konsep pendidikan yang komprehensif dan integral. dalam pendidikan multikultural, terdapat pengungkapan hakikat manusia yaitu diantaranya, pertama
pendidikan multikultural memandang bahwa manusia memiliki beberapa dimensi yang harus diakomodir dan dikembangan secara keseluruhan, orientasi pendidikan
multikultura l adalah “memanusiakan manusia.” Kemanusiaan manusia pada
dasarnya adalah pengakuan akan pluralutas, heterogenitas dan keragaman manusia itu sendiri. keragaman itu bisa berupa ideolog, agama, paradigm, pola pikir,
kebutuhan keinginan, tingkat ekonomi, strata sosial, suku, etnis, ras, budaya, dan nilai-nilai tradisi.
3. Hakikat Media Pendidikan
Media itu berarti sebuah wadah, sebuah sarana, dan perantara seorang guru atau pengajar mentransferkan ilmunya kepada anak didik atau siswa. hal ini
dikatakan pula oleh Yudhi Munadhi dalam buku yang berjudul Media Pembelajaran yaitu,
“kata media berasal dari bahasa Latin, yakni Medius yang secara harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟, atau „perantara‟. Dalam bahasa
Arab media disebut „wasail‟ berbentuk jama‟ dari „wasilah‟ yakni sinonim al wast yang artinya juga „tengah‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada di
antara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟ wasilah atau yang mengentarai kedua sisi tersebut.Karena posisinya berada di tengah ia bisa
juga disebut sebagai penghantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari
satu sisi ke sisi lainnya.”
9
Sedangkan berdasarkan KBBI Media adalah 1. Alat; 2. Alat sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, telefisi film, poster dan spanduk; 3.
Terletak di antara dua pihak orang, golongan, dsb; wayang bisa dipakai sebagai – pendidikan; 4. Perantara, penghubung.
10
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa media menunjuk kedalam suatu saluran, atau perantara dari satu sisi ke
dalam sisi si penerima pesan.Pengertian media pendidikan menunjukkan pada
9
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, Ciputat: Gaung Perseda Press, 2012, h. 6.
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2007, h. 726.
gabungan dari pengertian atau makna kata „media, dan makna kata „pendidikan‟. Ji
ka makna kata media adalah „sarana‟, maka, makna kata pandidikan adalah suaru proses pendewasaan atau perubahan mental manusia ke arah konstruktif.
Maka media pendidikan adalah sarana atau saluran yang dipakai dalam menunjang suatu pesan berupa proses pendewasaan, perubahan mental, psikis,
jiwa, rohaniah, kognitif, intelektual manusia secara positif yang berlandaskan prinsip kemanusiaan dan hubungan manusia dengan alam, Tuhan, dan
masyarakat.
4. Tradisi Lisan dan Cerita Rakyat
Tradisi Lisan dalam KBBI adalah Folklor lisan.
11
Namun tradisi lisan lebih luas cakupannya dari folklor lisan, folklor, erat kaitannya dengan sebuah
cerita lisan yang menyangkut legenda, mite atau dongeng. Pada mulanya informasi atau pesan ada dan berkembang melalui sebuah tradisi lisan, yakni yang
dikatakan oleh James Danadjaja hal itu disebut dengan ilmu menggosip, seni bercerita dan mendongeng.
12
Pada cara ini, maka mungkinlah suatu masyarakat dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan
lainnya ke generasi seterusnya tanpa melibatkan bahasa tulisan. Biasanya isi informasinya agak bias dan terdapat lebih dari ribuan versi, tergantung dari
redaksi orang yang berceritanya. karena dongeng diceritakan dari mulut ke mulut, selain itu seseorang yang memiliki kepentingan yang berlainan, bisa saja merubah
ceritanya, menjadi cerita yang lain, namun bertema atau bertokoh yang mungkin sama. adapun James Danadjaya mengatakan bahwa Folklor tisan terbagi menjadi
legenda, mite dan dongeng. kemudian James Danadjaya dalam bukunya yang berjudul Folklor Indonesia, mengatakan bahwa suatu foklor tidak berhenti
menjadi foklor jika ia berubah menjadi cetakan. Suatu folklor memiliki identitas, selama ia berasal dari peredaran lisan.
13
Transkripsi cerita rakyat yang diambil dari tradisi lisan misalnya. Jadi cerita rakyat pada mulanya diawali dari tradisi
11
Ibid., h. 1208.
12
James Danadjaya, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip Dongeng dan Lain-Lain, Jakarta: Grafitypers, 1986, h.5.
13
Ibid., h. 23.