Persebaran Pola Kasus Malaria berdasarkan Indoor Residual Spray

74

5.2. Persebaran Pola Kasus Malaria berdasarkan Indoor Residual Spray

IRS secara Spasial di Wilayah Kerja Puskesmas Dadirejo Tahun 2013- 2015 Berdasarkan ke-3 peta hasil persebaran kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo cenderung menggerombol dengan jarak rata-rata penularan kasus dari tahun 2013, 2014 dan 2015 tidak jauh berbeda, berturut-turut yaitu 233,09 m, 214, 23 m, dan 135,9 m. Hal ini menandakan terjadinya penularan setempat karena sesuai dengan jarak terbang nyamuk Anopheles sp. yaitu kurang dari 1 km Widiarti dkk, 2014. Berdasarkan peta persebaran kasus pada tahun 2015, penularan yang terjadi setelah di lakukan Indoor Residual Spray IRS masih tinggi yang menandakan vektor penular malaria masih belum dapat dikendalikan dengan baik. Penyemprotan Indoor Residual Spray IRS di wilayah kerja puskesmas Dadirejo pada tahun 2013 dilakukan di desa Hargorojo Setoyo, Ngargo, Curug, Sekuning, Plarangan, dan desa Somorejo Mejing, Sejagir, dan Tepus yang merupakan wilayah dengan kasus tinggi malaria. Tahun 2014 Indoor Residual Spray IRS dilakukan kembali periode kedua penyemprotan pada dua desa tersebut namun untuk Desa Somorejo jumlah dusun yang di IRS bertambah menjadi lima dusun yaitu Mejing, Sejagir, Tepus, Sembir, dan Kenteng. Sehingga kedua desa tersebut mendapatkan penyemprotan IRS lengkap dua periode. Pasca penyemprotan IRS di Desa Somorejo dan Hargorojo pada tahun 2013 kasus menurun terlihat pada peta persebaran kasus malaria tahun 2014 yang menurun namun tetap dilakukan IRS kembali untuk menuntaskan kasus malaria. Tahun 2015, terjadi pergeseran kasus malaria di desa Semono dan Durensari. 75 Banyaknya kasus malaria di Desa Semono dan Desa Durensari pada tahun 2015 disebabkan pada wilayah tersebut telah terjadi kasus namun intervensi yang dilakukan kurang memadai karena hanya melalui pengobatan yang tidak adekuat. Pengobatan yang dilakukan oleh warga dilakukan tidak sampai tuntas, follow up pengobatan 88 gagal sehingga kemungkinan terjadi carier dan relaps tinggi. Hal ini, sejalan dengan peneltian Wuryanto 2008 yang menyatakan bahwa 63 penderita malaria vivax menghentikan pengobatannya karena merasa sudah sembuh. Hasil penyemprotan Indoor Residual Spray IRS yang dilakukan pada tahun 2015 masih terjadi kasus pada bulan-bulan berikutnya. Periode semprot yang dilakukan di Desa Durensari dan Semono juga baru sekali sehingga perlu dilakukan penyemprotan kembali untuk menekan kasus yang terjadi. Periode semprot Indoor Residual Spray IRS dalam satu tahun seharusnya dilakukan 2 kali penyemprotan karena residu dari insektisida yang digunakan untuk penyemprotan berkisar antara 2-6 bulan WHO, 2009. Karakteristik lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo, potensial menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. Pada observasi lingkungan yang dilakukan, terdapat 11 tempat perindukan di dekat rumah responden 42 positif ditemukan jentik Anopheles sp. Selain itu, aliran sungai di Desa Durensari dan Desa Hargorojo positif terdapat jentik Anopheles sp. Berdasarkan penelitian ini, semua jenis aliran air baik sungai utama maupun sungai kecil, debit airnya berkurang pada saat musim kemarau yang akan menimbulkan banyak genangan air dan potensi menjadi tempat perindukan bagi nyamuk Anopheles sp. 76 Menurut Surendro 2013 jenis tanah di wilayah perbukitan kecamatan Bagelen Desa Durensari, Semono, Semagung, Hargorojo, Somorejo, Tlogokotes, memliki jenis tanah lapisan lempung cokelat dengan ketebalan 5-7 m, sehingga pada musim kemarau saat debit air sungai kecil, dan sangat memungkinkan terjadinya banyak genangan air. Hasil penelitian Sholichah, dkk 2015 juga mengatakan bahwa di genangan air pinggir sungai dan mata air di daerah perbukitan kecamatan Bagelen yang di dalamnya terdapat wilayah kerja Puskesmas Dadirejo ditemukan Anopheles maculatus. Banyaknya tempat perindukan yang positif jentik malaria, menjadi risiko penularan malaria tinggi di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo. Mata air yang dijadikan sumber air bersih oleh responden juga sangat berisiko terhadap penularan malaria, karena pada penelitian semua sumber mata air yang menggenang dan berada dekat dengan rumah responden positif jentik Anopheles sp. Sehingga potensi terjadi kembali kasus malaria menjadi tinggi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sunarsih dkk 2009 di Pangkalbalam, yang menyatakan keberadaan air di sekitar rumah meningkatkan kejadian malaria 3,267 kali lebih besar. Jenis Plasmodium yang ditemukan pada penderita paling banyak adalah Plasmodium vivax yang berpotensi terjadi relaps. Menurut Hariastuti 2007, salah satu syarat dilakukan Indoor Residual Spray IRS yaitu dalam 3 bulan terakhir sebelum dilakukan penyemprotan, jenis malaria yang ditemukan dominan disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Namun pada tempat penelitian, 77 Plasmodium yang dominan ditemukan adalah Plasmodium vivax. Sehingga memungkinkan terjadi relaps setelah dilakukan Indoor Residual Spray IRS.

5.3. Persebaran Pola Kasus Malaria secara Temporal di Wilayah Kerja