hisab  tanpa  dihasilkan  rukyatulhilal  atau  istikmal  adalah  tidak  dibenarkan oleh mazhab empat Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.
Ketiga, bahwa Nahdlatul Ulama adalah jam’iyyah yang berhaluan Aswaja.
Dari  penjelasan  diatas,  dapat  disimpulkan  bahwa  dari  ormas  atau  kalangan Pemerintah  sudah  ada  perselisihan  dalam  menentukan  awal  bulan  Kamariah  karena
dasar  hukum  yang  dijadikan  alasan  oleh  ahli  Hisab  tidak  bisa  diterima  oleh  ahli rukyat  dan  dasar  hukum  yang  dikemukakan  oleh  ahli  rukyat  dipandang  ahli  hisab
bukan  merupakan  satu-satunya  dasar  hukum  yang  membolehkan  cara  dalam menentukan awal bulan.
7
Begitupun  dengan  komunitas  Aboge  karena  perhitungan  mereka  yang diinterpretasi dari Tafsir al-Hidayah surat Fusilat ayat ke 41, dibagian asbabun nuzul
HR.  Ibnu  Jarir  ayat  9,  10,11,  dan  12  karya  Syekh  Nawawi  Al-Bantani  dan  pakem- pakem  yang  dianggap  sebagai  pamungkas  hanya  digunakan  untuk  kegiatan
keagamaan  seperti  Asahan  Maulid  Nabi  Muhammad  Saw,  dan  rutinitas  sehari-hari seperti  tandang  gawe  dan  lain-lain.  Sedangkan  untuk  menentukan  awal  Bulan  yang
berkaitan  dengan  Ibadah  khususnya  awal  bulan  Ramadan,  Syawal  dan  Zulhijjah mereka  mengikuti  ketetapan  dari  Pemerintah  karena  mereka  penganut  Aboge
percaya dengan kuasa Allah dan Nabi serta setia pada Pemerintah. Oleh karena nya, semua  merupakan  proses  kedamaian  dan  tatanan  dunia  supaya  tidak  banyak
7
Badan  Hisab  dan  Rukyat  Dep.  Agama,  Almanak  Hisab  Rukyat  T.tp.,  Proyek  Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, h.18.
kerusakan . Kepercayaan tersebut berdasarkan Firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 59:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya:
Hai  orang-orang  yang  beriman,  taatilah  Allah  dan  taatilah  Rasul  nya,  dan  ulil amri  di  antara  kamu
.  Kemudian  jika  kamu  berlainan  pendapat  tentang  sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu
benar-benar  beriman  kepada  Allah  dan  hari  kemudian.  yang  demikian  itu  lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya
”.QS. AN-Nisa’:59. Selain  itu,  mereka  juga  percaya  bahwa  Pemerintah  mempunyai  banyak
rujukan  dan  pemahaman  sehingga  semuanya  benar-benar  dipertimbangkan  demi kedamaian,  persatuan  dan  kesatuan  umat  Islam  di  alam  raya.  Dalam  hal  penentuan
awal  bulan  Islam  terutama  pada  awal  bulan  Ramadan,  Syawal  dan  Zulhijjah masyarakat  di  Desa  Kembang  mayoritas  mengikuti  kelompok  Nahdlatul  Ulama
karena Nahdlatul  Ulama tidak hanya berpegang  pada hasil rukyat  semata melainkan mulai menerima hisab sebagai pemandu dalam melaksanakan rukyat.
B. Analisis  Terhadap  Metode  dan  Fungsi  Penentuan  Awal  Bulan  Kamariah
Menggunakan  Sistem  Aboge  di  Desa  Kembang  Kecamatan  Dukuhseti Kabupaten Pati
Memahami  sistem  penanggalan  Jawa  Aboge  dalam  penentuan  waktu  tidak terlepas  dari  sejarah  penanggalan  Saka  penanggalan  Hindu-Jawa.  Sistem
penanggalan  saka  sering  juga  disebut  sebagai  penanggalan  Saliwahana.
8
Permulaan tahun saka ialah hari Sabtu bertepatan dengan pengangkatan Prabu Saliwahana atau
Aji Saka yang bertepatan dengan tahun Masehi tanggal 14 Maret 78 Masehi.
9
Penanggalan  ini  dipakai  oleh  Kesultanan  Demak,  Banten,  dan  Mataram. Penanggalan  ini  digunakan  bersamaan  dengan  penanggalan  Hijriyah.  Namun  pada
tahun  1633  Masehi  Sultan  Agung  dari  Mataram  Sultan  Agung  Hanyokrokusumo menghapuskan  Penanggalan  Saka  dan  membuat  Penanggalan  Jawa  yang  identik
dengan  penanggalan  Hijriyah  karena  meneruskan  bilangan  tahunnya.  Keputusan  ini diikuti  oleh  Sultan  Abul-Mafakhir  Mahmud  Abdulkadir  1596-1651  dari  Banten.
Dengan  demikian  penanggalan  Saka  sudah  tidak  digunakan  lagi  diseluruh  Jawa  dan diganti dengan penanggalan Islam Jawa.
10
Sistem  kalender  Jawa  dan  kalender  Hijriyah  memiliki  kesamaan  yaitu mengacu  pada  sistem  peredaran,  perbedaannya  adalah  1  tahun  dalam  kalender
Hijriyah  berumur  354  hari  8  jam  48 menit  atau  354  1130  hari,  sedangkan  kalender
8
Slamet Hambali,  Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah dan Jawa Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011, h. 16.
9
Muh. Choeza’I Aliy Comal, Pelajaran Hisab Isthilah Semarang: T.p., 1977, h. 6
10
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah dan Jawa Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011, h. 17-18.
Jawa berumur 354 hari 9 jam atau 354 38 hari. Agar tahun baru Hijriyah dan Jawa dapat bersamaan 1 Muharram dan 1 Suro setiap tahun maka harus ada penyesuaian
yang membutuhkan waktu 120 tahun. Sejak tahun 1555 Jawa sampai sekarang 1948 Jawa 2015 Masehi telah berganti era 120 tahunan yang ke-4 Asapon.
Apabila ditelusuri, selisih waktu tersebut bisa terjadi karena tahun Jawa pada satu periode yaitu 120 tahun memiliki 45 tahun kabisat dengan rincian 3
x 120 : 8 =
45. Akan tetapi dalam perhitungan tahun Hijriyah hanya mempunyai 44 tahun kabisat dalam  satu  periode  120.  Dengan  rincian  11
x  120  :  30 =  44.  Jadi  dalam  120  tahun,
tahun Jawa mendahului satu hari dari tahun Hijriyah. Artinya apabila tahun Hijriyah sudah  masuk  bulan  baru,  maka  bulan  Jawa  masih  pada  akhir  bulan  lama.  Menurut
perhitungan  di  atas,  perbedaan  tahun  Hijriyah  dengan  tahun  Jawa  selisih  3  hari. Tetapi sekarang hanya selisih 1 hari karena menurut ketetapan dari Kraton Solo. Pada
dasarnya  kedua  tahun  di  atas  adalah  tahun  Kabisat  yang  ditetapkan  sebagai  tahun Basithah. Oleh karena itu, selisih tahun Jawa dengan tahun Hijriyah sekarang hanya
terpaut 1 hari. Semestinya pada era sekarang, Aboge sudah tidak relevan digunakan. Karena
pada hitungan tahun 1 Sura 1867 –30 Aji 1986 tahun Jawa yang bertepatan dengan 1
Muharram  1355 –30  Zulhijjah  1474  atau  17  Februari  1936–26  Agustus  2052  tahun
Masehi, perhitungan tahun Jawa sudah menggunakan kaidah Asapon.
11
11
Ali  Mas’udi,  “Penentuan  Awal  Bulan  Kamariah  Menggunakan  Sistem  Aboge  dan Implementasinya  Studi  Kasus  di  Desa  Sukolilo  Kecamatan  Sukolilo  Kabupaten  Pati,”  Skripsi  S1
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2014, h. 91.
Namun,  penganut  Aboge  di  Desa  Kembang  sampai  sekarang  masih menggunakan  kaidah  Aboge  dalam  menentukan  perhitungan  awal  bulan  Kamariah,
karena mereka mayakini bahwa Aboge adalah ilmu yang pasti, paten dan nyata yang tidak bisa berubah sampai kapan pun. Atas dasar pemahaman terhadap kalender Jawa
Aboge  yang dirasa masih klasik dan dianggap masih asli sejak zaman Sultan Agung Hanyokrokusumo,  mengakibatkan  penganut  Aboge  di  Desa  Kembang  fanatik  dalam
menggunakannya.  Di  sisi  lain  penganut  Aboge  bangga  karena  dapat  menentukan kapan  awal  bulan  baru  dimulai,  hari,  dan  pasaran  pada  tanggal  dan  bulan  tertentu,
bahkan beberapa puluh tahun yang akan datang. Selain  itu,  kalender  Aboge  digunakan  untuk  kegiatan  sehari-hari  seperti
menentukan hari dalam perjodohan atau pernikahan, mendirikan bangunan, memanen hasil  pertanian,  menentukan  arah  bepergian  dalam  mencari  pekerjaan,  membeli
hewan  ternak,  dan  mengetahui  rizki  orang  yang  ditinggal  mati  keluarganya  supaya bisa  menentukan  hari  yang  baik  atau  cocok  sesuai  dengan  keinginan  karena
perhitungan  baik  buruk  yang  dilukiskan  dalam  lambang  dan  watak  suatu  hari, tanggal, bulan, tahun.
Metode  tersebut  masih  dipertahankan  karena  Aboge  merupakan  warisan budaya  nenek  moyang  yang  harus  dijaga.  Bahkan  Sunan  Kalijaga  mengajarkan
ajarannya yang berbunyi “Yen ditulung wong tulis ning watu, yen nulung wong tulis ning  banyu,  senajan  sepadan  ora  weroh  nanging  Allah  perso  lakone  manuso,  ojo
daksio  iri  lan  srei  karo  liyan,  sopo  ngalah  bakal  entuk  kanugerahane  Gusti,  sopo salah bakal sirno
” kalau ditolong orang tulis di batu, kalau menolong orang tulis di
air, meskipun orang lain tidak mengetahui namun Allah SWT selalu mengetahui apa yang diperbuat oleh manusia, jangan iri dan dengki dengan orang lain, karena orang
yang ngalah akan mendapatkan keanugerahan dari Allah SWT. Dan orang yang salah maka akan hilang atau celaka.
12
Selain itu, masyarakat juga tidak mau meninggalkan warisan  nenek  moyang  tersebut  karena  takut  terjadi  hal-hal  yang  tidak  diinginkan,
atau takut kualat terhadap sesepuh.
13
Masyarakat yang transmigrasi juga masih menggunakan sistem Aboge karena hitungan ini hanya digunakan untuk rutinitas sehari-hari dan keagamaan. Sedangkan
untuk  menentukan  awal  bulan  Kamariah  yang  ada  kaitannya  dengan  ibadah  tetap mengikuti Pemerintah karena masyarakat percaya bahwa Pemerintah harus ditaati dan
Pemerintah  juga  pasti  berhati-hati  dalam  menetapkan  awal  bulan  dengan menghimpun banyak pemahaman pendapat guna mempersatukan umat Islam.
Komunitas  Aboge  bisa  menentukan  awal  bulan  berdasarkan  interpretasi  dari Tafsir al-Hidayah surat Fusilat ayat ke 41, dibagian asbabun nuzul HR. Ibnu Jarir ayat
9, 10,11, dan 12 karya Syekh Nawawi Al-Bantani dan kitab petuah Pakem sebagai dasar  pijakannya  karena  mereka  beranggapan  bahkan    meyakini  sistem  Aboge  yang
merupakan ngelmu titen
14
itu ilmu yang bersifat paten abadi, nyata dan sakral, juga sebagai budaya peninggalan sesepuh yang harus dijaga agar tetap lestari.
Selain itu, mereka juga meyakini Aboge dari Surat Al-Fatihah, yang berbunyi:
12
Wawancara Pribadi dengan Yusuf Rustam. Pati, 16 Januari 2015.
13
Wawancara Pribadi dengan Sahlan PJ. Mudin di Desa Kembang. Pati, 17 Januari 2015.
14
Yaitu  sebuah  pengetahuan  yang  di  peroleh  dengan  cara  tanpa  menulis  dan  mencatat, melainkan dari hasil pendengaran yang diingat sampai hafal.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kata  yang bergaris bawah tersebut diartikan sebagai hari karena diambil dari kata
 kemudian dipotong menjadi  bahasa Jawa yang berarti hari, meskipun
arti yang sebenarnya adalah petunjuk. Kata tersebut diartikan hari karena Komunitas Aboge  di  Desa  Kembang  percaya  bahwa  Allah  SWT  menciptakan  hari  itu  pertama
kali  dan  mempunyai  banyak  keistimewaan,  diantaranya  yaitu  di  beri  banyak keselamatan,  sehingga  semua  hitungannya  berdasarkan  hari  7  karena  hari  itu
merupakan ilmu patokan yang diciptaan Tuhan yang tidak bisa dirubah-rubah. Allah menciptakan manusia dengan 7  unsur elemen  yaitu Sumsum,  Balung
Tulang,  Otot,  Daging,  Getih  Darah,  Kulit,  Wulu  Bulu,  menciptakan  langit  7 lapis, menciptakan neraka juga 7, ketika thawaf  7 kali, bahkan  yaumul kitab sendiri
diciptakan Allah hanya 7 ayat, semuanya karena berpatokan pada hari.
15
Adapun  kitab  yang  dijadikan  landasan  adalah  Kitab  Jitab  Soro,  Loko  Polo Bentaljemur  Adammakna,  Sabtuguru,  Tapeladam,  Uloduni,  Sapuwedal.  Sebenarnya
15
Wawancara Pribadi dengan Sukamto. Pati, 16 Januari 2015.