Contoh : Apabila ada orang yang meninggal dunia pada hari Kamis Legi, berarti neptunya
adalah kamis= 8 dan legi= 5 8+5= 13. Maka untuk mengetahui jatuh pada petungan apa dengan cara mulai menghitung dari gunung, jungkur, segoro, asat
berulang kali sampai pada hasilnya yaitu 13. Bila dicocokkan dengan rumus yang di atas, maka jatuh di gunung berarti masyarakat meyakini bahwa keluarga yang
ditinggal mati pada neptu ini rezekinya akan baik seperti gunung.
22
22
Wawancara Pribadi dengan Kasemo. Pati, 17 Januari 2015.
50
BAB IV APLIKASI PENENTUAN AWAL BULAN SISTEM ABOGE DAN
PEMERINTAH SERTA ANALISIS PENERAPAN ABOGE SEBAGAI SISTEM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH
A. Aplikasi penentuan Awal Bulan Sistem Aboge dan Pemerintah
Komunitas Aboge memahami perhitungan Aboge yang diinterpretasi dari Tafsir al-Hidayah surat Fusilat ayat ke 41, dibagian asbabun nuzul HR. Ibnu Jarir ayat
9, 10,11, dan 12 karya Syekh Nawawi Al-Bantani, dan merupakan ilmu yang nyata dan paten.
1
Sebab itu lah mereka meyakini Aboge sebagai perhitungan yang dapat diprediksi sebelumnya dan dapat menunujukkan kevalidan metode penghitungan
waktu. Sedangkan sistem rukyat sangat tergantung pada hilal yang terlihat pada tanggal 29 bulan Hijriyah.
Selain itu, komunitas Aboge juga mengambil pendapat Wali Sanga, Sunan Kalijaga, dan Ngabdullah Syarif Sayyid Kuning yang merupakan tokoh pertama kali
yang memperkenalkan Aboge di Jawa, menyatakan bahwa hisab Aboge adalah sistem penentuan awal bulan Kamariah sebagai dasar pijakan penentuan awal bulan
Kamariah. Wali tergolong Ulam a’, sedangkan Ulama adalah penerus Nabi
Muhammad Saw. untuk mengajarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada Umatnya. Pendapat ini mengacu kepada sabda Nabi yaitu al-
Ulama‟u waratsatu al-Anbiya‟i. maka pantas Komunitas Aboge mayakini sistem perhitungan Aboge sebagai sistem
1
Wawancara Pribadi dengan Sukamto. Pati, 16 Januari 2015.
untuk menentukan awal bulan Kamariah, karena sejalan dengan hitungan yang digunakan oleh beberapa Sunan yang tergabung dalam Wali Sanga.
2
Berbeda dengan Pemerintah, penentuan awal bulan Kamariah sangat penting karena banyak macam ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan
perhitungan bulan kamariah. Untuk itu, Syara’ telah memberikan pedoman dalam
menentukan perhitungan waktu, seperti dalam al- Qur’an dan Hadis Nabi. Pedoman
tersebut dalam garis besarnya terbagi kepada 2 bagian, yaitu: 1.
Cara Ru‟yah bil fi‟li dan istikmal, seperti diterangkan antara lain oleh hadist Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abi Hurairah:
“Berpuasalah kamu sekalian jika melihat hilal dan berbukalah jika melihat hilal, jika keadaan mendung maka sempurnakanlah bilangan bulan Syak
ban 30 hari”. 2.
Cara Hisab, seperti diterangkan dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 5: “ Dialah yang menjadikan Matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah tampat-tempat bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu
”. Perhitungan awal bulan Kamariah dengan cara hisab pada garis besarnya ada dua
macam: a.
Hisab „Urfi, yaitu cara penentuan awal bulan dengan perhitungan yang didasarkan kepada peredaran Bulan dan Bumi rata-rata dalam mengelilingi
Matahari.
2
Alfina Rahil Ashidiqi, “Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Aboge Studi Terhadap Komunitas Aboge Di Purbalingga”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009, h. 67.