Jenis dan Rancangan Penelitian Instrumen Penelitian Pola Persebaran Kasus Malaria Berdasarkan Indoor Residual Spray

32

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kategori Skala 1 2 3 4 5 6 1. Titik Kasus Malaria Rumah penderita malaria yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Dhimal, 2014 Pengukuran menggunakan GPS - Numerik 2. Indoor Residual Spray IRS Dusun yang dilakukan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 dan kondisi Indoor Residual Spray berdasarkan uji bioassay WHO, 2013 Data sekunder dari Dinas Kesehatan Purworejo Dinkes Purworejo, 2013; 2014; 2015 dan menggunakan bioassay kit 1. Ya 2. Tidak Kategorik

3.4. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian crossectional dan pendekatan keruangan. Penelitian ini menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis secara spasio-temporal yang menggabungkan antara analisis spasial berdasarkan pendekatan keruangan dan temporal berdasarkan pendekatan waktu yaitu dari tahun 2013 sampai 2015 untuk menggambarkan pola persebaran kasus malaria dan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo. 33 3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi Penelitian Populasi adalah sebuah wilayah untuk generalisasi dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang ditentukan sendiri oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono, 2010: 61 2015: 117. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita malaria di wilayah Kerja Puskesmas Dadirejo Kabupaten Purworejo tahun 2013-2015. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 573 yang merupakan jumlah penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas dadirejo dari tahun 2013 sampai 2015. Rincian jumlah populasi penderita malaria tersebut mulai dari tahun 2013 sebanyak 158, tahun 2014 sebanyak 130 dan tahun 2015 sebanyak 285.

3.5.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasinya sehingga relevan digunakan untuk penelitian Umar, 2003:120. Ada pun jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: Keterangan: n = ukuran sampel N = populasi e = persentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel. 34 Rumus Slovin, Jumlah sampel minimal yang diperoleh yaitu 236, kemudian dilakukan penghitungan proporsi sampel per tahun dengan rumus sebagai berikut: n y = Tabel 3.2 Proporsi sampel tahun 2013-2015 No Tahun Jumlah Kasus 1. 2013 66 2. 2014 54 3. 2015 118 Jumlah 238 Berdasarkan tabel diatas, dengan jumlah sampel yang diambil yaitu sebesar 238 yang terdiri dari jumlah masing masing proporsi sampel dari tahun 2013 sampai 2015. Penghitungan proporsi sampel per desa dilakukan dengan rumus: Tabel 3.3 Proporsi sampel per desa tahun 2013-2015 No Desa Jumlah sampel 2013 Jumlah sampel 2014 Jumlah sampel 2015 1. Semono 13 17 52 2. Durensari 7 19 43 3. Semagung 7 12 10 35 4. Hargorojo 26 5 9 5. Somorejo 12 1 2 6. Tlogokotes 2 - 2 Jumlah 67 54 118 Penghitungan proporsi sampel per dusun dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Tabel 3.4 Proporsi sampel per dusun tahun 2013-2015 No Desa Dusun Proporsi sampel 2013 Proporsi sampel 2014 Proporsi sampel 2015 1. Semono Krajan 6 5 19 Sijo 6 12 33 2. Durensari Dermosari 1 4 15 30 Dermosari 2 1 - 3 Genting - 4 5 Durenombo 1 2 - 6 3. Semagung Krajan - 2 - Semagung Wetan 2 - 3 Ngaglik 5 7 5 Karang Tengah 1 1 4 4. Hargorojo Curug 7 2 1 Plarangan 8 - 2 Sekuning 6 2 - Setoyo 1 1 2 Ngargo 2 - 2 5. Somorejo Mejing 8 1 - Sejagir 6 - - Tepus - - 1 6. Tlogokotes Tlogo 2 - 2 Kotesan - - - Jumlah 67 54 118 36

3.5.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan menggunakan proportionate random sampling kemudian diambil sampel secara acak berdasarkan tahun di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo. Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi 1 Subjek penelitian terdaftar dalam laporan penderita malaria pada tahun 2013 sampai 2015 di Puskesmas Dadirejo 2 Rumah subjek tidak mengalami perubahan setelah dilakukan Indoor Residual Spray IRS. 2. Kriteria eksklusi 1 Subjek penelitian sudah tidak tinggal atau pindah dari tempat penelitian 2 Alamat rumah subjek penelitian tidak dapat ditemukan atau tidak jelas 3 Data berulang atau penderita yang sama pada tahun yang berbeda 3.6. Sumber Data Penelitian 3.6.1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung terhadap sasaran Cahyati dan Dina, 2012: 3. Data primer dalam penelitian ini berupa GPS untuk memperoleh titik koordinat pada rumah penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 yang diperlukan dalam pembuatan peta. Selain itu juga terdapat data hasil uji bioassay dan observasi lingkungan sebagai tambahan analisis terhadap kegiatan Indoor Residual Spray IRS. 37

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang pengumpulannya tidak dilakukan oleh peneliti secara langsung Cahyati dan Dina, 2012: 4. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi yaitu dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo tentang wilayah yang dilakukan kegiatan Indoor Residual Spray IRS untuk mengetahui wilayah mana saja yang dilakukan kegiatan Indoor Residual Spray IRS, jenis insektisida yang digunakan untuk Indoor Residual Spray IRS untuk mengetahui bahan aktif yang digunakan, jumlah aplikasi Indoor Residual Spray IRS, uji bioassay dan kasus malaria di Kabupaten Purworejo untuk mengetahui persebarannya. Data penderita malaria dari puskesmas Dadirejo yang menjadi wilayah penelitian, dan peta shp wilayah puskesmas Dadirejo dari Bappeda Kabupaten Purworejo.

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data pada waktu melakukan penelitian Arikunto, 2006: 149. Penelitian ini menggunakan alat berupa Global Positioning System GPS yang digunakan untuk memberikan titik koordinat pada rumah penderita malaria yang menjadi sampel penelitian. Analisis data tersebut menggunakan perangkat software Sistem Informasi Geografi SIG berupa ArcGIS 10.1 dan untuk mempermudah penelitian menggunakan lembar cheklist kebutuhan data. Selain itu, juga terdapat bioassay kit dan lembar observasi sebagai pendukung analisis penelitian. 38 3.8. Prosedur Penelitian 3.8.1. Tahap Pra Penelitian Tahap pra penelitian meliputi persiapan yang dilakukan sebelum terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian diantaranya: 1. Melakukan studi pendahuluan tentang penyakit malaria dan kegiatan penanggulangan malaria yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo. 2. Mempersiapkan peta shp wilayah kerja Puskesmas Dadirejo, data kependudukan, data responden, dan instrument penelitian berupa alat GPS, lembar persetujuan, serta ArcGIS. 3. Mengurus surat perizinan dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Unnes, Kantor Perizinan Terpadu Kabupaten Purworejo, BAPPEDA Kabupaten Purworejo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, dan Kepala Puskesmas Dadirejo untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo.

3.8.2. Tahap Penelitian

Peneliti mengambil titik koordinat kasus dengan menggunakan alat GPS berdasarkan alamat responden di wilayah Puskesmas Dadirejo yang terdiri dari responden tahun 2013, 2014, dan 2015. Selain itu, juga dilakukan uji bioassay dan observasi lingkungan sebagai tambahan analisis.

3.8.3. Tahap Pasca Penelitian

1. Mengolah data hasil penelitian secara spasial dan temporal dalam bentuk peta distribusi penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo 2. Melakukan pembahasan dan menyimpulkan hasil penelitian. 39

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat menggunakan frekuensi untuk menghitung jumlah dan prosentase pada karakteristik umum responden.

3.9.2 Analisis Spasio-Temporal

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasio- temporal untuk mendiskripsikan secara spasial berjenjang waktu lokasi yang dilakukan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 dengan teknik analisis klasifikasi kemudian dilakukan overlay. Selain itu untuk menghitung jarak penularan malaria yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo digunakan penghitungan menggunakan statistik spasial calculate distance bands from neighbor count. 40 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian

Puskesmas Dadirejo memiliki luas wilayah sebesar 355 Km 2 yang terdiri dari 8 desa yaitu Desa Dadirejo, Desa Bapangsari, Desa Somorejo, Desa Tlogokotes, Desa Hargorojo, Desa Semagung, Desa Semono, dan Desa Durensari. Karakteristik wilayah Puskesmas Dadirejo sebagian besar berupa pegunungan dan sebagian berupa wilayah persawahan. Adapun jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo No Desa Jumlah Penduduk 1. Dadirejo 2.953 2. Bapangsari 2.526 3. Somorejo 2.406 4. Tlogokotes 1.037 5. Hargorojo 1.686 6. Semagung 1.462 7. Semono 1.545 8. Durensari 1.998 Jumlah 15.613 Pembagian wilayah kerja Puskesmas Dadirejo berdasakan dusun yaitu Desa Dadirejo memiliki dusun Karang Nongko, Kuwojo, Jurangka, Karang Jambu, dan Pletuk. Desa Tlogokotes memiliki tiga dusun yaitu dusun Tlogo, Kotesan dan Krajan. Desa Hargorojo memiliki lima dusun yaitu dusun Plarangan Sekuning, Curug, Ngargo, dan Setoyo. Desa Somorejo memiliki lima dusun yaitu dusun Sembir, Sejagir, Mejing, Tepus, dan Kenteng. Desa Bapangsari memiliki delapan dusun yaitu dusun Kalimaro, Bapangan, Sudimoko, Bojong, Srapah, 41 Sangkalan, Juno dan Pugungan. Desa Semagung memiliki empat dusun yaitu dusun Krajan, Ngaglik, Karang Tengah, dan Semagung Wetan. Desa Semono hanya memiliki dua dusun yaitu dusun Krajan dan Sijo. Desa Durensari memiliki lima dusun yaitu dusun Dermosari 1, dermosari 2, Genting, Durenombo 1, dan Durenombo 2. Curah hujan rata-rata di Kecamatan Bagelen termasuk wilayah kerja Puskesmas Dadirejo pada tahun 2013 sebesar 223,16 mm, tahun 2014 sebesar 197,09 mm, dan tahun 2015 sebesar 187,67 mm. Berikut tabel rincian cura hujan tahun 2013-2015: Tabel 4.2 Curah hujan di Kecamatan Bagelen wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2013 590 365 253 205 279 315 97 20 14 9 209 322 2014 458 281 255 296 48 73 98 11 132 x 516 2015 351 411 554 483 82 32 6 100 233 Tanda x: tidak ada data curah hujan Penelitian dilakukan mulai tanggal 24 Mei 2016 sampai 28 Juni 2016. Pada penelitian dilakukan pendigitasian rumah responden dan batas dusun, pendataan responden terkait penggunaan insektisida, dan survei lingkungan di sekitar rumah responden sebanyak 254 responden.

4.1.1. Karakteristik Umum Responden berdasarkan Jenis Kelamin Tahun

2013-2015 Distribusi kasus malaria berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2016 seperti pada tabel berikut: Tabel 4.3 Distribusi kasus malaria berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Jenis Kelamin Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Jumlah Laki-laki 44 58,7 33 60 74 59,7 151 59,4 Perempuan 31 41,3 22 40 50 40,3 103 40,6 Jumlah 75 100 55 100 124 100 254 100 42 Distribusi kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 didominasi oleh jenis penderita dengan jenis kelamin laki-laki 59,4, sedangkan malaria pada perempuan sebesar 40,6.

4.1.2. Karakteristik Umum Responden berdasarkan Umur Tahun 2013-2015

Distribusi kasus malaria berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2016 seperti pada tabel berikut: Tabel 4.4 Tabel distribusi kasus malaria berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Umur thn Tahun Jumlah 2013 2014 2015 1 1 – 4 1 1,3 1 1,8 1 0,8 3 1,2 5 – 14 9 12 13 23,6 15 12,1 37 14,6 15 – 24 1 1,3 7 12,7 19 15,3 27 10,6 25 – 44 19 25,3 13 23,6 39 31,5 71 27,9 45 – 54 21 28 10 18,2 23 18,5 54 21,3 55 – 64 16 21,3 3 5,5 15 12,1 34 13,4 65 8 10,7 8 14,6 12 9,7 28 11 Jumlah 75 100 55 100 124 100 254 100 Distribusi kasus malaria berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013 hingga tahun 2015 paling banyak terdapat pada umur 46-65 tahun diikuti rentang umur 26-45 tahun yang merupakan usia produktif. Kasus malaria paling sedikit terjadi pada rentang umur 0-5 tahun.

4.1.3. Karakteristik Umum Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun

2013-2015 Distribusi kasus malaria berdasarkan jenis pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2016 seperti pada tabel berikut: 43 Tabel 4.5 Tabel distribusi kasus malaria berdasarkan jenis pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Jenis Pekerjaan 2013 2014 2015 Jumlah Berisiko 39 52 18 32,7 69 55,6 126 49,6 Tidak berisiko 36 48 37 67,3 55 44,4 128 50,4 Jumlah 75 100 55 100 124 100 254 100 Distribusi kasus malaria berdasarkan jenis pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013 sampai 2015 yaitu responden dengan pekerjaan yang berisiko sebanyak 126 orang 49,6 dan responden yang memiliki pekerjaan tidak berisiko sebanyak 128 orang 50,4.

4.1.4. Distribusi Kasus Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Dadirejo

berdasarkan Jenis Parasit Tahun 2013-2015 Distribusi kasus malaria berdasarkan jenis parasit di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2016 seperti pada tabel berikut: Tabel 4.6 Tabel distribusi kasus malaria berdasarkan jenis parasit di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Jenis Parasit Tahun Jumlah 2013 2014 2015 FR 46 61,3 4 7,3 46 37,8 96 37,8 FG 3 4 3 5,4 2 3,1 8 3,1 V 26 34,7 48 87,3 76 59,1 150 59,1 M O K Jumlah 75 100 55 100 124 100 254 100 Penemuan parasit malaria pada responden penelitian didominasi oleh Plasmodium vivax dan semua kasus yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo merupakan kasus indegenius. Adapun parasit yang ditemukan pada penelitian ini yaitu Plasmodium falciparum sebanyak 96 responden 37,8, Plasmodium falciparum fase gamet sebanyak 8 responden 3,1, dan 44 Plasmodium vivax sebanyak 150 responden 59,1. Jenis Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan Plasmodium knowlesi tidak ditemukan pada responden penelitian dari tahun 2013-2015.

4.2. Gambaran Indoor Residual Spray IRS di Wilayah Kerja Puskesmas

Dadirejo Gambaran Indoor Residual Spray IRS dapat diketahui dengan beberapa poin sebagai berikut:

4.2.1. Cakupan Indoor Residual Spray IRS di Wilayah Kerja Puskesmas

Dadirejo tahun 2013-2015 Cakupan bangunan yang disemprot di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 yaitu: Tabel 4.7 Cakupan bangunan yang di IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Tahun Waktu Indoor Residual Spray Cakupan rumah disemprot Jumlah jiwa dilindungi 2013 2-26 September 2013 98,28 97,97 2014 5-25 Maret 2014 Desa Somorejo 2-21 Juni 2014 Desa Hargorojo 100 100 2015 Periode 1: 2-28 Februari Desa Semono 100 100 Periode 2: 1-20 Oktober 2015 Desa Durensari 100 100 Jumlah rumah yang dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada tahun 2013 mencapai 98, 28 yang terdiri dari dusun Setoyo, Ngargo, Curug, Sekuning, Plarangan, Mejing, Sejagir dan Tepus. Jumlah rumah yang dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada tahun 2014 mencapai 100 rumah yang terdiri dari dusun Setoyo, Ngargo, Curug, Sekuning, Plarangan, Mejing, Sejagir, Tepus, 45 Sembir dan Kenteng. Jumlah rumah yang dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada tahun 2015 juga mencapai 100 rumah yang terdiri dari Dusun Krajan, Sijo, Dermosari 1, Dermosari 2, Genting, Durensari 1, Durensari 2.

4.2.2. Waktu Penyemprotan Indoor Residual Spray IRS di Wilayah Kerja

Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 Waktu penyemprotan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo seperti pada tabel berikut: Tabel 4.8 Waktu penyemprotan IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 No Nama Dusun Waktu 2013 2014 2015 1. Setoyo September Juni - 2. Ngargo September Juni - 3. Curug September Juni - 4. Sekuning September Juni - 5. Plarangan September Juni - 6. Mejing September Maret - 7. Sejagir September Maret - 8. Tepus September Maret - 9. Sembir - Maret - 10. Kenteng - Maret - 11. Krajan - - Februari 12. Sijo - - Februari 13. Dermosari 1 - - Oktober 14. Dermosari 2 - - Oktober 15. Genting - - Oktober 16. Durenombo 1 - - Oktober 17. Durenombo 2 - - Oktober Waktu penyemprotan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tidak sama pada setiap periode penyemprotan. Pada tahun 2013, penyemprotan dilakukan pada periode kedua pada bulan September di seluruh wilayah Desa Hargorojo dan Desa Somorejo dusun Mejing, Sejagir, Tepus. 46 Tahun 2014, penyemprotan dilakukan pada periode pertama yang dilakukan pada bulan Maret di Desa Somorejo yang meliputi dusun Mejing, Sejagir, Tepus, Sembir, dan Kenteng. Bulan Juni dilakukan Indoor Residual Spray IRS kembali di Desa Hargorojo Dusun Setoyo, Ngargo, Curug, Sekuning, dan Plarangan. Tahun 2015, penyemprotan dilakukan pada bulan Februari di Desa Semono yang meliputi dusun Krajan dan Sijo. Penyemprotan periode kedua di tahun 2015 dilakukan pada bulan September di Desa Durensari yang meliputi Dusun Dermosari 1, Dermosari 2, Genting, Durensari 1, dan Durensari 2.

4.2.3. Jenis Insektisida yang Digunakan dalam Penyemprotan Indoor

Residual Spray IRS di Wilayah Kerja Puskesmas Dadirejo Tahun 2013-2015 Jenis insektisida yang digunakan untuk Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 yaitu: Tabel 4.9 Insektisida yang digunakan untuk IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 No Tahun Periode Jenis Insektisida Bahan Aktif Cara masuk Organ target 1. 2013 2 Icon 100 CS Lambdasiha lotrin Kontak Saluran Na + sistem syaraf 2. 2014 1 Icon 100 CS Lambdasiha lotrin Kontak Saluran Na + sistem syaraf 3. 2015 1 Kaotrin Deltametrin Kontak Saluran Na + sistem syaraf 4. 2015 2 Icon 100 CS Lambdasiha lotrin Kontak Saluran Na + sistem syaraf Jenis insektisida yang digunakan untuk penyemprotan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 menggunakan Icon 100 CS dan Kaotrin dengan bahan aktif lambdasihalotrin dan deltametrin. 47

4.2.4. Hasil Uji Bioassay di Wilayah Kerja Puskesmas Dadirejo

Hasil uji Bioassay di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2016 yaitu dengan suhu rata-rata 26 C dan kelembaban rata-rata 76: Tabel 4.10 Hasil uji bioassay di Desa Durensari No Cone 1 jam paparan Holding 24 jam Jumlah rata-rata 1. Cone 1 9 knockdown 9 mati 60 51,1 2. Cone 2 12 knockdown 12 mati 80 3. Cone 3 2 knockdown 2 mati 13,3 Jumlah 23 knockdown 23 mati 153,3 Uji bioassay di lakukan pada tanggal 24-25 Agustus 2016 berdasarkan penyemprotan Indoor Residual Spray IRS dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016. Bioassay dilakukan pada salah satu rumah warga yang berdinding kayu dengan memasang 3 cone bioassay, masing-masing cone berisi 15 nyamuk uji Efektifitas Indoor Residual Spray IRS yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo kurang efektif. Berdasarkan hasil bioassay yang dilakukan pada penelitian, kematian nyamuk uji hanya sebesar 51,1 yang menandakan hasil kegiatan jauh dari efektif. Menurut WHO 2006, hasil Indoor Residual Spray IRS efektif apabila kematian nyamuk uji pada uji biassay 80.

4.3. Pola Persebaran Kasus Malaria Berdasarkan Indoor Residual Spray

IRS secara Spasial di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013- 2015 Sebaran kasus malaria yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo mengalami fluktuasi. Wilayah yang dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada tahun 2013 yaitu desa Hargorojo Dusun Setoyo, Ngargo, Curug, Sekuning, Plarangan, dan Desa Somorejo Dusun Mejing, Sejagir, dan Tepus pada periode 2. Tahun 2014 wilayah Puskesmas Dadirejo yang dilakukan Indoor Residual 48 Spray IRS adalah Desa Hargorojo Dusun Setoyo, Ngargo, Curug, Sekuning, Plarangan, dan Desa Somorejo Dusun Mejing, Sejagir, Tepus, Sembir dan Kenteng pada periode 1. Indoor Residual Spray IRS yang dilakukan pada tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo yaitu Desa Semono Dusun Krajan dan Sijo pada periode 1 dan Desa Durensari Dusun Dermosari I, Dermosari II, Genting, Durenombo I, dan Durenombo II pada periode 2. Berikut peta persebaran kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo pada tahun 2013: 49 Gambar 4.1 Distribusi kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013 Berdasarkan peta persebaran kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013. Kasus sebelum 50 dilakukan Indoor Residual Spray IRS di desa Hargorojo sebanyak1 kasus, dan di desa Somorejo sebanyak 2 kasus. Pada bulan September saat dilakukan Indoor Residual Spray IRS di desa Hargorojo terdapat kasus sebanyak 7 kasus, dan di Desa Somorejo juga terdapat 7 kasus. Setelah dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada bulan Oktober terdapat penurunan kasus menjadi 5 kasus di desa Hargorojo, dan di desa Somorejo tidak ditemukan kasus. Pola persebaran kasus malaria menggerombol paling banyak pada dusun Plarangan, curug yang berbatasan dengan dusun Mejing dan Sejagir yang juga memiliki banyak kasus malaria. Jarak rata-rata penularan malaria dari satu kasus dengan kasus yang lain yaitu 233,09 m, sedangkan jarak minimal dan maksimal pada penularan malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo yaitu 5,97 m dan 772,78 m. Hal ini, menandakan penularan kasus malaria terjadi pada orang berada dekat dengan penderita. Berikut peta persebaran kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo pada tahun 2014: 51 Gambar 4.2 Distribusi kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2014 52 Persebaran kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo pada tahun 2014 bergeser di Desa Semagung, Semono, dan Durensari. Kasus malaria di Desa Hargorojo dan Somorejo berkurang setelah dilakukan Indoor Residual Spray IRS pertama. Namun pada tahun 2014 dilakukan kembali Indoor Residual Spray IRS di Desa Hargorojo dan Somorejo untuk periode ke-2 penyemprotan yang masuk pada periode pertama dalam tahun 2014. Jumlah kasus di Desa Hargorojo sebelum dan setelah dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada bulan Juni, tidak ditemukan kasus malaria, namun pada bulan Agustus mulai terdapat satu kasus malaria. Tidak ditemukan kasus di Desa Somorejo sebelum dan setelah dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada bulan Maret, namun pada bulan Juni muncul satu kasus baru. Pola persebaran kasus malaria pada tahun 2014 menggerombol pada dusun Dermosari 1 dan Sijo. Selain itu, kasus juga banyak terjadi di desa Semagung. Jarak penularan malaria rata-rata yaitu 214,23 m, sedangkan jarak minimal dan maksimal penularan kasus yaitu 14,26 m dan 1361,52 m. Berikut peta persebaran kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo pada tahun 2015: 53 Gambar 4.3 Distribusi kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2015 54 Persebaran kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo berdasarkan Indoor Residual Spray IRS tahun 2015 meningkat di Desa Semono menjadi 52 kasus yang sebelumnya pada tahun 2014 hanya 17 kasus dan Desa Durensari pada tahun 2015 terjadi kasus sebanyak 44 kasus, pada tahun 2014 hanya terjadi 20 kasus malaria. Sehingga pada tahun 2015 dilakukan penyemprotan di Desa Semono pada bulan Februari dan di Desa Durensari pada bulan Oktober. Setelah kegiatan Indoor Residual Spray IRS pada bulan Februari di desa Semono, kasus malaria tidak ditemukan pada bulan berikutnya, namun bulan pada bulan April kasus malaria mulai ditemukan kembali, dan mengalami puncak kasus pada bulan September sebanyak 11 kasus. Desa Durensari mengalami puncak kasus pada bulan agustus, yaitu sebanyak 17 kasus, dan baru dilakukan Indoor Residual Spray IRS pada bulan Oktober. Pola persebaran kasus malaria pada tahun 2015 menggerombol pada Desa Semono dan wilayah perbatasan dengan Durensari dusun Dermosari 1, dan genting serta perbatasan dengan desa Semagung dusun Semagung Wetan dan Karang Tengah. Selain itu, kasus baru muncul kembali di Desa Somorejo dan Hargorojo yang telah dilakukan penyemprotan Indoor Residual Spray IRS pada tahun 2013, dan 2014. Jarak penularan kasus rata-rata sejauh 135,9 m dengan jarak minimal dan maksimal penularan malaria sejauh 0,68 m dan 568,90 m. 55 Peta overlay Persebaran kasus malaria secara spasial di wilayah kerja puskesmas dadirejo tahun 2013-2015 Gambar 4.4 Overlay distribusi kasus malaria berdasarkan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo tahun 2013-2015 56

4.4. Pola Persebaran Kasus Malaria berdasarkan Indoor Residual Spray