Latar Belakang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2015)
2
perdagangan defisit menyebabkan perekonomian nasional semakin lesu dan berdampak pada berbagai sektor perekonomian nasional tidak terkecuali sektor
perbankan. Pelemahan ekonomi bisa berdampak terhadap sektor keuangan seperti perbankan tapi perbankan juga bisa menjadi kunci untuk membangkitkan
perekonomian nasional dari keterpurukan.
Tabel 1.1 Nilai Ekspor dan Impor Indonesia 2008-2013 juta USD
Tahun Nonmigas
Migas Jumlah
Ekspor Impor
Ekspor Impor
Ekspor Impor
2008 107.894,20
98.644,40 29.126,30
30.552,90 137.020,40
129.197,30 2009
97.491,70 77.848,50
19.018,30 18.980,70
116.510,00 96.829,20
2010 129.739,50 108.250,60 28.039,60
27.412,70 157.779,10
135.663,30 2011
162.019,60 136.734,10 41.447,00 40.701,50
203.496,60 177.435,60
2012 153.043,00 149.125,30 36.977,30
42.564,20 190.020,30
191.689,50 2013
149.918,80 141.362,30 32.633,00 45.226,40
182.551,80 186.628,70
Sumber: Data Badan Pusat Statistik
Perbankan dan lembaga keuangan lainnya sangat dinamis karena perubahan perekonomian suatu negara berpengaruh terhadap lembaga keuangan di negara
tersebut. Perkembangan lembaga keuangan di Indonesia tumbuh cukup baik, baik lembaga keuangan konvensional maupun syariah. Perbankan menjadi lembaga paling
besar dan menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegitan usaha secara konvensional danatau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
3
pembayaran
1
. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum , artinya dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Pada prinsipnya, bank syariah adalah sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai intermediasi yang menerima dana dari orang-orang yang surplus dana
dalam bentuk penghimpunan dana dan menyalurkan kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk produk pelemparan dana. Sehingga produk-produk
yang disediakan oleh bank-bank konvensional baik itu produk penghimpunan dana founding maupun produk pembiayaan financing pada dasarnya dapat pula diadakan
oleh bank syariah. Salah satu prinsip utama bank dalam perbankan syariah adalah prinsip bagi
hasil yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan
alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank , serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam transaksi.
Market share perbankan syariah di Indonesia saat ini baru berkisar 5 dibandingkan dengan total aset bank secara nasional.
2
Jumlah nasabah bank syariah
1
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9PBI2007 Perubahan Atas: Peraturan Bank Indonesia Nomor 821PBI2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prindip Syariah
2
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan OJK.
4
saat ini masih dibawah 10 juta orang sehingga potensi peningkatan nasabah perbankan syariah masih sangat besar karna jumlah usia produktif di Indonesia terus bertambah.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar
3
, tentu menjadi potensi besar bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Gambar 1.1
Sumber: Data Otoritas Jasa Keuangan Sampai dengan bulan november 2014 tercatat terdapat 12 bank umum sayriah
BUS, 22 unit usaha syariah UUS, dan 163 bank pembiayaan rakyat syariah BPRS dengan total jaringan 2.539 kantor yang tersebar di hampir diseluruh wilayah
3
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 mencapai 237,6 juta jiwa.
50 100
150 200
250 300
2009 2010
2011 2012
2013 2014
Statistik Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Total Asset Total Pendapatan
Total Beban Total DPK
5
Indonesia
4
. Total aset bank umum syariah BUS dan unit usaha syariah UUS mencapai 262 triliun rupiah, sedangnkan bank pembiayaan rakyat syariah BPRS
menapai 6,4 triliun rupiah
5
. Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah jauh lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan nasional berhasil meningkatkan porsi perbankan
syariah dalam perbankan nasional menjadi 5. Jika tren pertumbuhan yang tinggi pada industri perbankan syariah terus dapat dipertahankan, maka porsi perbankan
sayriah diperkirakan dapat mencapai 15-20 dalam kurun waktu 10 tahun kedepan. Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga bisa terlihat dari data
statistik badan otoritas jasa keuangan OJK, tercatat bahwa dari tahun 2009 hingga tahun 2014 total aset dan DPK komulatif bank umum syariah dan unit usaha syariah
di Indonesia selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Pendapatan bank umum syariah dan unit usaha syariah juga selalu bergerak positif dari tahun 2009 sampai 2014
kecuali pada tahun 2011 yang menurun cukup tinggi. Efisiensi bank syariah dinilai cukup baik dan selalu meningkat tiap tahunnya sehingga bank syariah mampu bersaing
dengan bank-bank konvensional.
Tabel 1.2 Jumlah Bank Syariah di Indonesia
Indikator 2008
2009 2010
2011 2012
2013 2014
Bank Umum Syariah BUS Jumlah Bank
5 6
11 11
11 11
12 Jumlah Kantor
581 711
1.215 1.410 1.745 1.998 2.174
4
Otoritas Jasa Keuangan, Op.Cit
5
Otoritas Jasa Keuangan, Op.Cit
6
Unit Usaha Suariah UUS Jumlah Bank
27 25
23 24
24 23
22 Jumlah Kantor
241 287
262 336
517 590
355 Bank
Pembiayaan Rakyat
Syariah BPRS Jumlah Bank
131 138
150 155
158 163
163 Jumlah Kantor
202 225
286 364
401 402
438 Total Kantor
1.024 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.967 Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, terlihat bahwa pertumbuhan perbankan syariah semakin meningkat tiap tahunnya. Meningkatnya eksistensi bank syariah di Indonesia
juga didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dan mulai berkembang menjadi sebuah tren. Tren tersebut dikarenakan produk
dana perbankan syariah memiliki daya tarik bagi deposan mengingat nisabah bagi hasil dan margin produk tersebut masih kompetitif dibandingkan dengan bunga pada bank
konvensioanal. Selain itu kinerja bank syariah menunjukkan peningkatan yang signifikan tercermin dari profitabilitas semakin meningkat. Kinerja bank merupakan
hal yang sangat penting pada bisnis perbankan untuk menunjukkan kredibilitasnya untuk mendorong masyarakat menggunakan jasa bank tersebut. Hubungan nasabah
dengan bank syariah bukanlah hubungan anatara debitur dan kreditur, tapi merupakan hubungan kemitraan partnership antara pemilik dana sohibul maal dengan
pengelola dana mudharib.
6
Karna itu keuntungan profitabilitas bank berpengaruh terhadap bagi hasil yang akan diberikan pada nasabah penyimpan dana.
6
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisa, Yogyakarta, 2008, h. 7
7
Profitabilitas bank dapat diukur dengan Return on Asset ROA dan Return on Equity ROE. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas bank dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilliki, sedangkan ROE mengukur efektifitas bank berdasarkan ekuitas. ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas
bank karena OJK sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan profitabilitas suatu bank diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari
simpanan masyarakat.
7
Semakin tinggi ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karna tingkat pengembalian return semakin besar.
8
Tabel 1.3 Kriteria Penilaian
Return On Asset ROA
Level Kriteria
Informasi Level 1
ROA 1,5 Sangat Tinggi
Level 2 1,25 ROA
,5 Tinggi
Level 3 0,5 ROA ≤ 1,25
Cukup Tinggi Level 4
0 ROA ≤ 0,5 Rendah
Level 5 ROA ≤ 0
Sangat Rendah
Sumber:
Surat Edaran Bank Indonesia No. 924DPbS 2007
Selain profitabilitas, likuiditas juga menjadi faktor penting dalam dunia perbankan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Likuiditas menggambarkan
kemampuan bank untuk mengakomodasi penarikan deposit dan kewajiban lainnya
7
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan. Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, h.119
8
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi kedua, Akademi Manajemen Keuangan YKPN, Yogyakarta, 1998, h. 4
8
secara efisien dan untuk menutup peningkatan dana dalam pinjaman serta portofolio investasi. Bank yang memiliki tingkat likuiditas yang memadai dapat memperoleh
dana yang diperlukan dengan meningkatkan kewajiban, mengamankan, atau menjual aset dengan segera dan dengan biaya yang masuk akal.
9
Likuiditas pada bank syariah dapat dilihat dari nilai quick ratio. Quick ratio adalah rasio likuiditas yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya pada deposan pemilik simapanan giro, tabungan dan deposito dengan harta yang paling likuid yang
dimiliki bank. Semakin tinggi angka quick ratio maka semakin tinggi tingkat likuiditas bank tersebut. Profitabilitas dan likuiditas sama-sama memiliki arti penting
bagi bank. Kelangsungan hidup bank dalam jangka pendek tergantung pada likuiditas yang dimiliki bank tersebut. Sedangkan kelangsungan hidup bank dalam jangka
panjang, dan kontinuitas tergantung pada profitabilitas. Bank yang berhasil adalah bank dengan tingkat likuiditas yang tepat tidak terlalu tinggi dan tidak terlau rendah
mampu mendapatkan profitabilitas maksimal. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan likuiditas pada bank seperti ukuran bank,
permodalan, pembiayaan bermasalah, efisiensi, dll. Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas
dan likuiditas pada 3 bank umum syariah di Indonesia. Terdapat tiga variabel yang akan digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap profitabilitas dan likuiditas. Pada
9
Hennie van Greuning dan Sonja Brajovic, Analisis Resiko Perbankan, Salemba Empat, Jakarta, 2011, h. 163
9
faktor-faktor yng mempengaruhi profitabilitas adalah variabel likuditas, permodalan dan efisiensi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas adalah
permodalan, pembiayaan bermasalah, dan efisiensi. Permodalan menjadi kunci bagi bank dalam bersaing dengan bank lainnya.
Kemampuan modal yang lebih baik dan distribusi modal yang tepat akan membuat bank dapat bersaing. Permodalan pada bank syariah dapat dilihat dengan
menggunakan variabel Capital Adequacy Ratio CAR. Menurut ketentuan BI tingkat CAR yan harus dimiliki bank syariah adalah 8. Jika bank bank mampu memenuhi
kebutuhan 8 CAR sesuai kriteria BI berarti bank mampu membiayai operasional bank, sehingga bank dapat menjaga likuiditas dan mendapatkan profitabilitas.
Tabel 1.4 Kriteria Penilaian
Capital Adequacy Ratio CAR
Level Kriteria
Informasi Level 1
KPMM Jauh Lehih Tinggi dari Ketentuan
Level 2 9 ≤ KPMM 12
Lebih Tinggi dari Ketentuan Level 3
8 ≤ KPMM 9 Sedikit Lebih Tinggi dari Ketentuan
Level 4 6 KPMM 8 12
Lebih Rendah dari Ketentuan Level 5
KPMM ≤ 6 Jauh Lehih Rendah dari Ketentuan
Sumber:
Surat Edaran Bank Indonesia No. 924DPbS 2007
Pembiayaan bermsalah adalah salah satu permasalahan yang harus dihapi oleh perbankan. Bank harus mampu menekan jumlah pembiayaan bermasalah serendah
mungkin sehingga kesehatan dan profitabilitas bank tetap terjaga. Pembiayaan bermasalah pada bank syariah dapat dilihat dari rasio Non Performing Financing
10
NPF. NPF merupakan rasio yang menggambarkan persentase jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Semakin
tinggi nilai NPF akan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas dan likuiditas bank syariah.
Tabel 1.5 Kriteria Penilaian
Non Performing Financing NPF
Level Kriteria
Informasi Level 1
NPF 2 Sangat Baik
Level 2 2 ≤ NPF 5
Baik Level 3
5 ≤ NPF 8 Cukup Baik
Level 4 8 ≤ NPF 12
Kurang Baik Level 5
NPF ≥ 12 Buruk
Sumber:
Surat Edaran Bank Indonesia No. 924DPbS 2007
Efisiensi sangat penting dalam operasional bank. Efisiensi yang baik adalah ketika bank mampu menekan beban biaya dan memaksimalkan pendapatan yang
dihasilkan. Efisiensi pada bank syariah dapat dilihat dari rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO. BOPO merupakan persentase jumlah biaya
operasional bank syariah terhadap jumlah pendapatan yang yang dihasilkan bank dalam periode waktu tertentu. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin rendah
tingkat efisiensi bank tersebut. Semakin tinggi nilai BOPO akan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas dan likuiditas bank tersebut.
11
Tabel 1.6 Kriteria Penilaian Biaya Operasiaonal Pendapatan Operasional BOPO
Level Kriteria
Informasi Level 1
BOPO ≤ 83 Sangat Tinggi
Level 2 83 BOPO ≤ 85
Tinggi Level 3
85 BOPO ≤ 87 Moderat
Level 4 87 BOPO ≤ 89
Rendah Level 5
BOPO 89 Snagat Redah
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 924DPbS 2007
Penelitian Etiene Bordeleau dan Christopher Graham 2013, Mona Abduilah Yousef Al-Ademi 2009 dan Ali Sulieman Alsatti 2014 menunjukkan bahwa
likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas namun ada satu titik dimana menahan asset liquid terlalu tinggi justru menurunka profitabilitas. Sementara itu
penelitian Afia Akter dan Khaled Mahmud 2011 berkesimpulan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara likuditas dan profitabilitas. Penelitian Muhammad Farhan
Akhtar 2011 menunjukkan bahwa capital adequacy berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas. Sedangkan penelitian Antoniana Davydenko dan Ali Sulieman
Alsatti 2014 menunjukkan jika capital adequacy dan likuditas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Penelitian Anna P.I Vong dan Hoi Si Chan yang meneliti faktor
yang mempengaruhi profitabilitas pada bank di Macau menyimpulkan bahwa efisiensi menjadi faktor utama mempengaruhi proftabilitas. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi likuiditas berdasarkan penelitian Pavla Vadova 2011, Pavla Vodova 2013 Wilbert Chagwiza 2014 dan Muhamed Aymen Ben Moussa 2015
12
berkesimpulan bahwa capital adequacy dan non performing loan NPL berpengaruh positif terhadap likuditas bank. Dari berbagai penelitian terdahulu diatas maka dapat
dilihat terdapat gap dan keragaman argumentasi bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan likuiditas. Sehingga Berdasarkan latar belakang
diatas
penyusun memberi judul penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2008-2015
”.