kebudayaan yang masih relevan dengan kurikulum 2013, yaitu nilai-nilai multikultural, nilai toleransi, nilai peduli, nilai kerja sama, nilai respek,
berinteraksi sosial, dan mencerminkan perwujudan dari cerminan bangsa. Seperti diimplikasikan dalam silabus kurikulum 2013 di bawah ini,
Kompetensi Inti :
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Guru sebagai pendidik sekaligus pengajar wajib memberikan wejangan dongeng nusantara, dan penyerapan nilai-nilai budaya Indonesia yang hampir
punah, tradisi lisan nusantara. Cerita rakyat bisa digunakan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia untuk pembahasan materi drama, cerita pendek,
maupun cerita ulang. Melalui penelitian ini dapat diketahui secara langsung bahwa semakin
sering siswa diberi media cerita rakyat oleh guru maka semakin meningkat pemahaman siswa terhadap arti pentingnya pendidikan multikultural. Bila timbul
suatu indikator prilaku siswa yang mencerminkan sedikitnya pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural, maka bisa dikatakan bahwa semakin sedikit
pula siswa memahami tentang pentingnya budaya saling menyayangi, peduli, toleransi dan menghargai perbedaan. Siswa kurang faham bahwa setiap individu
memiliki pola pikir, budaya, asal usul, pakaian, ras dan kebiasaan yang berbeda. Siswa kurang faham bahwa nilai persahabatan, merupakan hal yang perlu
diteladani juga oleh para remaja. Untuk itu dongeng masih perlu diberikan kepada siswa di dalam kelas. Melalui dongeng atau cerita rakyat, siswa menjadi belajar
mendengar dan menyimak, tentang khazanah budaya Indonesia, yang tersimpan, melalui nasihat-nasihat lama, cerita cerita lama. Fungsinya lebih dari sekedar
untuk mengajarkan bagaimana cara siswa untuk berbahasa dengan baik dan benar, melainkan untuk meredam keinginan siswa untuk berbuat kekerasan, konflik,
permusuhan, kebencian, dan antitoleransi.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang signifikan kearah positif antara media cerita
rakyat dengan pendidikan multikultural, atau semakin sering mendapat perlakuan media cerita rakyat, maka semakin meningkat pemahaman
siswa terhadap pendidikan multikultural di SMA kelas XI IIS, SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
2. Terdapat 3 bukti temuan statistik yang menjelaskan hubungan atau
keterkaitan yang kuat antara media cerita rakyat dengan pendidikan multikultural.
a. Pertama, ditemukan grafik linearitas yang berbentuk linier. Grafik
linearitas tersebut digunakan untuk melihat data secara awal, dan digunakan untuk melihat fungsi kedua data variabel, apakah data
awal kedua variabel tersebut memiliki arti atau tidak. Pada grafik linearitas tergambar bahwa titik-titik data tersebut menyatu dan
berbentuk diagonal, tidak menyebar secara acak. Bila titik-titik tersebut membentuk linier, maka dapat diputuskan secara
sederhana bahwa data kedua variabel tersebut bersifat linear atau memiliki arti, sehingga keputusan awalnya adalah terdapat
hubungan yang berarti antara kedua variabel yang dibandingkan. b.
Kedua, ditemukan nilai hasil perhitungan koefisien korelasi melalui
teknik penghitungan
korelasi product
moment sebesar0,862. Nilai tersebut bersifat positif, dan mendekati angka
1. Jika keputusan atau hasil akhir dari koefisien kolerasi tersebut mendekati angka r= 1 atau r=-1 maka, dapat dipastikan
hubungan tersebut bersifat linear atau terdapat hubungan yang signifikan ke arah positif antara media cerita rakyat dengan
pendidikan multkultural. c.
Ketiga, diketahui t hitung lebih besar dari t tabel. Pada bukti temuan terakhir maka kesimpulan bersifat sahih atau valid, yakni
menjawab rumusan kesimpulan hipotesis statistic, yaitu terdapat hubungan ke arah positif dan signifikan, antara cerita rakyat
Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan multikultural,
kesimpulan tersebut
didapat malalui
bukti penerimaan Ha, dan penolakan H0, diketahui t tabel adalah 0,355,
dan t hitung ditemukan sebesar . Untuk itu maka
disimpulkan bahwa t hitungt tabel, atau 9,15670,355, sehingga hal tersebut menjawab keputusan rumusan masalah yaitu terdapat
hubungan yang signifikan ke arah positif antara cerita rakyat Burung Puyuh dan Burung Tempua dengan pendidikan
multikultural di kelas XI IIS Ilmu-Ilmu Sosial, SMA Negeri 7 Kota Tangerang.
3. Hubungan antara cerita rakyat dengan pendidikan multikultural
tersebut kuat, jika semakin sering siswa mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, menjadi semakin meningkatnya pemahaman siswa
terhadap pendidikan multikultural, maka semakin sedikit siswa mendengarkan dongeng atau cerita rakyat, maka dapat dikhawatirkan
menjadi semakin sedikit pula pemahaman siswa terhadap pendidikan multikultural, seperti budaya saling menghargai, toleransi, cinta damai,
dan peduli terhadap sesama. Siswa semakin rentan untuk terpengaruh budaya negatif yang mengancam ide dan pola pikir siswa, termasuk
penanaman kebencian, kecurigaan, tawuran, kekerasan, ancaman, konflik dan peperangan.