Analisis Terhadap Metode dan Fungsi Penentuan Awal Bulan Kamariah

                                                                      Kata yang bergaris bawah tersebut diartikan sebagai hari karena diambil dari kata  kemudian dipotong menjadi  bahasa Jawa yang berarti hari, meskipun arti yang sebenarnya adalah petunjuk. Kata tersebut diartikan hari karena Komunitas Aboge di Desa Kembang percaya bahwa Allah SWT menciptakan hari itu pertama kali dan mempunyai banyak keistimewaan, diantaranya yaitu di beri banyak keselamatan, sehingga semua hitungannya berdasarkan hari 7 karena hari itu merupakan ilmu patokan yang diciptaan Tuhan yang tidak bisa dirubah-rubah. Allah menciptakan manusia dengan 7 unsur elemen yaitu Sumsum, Balung Tulang, Otot, Daging, Getih Darah, Kulit, Wulu Bulu, menciptakan langit 7 lapis, menciptakan neraka juga 7, ketika thawaf 7 kali, bahkan yaumul kitab sendiri diciptakan Allah hanya 7 ayat, semuanya karena berpatokan pada hari. 15 Adapun kitab yang dijadikan landasan adalah Kitab Jitab Soro, Loko Polo Bentaljemur Adammakna, Sabtuguru, Tapeladam, Uloduni, Sapuwedal. Sebenarnya 15 Wawancara Pribadi dengan Sukamto. Pati, 16 Januari 2015. sistem Aboge ini sudah dilupakan oleh masyarakat sehingga tidak ada ormas atau ulama yang dianutnya. Tetapi, Aboge merupakan ilmu Allah, yang mana ilmu Allah itu sifatnya langgeng sehingga tetap ada orang yang menggunakannya bahkan sekarang mengalami kemajuan. 16 Kalender Jawa dengan sistem Aboge ini termasuk dalam hisab „urfi dimana metode perhitungan bulan kamariah tidak berdasarkan gerak faktual Bulan di langit, melainkan dengan mendistribusikan jumlah hari dalam satu tahun Hijriyah ke dalam bulan-bulan Hijriyah berdasarkan patokan usia bulan-bulan tersebut yaitu antar 29 dan 30 hari. Pada dasarnya kalender Aboge mengacu pada hisab secara astronomis, sama halnya dengan kalender hijriyah. Dimana kalender tersebut sama-sama didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Dalam aplikasinya sebagai suatu sistem kepercayaan, kalender Aboge dijadikan pedoman dalam menentukan hari dan pasaran yang selanjutnya diterapkan dalam perhitungan kejawen. Kalender Jawa dengan sistem Aboge ini termasuk dalam hisab „urfi dimana metode perhitungan bulan Kamariah tidak berdasarkan gerak faktual Bulan di langit, melainkan dengan mendistribusikan jumlah hari dalam satu tahun Hijriyah ke dalam bulan-bulan Hijriyah berdasarkan pematokan usia bulan-bulan tersebut. Penggunaan sistem hisab seperti ini sudah dimulai sejak khalifah Umar Bin Khattab pada tahun 17 H, dengan tujuan sebagai acuan untuk menyusun kalender Islam abadi. Hisab „Urfi ini mengacu pada bilangan hari yang tetap pada setiap 16 Wawancara Pribadi dengan Rustam. Pati, 16 Januari 2015. bulannya. Dimulai dari bulan Muharram yang berjumlah 30 hari, kemudian Safar 29 hari dan seterusnya, kecuali pada tahun kabisat yang jatuh pada bulan ke 12 berumur 30 hari Tidak berbeda dengan penanggalan Jawa yang dimulai dengan bulan Suro berjumlah 30 hari, Sapar 29 hari, Mulud 30 hari, dan seterusnya dengan kaidah bulan ganjil jumlah hari 30 dan bulan genap jumlah hari 29. Kecuali pada tahun kabisat yang jatuh pada bulan ke 12 berumur 30 hari. 17 17 Ali Mas’udi, “Penentuan Awal Bulan Kamariah Menggunakan Sistem Aboge dan Implementasinya Studi Kasus di Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati,” Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2014, h. 93-94. 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penganut Aboge di Desa Kembang Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati dalam menentukan awal bulan Kamariah tetap menggunakan hitungan Jawa sistem Aboge tanpa ada perubahan ke Asapon, yang mana setiap satu periode yaitu 120 tahun memiliki 45 tahun Kabisat. Sedangkan tahun Hijriyah mempunyai 44 tahun Kabisat. Artinya tahun Hijriyah lebih awal ganti bulan dibanding tahun Jawa, yaitu beda 1 hari. 2. Masyarakat Desa Kembang Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati menerapkan sistem Aboge hanya untuk tradisi keagamaan seperti Asahan dan rutinitas sehari-hari. Sedangkan dalam menentukan awal bulan Kamariah yang berkaitan dengan ibadah seperti awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijjah, masyarakat Desa Kembang mengikuti ketetapan Pemerintah berdasarkan QS. An-Nisa ayat 59.

B. Saran-Saran

1. Kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama sekiranya dapat memberikan sosialisasi tentang penentuan awal bulan Kamariah kepada masyarakat yang saat ini masih mengikuti perhitungan Jawa Islam Aboge dalam penentuan awal bulan kamariah, khususnya bulan-bulan ibadah yakni awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal Idul Fithri serta awal Zulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah 9 Zulhijjah dan Idul Adha 10 Zulhijjah. 2. Kepada para pengamal hisab Jawa Islam Aboge, sekiranya hisab ini dapat dibedakan dalam implementasinya di kehidupan sehari-hari. Jika menyangkut tradisi atau ritual adat maka menggunakan hisab Jawa Islam, sedangkan yang menyangkut ibadah hendaknya mengikuti ketetapan pemerintah. 65 DAFTAR PUSTAKA

1. Referensi dari Buku-Buku:

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:: PT Rineka Cipta. Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama. 1981. Almanak Hisab Rukyat. T.tp., Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. Choeza’I, Muh. Aliy Comal. 1997. Pelajaran Hisab Isthilah. Semarang: T.p. Darsono, Ruswa. 2010. Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan. Yogyakarta: Labda Press. . Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji., Direktorat Pembinaan Peradilan Agama. 2004. Selayang Pandang Hisab Rukyat. T.tp.tt. Endraswara, Suwardi. 2004. Mistik Kejawen Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa, cet. IV. Jogjakarta: Penerbit Narasi. Farihah, Ipah. 2006. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press. Fuad Yusuf, Choirul dan Bashori A. Hakim. 2004. Hisab Rukyat dan Perbedaannya. T.tp., Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI. Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Habibie, BJ. 1994. Rukyat dengan Teknologi Upaya Mencari Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal. Jakarta: Gema Insani Press. Cet. Pertama. Hambali, Slamet. 2011. Almanak Sepanjang Masa Sejarah Sistem Penanggalan Masehi, Hijriyah dan Jawa. Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo. Herusatoto, Budiono. 2012. Mitologi Jawa, cet.I,. Depok: Oncor Semesta Ilmu. Izzuddin, Ahmad. 2007. Fiqih Hisab Rukyat Menyatukan NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Jakarta: Erlangga. Izzuddin, Ahmad. 2006. Fiqh Hisab Rukyah Kejawen Studi atas Penentuan Poso dan Riyoyo Masyarakat Dusun Golak Desa Kenteng Ambarawa Jawa Tengah. Semarang: DIPA. Maskufa, 2010. Ilmu Falak. Cet. II. Jakarta: Gaung Persada Press. Murtadho, Moh. 2008. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press. Saksono, Tono. 2007. Mengkompromikan Rukyat dan Hisab. Jakarta: Amythas Publicita. Setyanto, Hendro. 2008. Membaca Langit. Jakarta: Al-Ghuraba. Soekanto, Soerjono. 2006. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Syah, Machfudz. 1996. Ilmu Hikmat Sejati Intisari Mujarrobat dan Kitab Bertuah Lainnya, cet.6. Pekalongan: CV. Bahagia. Tjakraningrat, Harya., dan Wibatsu Harianto Soembogo. 1990. Kitab Primbon Qomarrulsyamsi Adammakna. Yogyakarta: Soemodidjojo Maha Dewa. Data Laporan Monografi Kabupaten Pati, Kecamatan Dukuhseti Desa Kembang, Keadaan Bulan November 2014. ________ Mujarrobat _____________ 2. Referensi dari Skripsi: Ashidiqi, Alfina Rahil. 2009. “Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Aboge Studi Terhadap Komunitas Aboge Di Purbalingga”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fauzi, Takhrir. 2010. “Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge Di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah”. Skripsi S1 Fakultas Syari’ah, Institus Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Mas’udi, Ali. 2014. “Penentuan Awal Bulan Kamariah Menggunakan Sistem Aboge dan Implementasinya Studi Kasus di Desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati”. Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang. Suryati. 2012. “Penggunaan Sistem Aboge dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah dan Implementasinya dalam Kehidupan Masyarakat Desa Cikakak Wangon Banyumas”. Skripsi S1 Fakultas Syariah IAIN Walingoso Semarang.

3. Referensi dari Jurnal:

Falinda. 2013. Sistem Keyakinan dan Ajaran Islam Aboge , Jurnal Ibda’, Vol. 10, No. 2. 2012: Religiositas Tradisi Jawa Islam Dalam Seni Batik. Laelatul, Siska B. 2003. Eksistensi Komunitas Islam Aboge di Desa Cikakak Kecamatan Wagon Kabupaten Banyumas, Vol IV, No. 4. Ismail, Muchammad. 2013. Strategi Kebudayaan: Penyebaran Islam Di Jawa, Vol. 11, No. 1 2013: Dilematika Islam dan Budaya Lokal Jawa.

4. Referensi Dari Internet dan Wawancara:

Abdurrahman, M. “Islam Aboge: Harmoni Islam dan Tradisi Jawa”, diakses pada 16 November 2014 dari http:majelispenulis.blogspot.com20120528islam- aboge-harmoni-islam-dan-tradisi.html . Noor, Tadjuddin. “Mengapa Muhammadiyah Memakai Sistem Hisab dalam Penetapan Awal Bulan Qamariyah”, artikel diakses pada 24 November 2014 dari http:kalsel.muhammadiyah.or.idartikel-mengapa-muhamadiyah- memakai-sistem-hisab-dalam-penetapan-awal-bulan-qamariyah-detail- 268.html. Suparjo, “Aboge”, diakses pada 18 November 2014 dari http:www.tabloidpamor.comberita-89-aboge.html . Trianton, Teguh , “Catatan Budaya”, diakses pada 19 November 2014 dari http:catatan budaya20081113riset-masjid-sayid-Kuning-html. Zaid, M. Wahyudi. “Kalender Jawa, Akulturasi Budaya Jawa Hindu”, diakses pada 27 November 2014 dari