Gambaran Indoor Residual Spray IRS di Wilayah Kerja Puskesmas

71 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Indoor Residual Spray IRS di Wilayah Kerja Puskesmas

Dadirejo Penggunaan insektisida yang digunakan untuk kegiatan IRS di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo menggunakan insektisida bahan aktif lambdasihalotrin. Selain itu, pernah dilakukan penggantian insektisida dengan bahan aktif deltametrin. Kedua jenis insektisida ini masuk kedalam golongan pyretroid yang memiliki organ target sama yaitu pada kanal natrium sistem syaraf nyamuk. Penggantian insektisida yang digunakan seharusnya menggunakan insektisida dari golongan lain yang memiliki organ target berbeda misalnya insektisida dari golongan karbamat yang memiliki organ target asethylcholinesterase IRAC, 2015; Kemenkes, 2012. Penggunaan insektisida di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo disesuaikan dengan pengadaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, sehingga tidak dapat memilih jenis insektisida yang digunakan. Aplikasi insektisida di wilayah kerja Puskesmas Dadirejo masih belum mencapai batas maksimal penggunaan aplikasi insektisida yang sama, sehingga ketika bioassay dilakukan nyamuk uji masih rentan. Menurut Kemenkes 2012, penggantian insektisida dengan golongan sama dapat diganti maksimal 2-3 tahun atau 4-6 kali aplikasi. Namun, penggantian insektisida bisa dipercepat sesuai dengan hasil monitoring status kerentanan nyamuk di wilayah tersebut. Contoh penggantian insektisida yang digunakan menurut Kemenkes yaitu tahun pertama 72 menggunakan deltametrin, tahun kedua menggunakan bendiocarb, tahun ketiga menggunakan deltametrin lagi, tahun keempat menggunakan bendiocarb kembali. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi potensi resistensi yang terjadi. Indoor Residual Spray IRS menurut cakupan rumah yang dilakukan pada tahun 2013 yaitu sudah baik dengan jumlah cakupan rumah di Indoor Residual Spray IRS 98,28, serta pada tahun 2014 dan 2015, jumlah rumah yang disemprot mencapai 100. Namun, berdasarkan uji bioassay pada penelitian di Desa Durensari menyatakan hasil yang tidak efektif 51,1 pada kegiatan Indoor Residual Spray IRS yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena kerataan semprot completeness insektisida pada dinding tidak sama. Terbukti dengan terdapatnya cone bioassay yang dalam 10 menit pertama paparan dengan insektisida pada dinding, 80 nyamuk uji knockdown, tetapi terdapat pula cone uji yang berada pada satu rumah setelah paparan 1 jam hanya 13,3 nyamuk uji knockdown. Menurut WHO 2006, hasil Indoor Residual Spray IRS efektif apabila kematian nyamuk uji pada uji bioassay 80. Penyemprotan yang tidak merata terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap petugas penyemprot dan warga yang menolak untuk memindahkan atau mengeluarkan barang-barang yang menghalangi proses penyemprotan. Pengawasan terhadap petugas penyemprot penting dilakukan agar dapat memberikan pengarahan dan evaluasi dalam proses penyemprotan Hariastusti, 2007. Sosialisasi terkait manfaat Indoor Residual Spray IRS dan bahaya malaria juga kurang. Sehingga warga menganggap kegiatan penyemprotan Indoor 73 Residual Spray IRS dapat menyebabkan kerugian terhadap bisnis nira organik. Selain itu, terdapat warga yang memperbolehkan dilakukan penyemprotan hanya pada ruangan tertentu karena memiliki bayi. Menurut Phiri 2013, Pengetahuan tentang kegiatan penyemprotan mempengaruhi penerimaan masyarakat, yang pada akhirnya juga mempengaruhi keberhasilan dalam menurunkan insidensi kasus malaria. Kondisi tersebut sejalan dengan peneltian Ronghangpi et all 2015 di India yang menyatakan penolakan terhadap penyemprotan Indoor Residual Spray IRS pada wilayah endemis malaria disebabkan informasi yang kurang terhadap manfaat Indoor Residual Spray IRS. Sehingga menurut Ediau 2013, sebelum pelaksaan penyemprotan Indoor Residual Spray IRS perlu dilakukan pendekatan dan sensitisasi terhadap masyarakat terkait pengenalan dan manfaat program Indoor Residual Spray IRS. Penolakan penyemprotan Indoor Residual Spray IRS boleh dilakukan apabila memiliki bayi atau terdapat ibu hamil dan di khawatirkan dapat mengganggu kesehatan bayi atau ibu hamil. Namun, dalam kasus tersebut harus terdapat intervensi lain yaitu menggunakan kelambu berinsektisida. Hal ini sejalan dengan penelitian Mazigo et all 2010, yang menyatakan bahwa masyarakat menolak dilakukan penyemprotan Indoor Residual Spray IRS karena bau yang ditimbulkan dari insektisida, dapat membunuh hewan yang bukan target, keracunan anak-anak dan membuat infertil pada anggota keluarga yang mendapatkan penyemprotan. 74

5.2. Persebaran Pola Kasus Malaria berdasarkan Indoor Residual Spray