17
terjadi secara terus menerus sehingga tidak khas. Demam dapat disertai gejala lain seperti menggigil, lemas, sakit kepala, sakit otot, batuk dan gastrointestinal seperti
mual, muntah dan diare. Setelah 1-2 minggu serangan demam yang disertai gejala lain akan diselingi periode bebas penyakit. Berikutnya demam akan berlangsung
secara periodik yang khas Sutanto dkk, 2008: 195.
2.1.1.7. Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan anamnesis, dan diagnosis pasti. Anamnesis penderita baru tiba dari daerah
endemis malaria disertai keluhan demam berulang-ulang di dahului dengan menggigil, disertai pusing, badan lemah, nyeri otot, mual, dan muntah. Pada
pemeriksaan fisik penderita tampak lemah, pucat, icteris, kulit panas atau dingin lembabberkeringat, hepatomegaly, splenomegaly, dan terjadi gangguan kesadaran
Irianto Zulkoni, 2014: 455; 2011: 86. Diagnosis pasti yaitu dengan pemeriksaan laboratorium menggunakan
tetes darah tebal dan tetes darah tipis. Tetes darah tebal menggunakan hapusan darah tepi dicat dengan giemsa, diperiksa di bawah mikroskop sinar biasa. Tetes
darah tipis menggunakan hapusan darah tepi dicat dengan cat acridine orange, diperiksa dibawah mikroskop khusus fluorescence microscope yang disebut
metode Kawamoto Irianto, 2014:455-456.
2.1.1.8. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria
sekarang menggunakan
terapi kombinasi.
Kombinasi obat malaria adalah pemberian secara bersamaan dua atau lebih obat skizontisida darah yang mempunyai cara kerja atau target biokimia yang berbeda
18
Sutanto dkk, 2008: 222. Pemakaian obat kombinasi ini ditujukan untuk mengurangi resistensi obat karena mutasi parasit. Menurut Sandjaja 2007:211,
beberapa sebab yang dapat menyebabkan resistensi parasit terhadap obat antara lain:
1. Parasit melakukan inaktivasi metabolisme
2. Terjadi perubahan permeabilitas tubuh parasit terhadap obat
3. Parasit mengubah target obat dan membuat metabolisme sekunder
Obat yang di rekomendasikan WHO saat ini adalah Artemicinin ACT yang bekerja sebagai skizontosida darah untuk Plasmodium facifarum dan
Plasmodium vivax. Di Indonesia terdapat 3 jenis obat ACT yaitu kombinasi Dihydroartemisinin-Piperaquine, Artemether-Lumefantrine, dan Artesunate-
Amodiakuin. Meskipun sudah menggunakan pengobatan ACT, sebaiknya tetap menggunakan primakuin untuk terapi radikal gamet, pemberian pada malaria
fasifarum sebanyak 45 mg dosis tunggal dan 15 mghari selama 14 hari pada malaria vivax Harjianto, 2011.
2.1.1.9. Pengendalian Malaria