
Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. Tindak lanjut : Lacak penderita tersebut dan beri
penyuluhan pentingnya berobat secara teratur. 6.
Gagal Penderita dikatakan gagal pada pengobatan TB paru apabila :
a. Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan sputumnya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan intensif atau pada akhir pengobatan kategori 2.
b. Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan sputumnya pada akhir bulan ke
dua menjadi positif.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kepatuhan 2.4.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan adalah suatu sikap yang akan muncul pada seseorang yang merupakan suatu reaksi terhadap sesuatu yang ada dalam peraturan yang harus
dijalankan. Sikap tersebut muncul apabila individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual Azwar, 2002. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia 1997, kepatuhan diartikan sebagai sikap yang sesuai dengan peraturan yang telah diberikan.
Muliawan 2010 menyatakan berhasilnya suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan
compliance pasien untuk mengikuti terapi yang telah di tentukan. Kepatuhan pasien ditentukan oleh beberapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman
mengobati sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan teman dan keluarga, adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, Interaksi dengan tenaga
kesehatan dokter, apoteker dan perawat. http:binfar.depkes.go.idindex.php, 2010 Drennan.V, Graw.C, 2000 kepatuhan Compliance dalam pengobatan dapat
diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis. Mengenai segala sesuatu yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat. Hali ini merupakan syarat utama tercapainya
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Sarfino 1994 mendefinisikan kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
ketaatan sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain.
Kepatuhan terhadap pengobatan adalah kesetiaan mengikuti program yang direkomendasikan sepanjang pengobatan dengan pengambilan semua paket obat yang
ditentukan untuk keseluruhan panjangnya waktu yang diperlukan Untuk mencapai kesembuhan diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap penderita.
Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8
bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh datang berobat dan minum obat bila frekuensi minum obat tidak dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan. Penderita
dikatakan lalai jika datang lebih dari 3 hari-2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan drop out jika lebih dari 2 bulan terturut-turut tidak datang berobat setelah
dikunjungi petugas ksehatan Depkes, 2002. Faktor-faktor pengetahuan, dukungan keluarga, motivasi minum obat dan KIE
yang rendah memiliki pengaruh terhadap pengobatan TB Paru. Besarnya angka ketidakpatuhan berobat akan mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan
penderita TB paru dan menyebabkan makin banyak ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang resisten dengan pengobatan standar. Hal ini akan mempersulit
pemberantasan penyakit TB paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah. Dari berbagai faktor penyebab ketidakpatuhan minum obat penderita TB Paru, dapat
disimpulkan bahwa faktor manusia, dalam hal ini penderita TB paru sebagai penyebab utama dari ketidak patuhan minum obat.
Universitas Sumatera Utara
Pada umurnnya alasan responden menghentikan pengobatan karena paket obat terlalu banyak dan besar-besar, merasa sudah sembuh yang ditandai dengan batuk
berkurang,perasaan sudah enak badan, sesak napas berkurang, nafsu makan baik. Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami dalam meningkatkan tingkat
kepatuhan adalah bahwa: 1. Pasien memerlukan dukungan, bukan disalahkan
2. Konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap terapi jangka panjang adalah tidak tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan
3. Peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan keamanan penggunaan obat. 4. Kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam mencapai
efektifitas suatu system kesehatan. 5. Memperbaiki kepatuhan dapat merupakan intervensi terbaik dalam penanganan
secara efektif suatu penyakit kronis 6. Sistem kesehatan harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi berbagai
tantangan baru 7. Diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam menyelesaikan masalah
ketidakpatuhan.
2.4.2. Faktor - Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan
Dalam hal kepatuhan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak
mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
a.
Pemahaman tentang Instruksi
b. Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967 menemukan bahwa lebih dari 60 responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti
tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap,
penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri,
lewat tahapan-tahapan tertentu. Singgih 1990 mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka
proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia
belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur – umur
tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan
yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
c.
Kesakitan dan Pengobatan
d. Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis karena tidak ada
akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas, saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek
samping, perilaku yang tidak pantas.
Keyakinan, Sikap dan Kepribadian
Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal, Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan
kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan social yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang
lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya. Variabel- variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidak patuhan. Sebagai
contoh, di Amerika Serikat para wanita kaum kulit putih dan orang-orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter Sarafino, 1990.
2.5. Kesembuhan Penyakit
Sembuh adalah kondisi pulihnya kembali keutuhan atau integritas struktur dan fungsi sehat setelah mengalami kondisi sakit. Dalam Oxford Advanced Learners’
Dictionary of Current’s English oleh AS Hornby 1974 dikemukakan bahwa recovery means get well again quickly or quickly regain one’s position after losing
for a time in game, athletic match, disease and etc sembuh berarti kembali ke kondisi sehat. Pengertian sembuh menurut Chaplin 2000 yang dikutip Putri dan
Universitas Sumatera Utara
Ade 2010 sembuh mempunyai dua arti, yaitu : a. Sembuh adalah kembalinya seseorang pada satu kondisi kenormalan setelah menderita suatu penyakit. b.Suatu
kondisi dimana dalam keadaan istirahat, setelah terjadinya suatu perangsangan.
Tabel 2.2. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Ulang Dahak
Dalam Depkes 2008 dijelaskan bahwa dikatakan sembuh dalam pengobatan TB Paru adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap dan pemeriksaan ulang dahak follow-up hasilnya negatif pada akhir pengobatan AP dan minimal satu pemeriksaan follow-up sebelumnya negatif.
Tipe Pasien TB
Uraian Hasil BTA
Tindak Lanjut
Pasien baru BTA positif
dengan pengobatan
kategori Akhir tahap
Intensif Negatif
Tahap lanjutan dimulai Positif
Dilanjutkan dengan OAT sisipan selama 1 bulan. Jika setelah sisipan
masih tetap positif, tahap lanjutan tetap diberikan.
Sebulan sebelum Akhir Pengobatan
Negatif OAT dilanjutkan
Positif Gagal, ganti dengan OAT Kategori
2 mulai dari awal.
Akhir Pengobatan AP
Negatif dan minimal satu
pemeriksaan sebelumnya
negatif Sembuh
Positif Gagal, ganti dengan OAT Kategori
2 mulai dari awal
Pasien baru BTA neg
foto toraks mendukung
TB dengan Pengobatan
kategori 1 Akhir intensif
Negatif Berikan pengobatan tahap lanjutan
sampai selesai, kemudian pasien dinyatakan Pengobatan Lengkap
Positif Ganti dengan Kategori 2 mulai dari
awal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Lanjutan
Pasien BTA positif
dengan pengobatan
kategori 2 Akhir Intensif
Negatif Teruskan pengobatan dengan tahap
lanjutan Positif
Beri Sisipan 1 bulan. Jika setelah sisipan masih tetap positif, teruskan
pengobatan tahap lanjutan. Jika ada fasilitas, rujuk untuk uji kepekaan
obat.
Sebulan sebelum Akhir Pengobatan
Negatif Lanjutkan pengobatan hingga
selesai Positif
Pengobata gagal, disebut kasus kronik, bila mungkin lakukan uji
kepekaan obat, bila tidak rujuk ke unit pelayanan spesialistik.
Akhir Pengobatan AP
Negatif Sembuh
Positif Pengobatan gagal, disebut kasus
kronik, jika mungkin, lakukan uji kepekaan obat, bila tidak rujuk ke
unit pelayanan spesialistik.
Sumber : Depkes, 2007
2.6. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini mengenai dukungan keluarga mengacu kepada teori Sarafino 1994 tentang dukungan atau tindakan
yang mendukung, yaitu : 1.
Dukungan emosional emotional. Keluarga berfungsi sebagai tempat berteduh dan beristirahat yang berpengaruh
terhadap ketenangan emosional mencakup pemberian empati dengan mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih sayang, kepercayaan, dan perhatian.
Dukungan emosional akan membuat seseorang merasa lebih diharagai, nyaman, aman dan disayangi.
Universitas Sumatera Utara
2. Dukungan Penghargaan Esteem Support
Keluarga berfungsi sebagai pemberi umpan balik yang positif, menengahi penyelesaian masalah yang merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas
keluarga.
3. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat penghargaan
positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang- orang lain,
contohnya dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih buruk
keadaannya.
Dukungan Instrumental Instrumental
4. Keluarga merupakan suatu sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Bantuan
mencakup pemberian bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu orang yang membutuhkannya. Dukungan ekonomi
akan membantu untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan pemeliharaan kesehatan. Dukungan Informasi Informational
5. Untuk dukungan informasi, keluarga memberikan informasi, penjelasan tentang
situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang. Untuk mengatasi masalah dapat dilakukan dengan cara
memberikan nasehat, anjuran, petunjuk dan masukan. Dukungan Jaringan Network
Sehubungan dengan dukungan jaringan, dalam hal ini berarti dukungan yang memberikan perasaan menjadi bagian dari keanggotaan suatu kelompok
masyarakat yang berbagi kepentingan dan kegiatan-kegiatan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik penderita mengacu kepada teori Bloom yang dikutip Notoatmodjo, 2003 yang mencakup pengetahuan, sikap, pendidikan ditambah
dengan tingkat pendapatan keluarga dan jarak tempuh ke puskesmas. Drenna.V. Graw, 2000, kepatuhan Compliance dalam pengobatan dapat
diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis.
Sembuh menurut Depkes 2008 adalah pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak follow-up hasilnya
negatif pada akhir pengobatan AP dan minimal satu pemeriksaan follow-up sebelumnya negatif.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Penelitian