Profil Komunitas Aboge di Desa Kembang Kecamatan Dukuhseti

perbedaannya adalah 1 tahun dalam kalender Hijriyah berumur 354 hari 8 jam 48 menit atau 354 1130 hari, sedangkan kalender Jawa berumur 354 hari 9 jam atau 354 38 hari. Agar tahun baru Hijriyah dan Jawa dapat bersamaan 1 Muharram dan 1 Suro setiap tahun maka harus ada penyesuaian yang membutuhkan waktu 120 tahun. Sejak tahun 1555 Jawa sampai sekarang 1948 Jawa 2015 Masehi telah berganti era 120 tahunan yang ke-4 Asapon. Apabila ditelusuri, selisih waktu tersebut bisa terjadi karena tahun Jawa pada satu periode yaitu 120 tahun memiliki 45 tahun kabisat dengan rincian 3 x 120 : 8 = 45. Akan tetapi dalam perhitungan tahun Hijriyah hanya mempunyai 44 tahun kabisat dalam satu periode 120. Dengan rincian 11 x 120 : 30 = 44. Jadi dalam 120 tahun, tahun Jawa mendahului satu hari dari tahun Hijriyah. Artinya apabila tahun Hijriyah sudah masuk bulan baru, maka bulan Jawa masih pada akhir bulan lama. Menurut perhitungan di atas, perbedaan tahun Hijriyah dengan tahun Jawa selisih 3 hari. Tetapi sekarang hanya selisih 1 hari karena menurut ketetapan dari Kraton Solo sudah dilampaui 2 x 1 hari yaitu pada tahun 1674 dan 1748 Jawa. Pada dasarnya kedua tahun di atas adalah tahun Kabisat yang ditetapkan sebagai tahun Basithah. Oleh karena itu, selisih tahun Jawa dengan tahun Hijriyah sekarang hanya terpaut 1 hari. 10 10 Ali Mas’udi, “Penentuan Awal Bulan Kamariah Menggunakan Sistem Aboge dan Implementasinya Studi Kasus di Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati,” Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2014, h. 90-91. Pergantian tahun Wastu dan tahun Wuntu terjadi pada setiap 4 tahun sekali. Perhitungan tersebut berdasarkan kepada usia siklus perjalanan edar planet bumi mengelilingi matahari selama 400 tahun sekali. 11 Dalam menentukan awal bulan Kamariah, penganut Aboge di Desa Kembang tidak perlu bermusyawarah karena hasil yang didapatkan dari perhitungan masing- masing individu penganut Aboge pasti mendapatkan hasil yang sama. Perhitungan Aboge ini sudah bisa menentukan kapan awal bulan itu terjadi sampai beberapa tahun kemudian sudah bisa ditentukan, bahkan puluhan tahun kemudian, karena murni menggunakan perhitungan yang sudah pasti. Setelah delapan tahun perhitungan tersebut akan kembali pada tahun yang sama, yakni tahun Alip. 12 Untuk menentukan kapan terjadi awal bulan Kamariah, penganut Aboge di desa ini tidak perlu repot-repot menjalankan rukyatul hilal, karena sebenarnya dengan mata telanjang pun hilal sudah terlihat. 13 Selain itu, para penganut Aboge di Desa Kembang tidak memiliki organisasi yang struktural, yang ada hanyalah sesepuh Aboge sebagai seorang yang dipandang mengetahui semua hal mengenai petangan Jawa. 14 Penganut Aboge di Desa Kembang dengan penganut Aboge di daerah lainnya sangat berbeda dalam implementasinya. Pada umumnya peganut Aboge di Jawa 11 Budiono Herusatoto, Mitologi Jawa, cet.I, Depok: Oncor Semesta Ilmu, 2012, h. 34. 12 Ali Mas’udi, “Penentuan Awal Bulan Kamariah Menggunakan Sistem Aboge dan Implementasinya Studi Kasus di Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati,” Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2014, h. 74. 13 Wawancara Pribadi dengan Sukamto Sesepuh Aboge di Desa Kembang. Pati, 16 Januari 2015. 14 Wawancara Pribadi dengan Rami Masyarakat Desa Kembang. Pati, 19 Januari 2015.