Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul yang diambil yaitu mengenai Hubungan Cerita Rakyat dengan Pendidikan Multikultural penulis mengemukakan beberapa identifikasi masalah, yaitu meliputi: 1. kurangnya pemahaman terhadap pendidikan multikultural, 2. kurangnya aplikasi nyata terhadap pendidikan multikultural di sekolah, 3. kurangnya pengetahuan tentang media cerita rakyat yang mengandung nilai multikultural, 4. kurangnya pengetahuan apakah ada hubungan antara cerita rakyat sebagai media pembalajaran dengan pendidikan multikultural.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan berbagai identifikasi masalah yang dipaparkan oleh penulis, penulis lebih memfokuskan penelitian yaitu mengenai cerita rakyat nusantara yang digunakan sebagai media pembelajaran pendidikan multikultural. Fokus cerita yang akan diangkat yaitu cerita rakyat Riau yang berjudul Burung Puyuh dan Burung Tampua. Cerita tersebut berkisah tentang persahabatan dua burung yang berbeda habitat, namun tetap terbang beriringan dan bersama-sama. Penulis memilih cerita rakyat tersebut, karena pada cerita rakyat tersebutterdapat nilai- nilai budaya toleransi dan persahabatan sesama hewan yang berbeda spesies dan habitat. Peneliti menggunakan cerita rakyat tersebut menjadi media pembelajaran yaitu dengan cara mendongeng di kelas, menafsirkan sekaligus menjelaskan, bagaimana budaya menghargai dan toleransi harus ada dalam jiwa siswa SMA kelas XI IIS. Penelitian ini diadakan secara eksperimen melalui tindakan kelas dan pengambilan kuesioner berupa data pretes data awal kuesioner jawaban siswa sebelum mendapatkan perlakuan dan data postes siswa data akhir kuesioner jawaban siswa setelah mendapatkan perlakuan. Data tersebut digunakan sebagai instrumen atau ukuran bagaimana hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural siswa kelas XI IIS SMA Negeri 7 Kota Tangerang, kelas yang dipilih adalah kelas XI IIS sebelas Ilmu-Ilmu Sosial karena kelas tersebut mempelajari bidang ilmu sosial, termasuk keterampilan siswa untuk lebih bersosialisasi dan lebih mengerti budaya multikultural terhadap sesama siswa di kelas maupun di luar kelas. Selain itu kelas XI sebelas merupakan kelas yang dipilih peneliti, karena pada usia 17 tahun atau usia di kelas tersebut merupakan usia adaptasi siswa dengan idealisme siswa yang dibentuk. Pada usia tersebut juga siswa sedang rentan berinteraksi dengan kekerasan, ancaman, perbedaan, bentrokan, konflik dan tawuran antar siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan tersebut, penulis merumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural di SMA kelas XI IIS Ilmu-Ilmu Sosial SMA Negeri 7 Kota Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural dan mengetahui seberapa besar hubungan yang signifikanantara cerita rakyat yang didengarkan atau didongengkan di dalam kelas dengan pemahaman siswa terhadap pendidikan multikulturaldi SMA Negeri 7 Kota Tangerang, kelas XI IIS. F. Kegunaan Penelitian I. F. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tentang cerita rakyat, tradisi lisan, mendongeng, pendidikan multikultural dan hubungan di antara keduanya. Menambah pengetahuan para civitas pendidikan terhadap multikultural dalam kurikulum 2013. Serta untuk mengetahui lebih kongkrit bagaimana hubungan cerita rakyat yang mengandung nilai toleransi dengan pendidikan multikultural yang diterapkan di Indonesia.

I. F.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menyosialisasikembali tradisi lisan, dongeng dan cerita rakyat daerah nusantara yang sudah usang dan mulai menghilang. Melalui nilai dan pesan moral yang terkandung dalam tradisi lisan, dongeng dan cerita rakyat, diharapkan dapat membantu menanamkan nilai- nilai karakter pada siswa, memperkaya pengetahuan siswa dengan pengetahuan budaya-budaya di Indonesia. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat ikut serta dalam mempertahankan warisan budaya berupa budaya bercerita, dan budaya mendongeng, sehingga cerita rakyat nusantara tidak punah sepenuhnya. Dan melalui penelitian ini diharapkan semua kalangan, baik dosen, guru, mahasiswa dan siswa dapat mewariskan sekaligus melestarikan kebudayaan tradisional di Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Pendidikan

Pendidikan tidak terlepas dari berbagai proses mendidik dan mengajar. Untuk itu berikut ini adalah konsep pendidikan jika ditnjau dari beberapa ahli pendidikan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berasal dari “pen.di.dik.an yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang. Arti lain adalah usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara perbuatan mendidik ”. 1 Sedangkan pendidikan yang dikatakan oleh Lengeveld dalam Halifud Sabri, ialah “pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi yang seseorang masih memerlukan ”. Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh dari seseorang yang telah dewasa kepada orang yang belum dewasa, namun tidak semua pengaruh yang datangnya dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut mendidik, sebab mungkin saja pengaruhnya itu tidak mengandung unsur mendidik sama sekali. Sifat dari pendidikan adalah semua usaha, pengaruh, perlindungan serta bantuan yang diberikan harus tertuju pada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain membantu anak didiknya agar cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri. 2 Kemudian, H. A. R. Tilaar menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global. 3 Hal ini senada dengan pendapat Nurani Soyomukti yang mengatakan bahwa pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi pembentukan berpikir dan bertindak individu, dalam kurun waktu kehidupan yang 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2007, h. 263. 2 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, UIN Jakarta Press:Ciputat, 2005, h.8. 3 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999,h. 28. panjang dan saling berkaitan dengan perubahan-perubahan cara berpikir masyarakat juga turut menjadi pembentuk seorang individu . 4 Selain usaha untuk menumbuh kembangkan kedewasaan, pendidikan juga merupakan suatu usaha dari berbagai dimensi, baik dimensi tataran kecil, hingga ke dimensi global. Pengertian pendidikan di Indonesia pun telah tertuang di dalam Undang-Undang RI, berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” 5 Dari uraian pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau proses mendewasakan individu atau sekelompok orang melalui sebuah pengajaran atau pelatihan seumur hidup.

2. Pendidikan di Indonesia

H. Soedijarto mengatakan bahwa proses pendidikan di Indonesia seperti yang sepintas disinggung dan berlangsung dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00 tidak akan dapat mengubah karakteristik manusia Indonesia yang beretos kerja tinggi, yang berdisplin, bermoral, yang bertanggung jawab, yang menghormati tegaknya hukum, dan yang mampu menguasai dan menerapkan iptek serta bersikap demokratis. Tidak lain karena masyarakat di luar sekolah belum dapat menjadi tempat yang mendorong tumbuh dan berkembangnya karakteristik manusia Indonesia yang ideal. Maka perlu dirancang suatu sistem pendidikan nasional yang memungkinkan proses pembelajaran yang bermakna yaitu proses pembudayaan yang menyangkut berbagai kemampuan, nilai, dan sikap seorang Indonesia yang modern. Untuk itu Komisi Internasional UNESCO 4 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, Neo Liberal, Marxis- Sosialis, Postmodern, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, h.29. 5 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 41.