Pengaruh Capital Adequacy Ratio CAR terhadap Profitabilitas ROA
36
Semakin tinggi CAR maka kondisi bank akan semakin baik.
24
Jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan dapat melindungi deposan
sehingga memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarkat terhadap bank. Keadaan ini menguntugkan bank dan akan berkontribusi pada meningkatnya
profitabilitas ROA.
25
Faktor permodalan CAR ini sangat penting dalam kegiatan menjalankan operasional bank dan untuk menunjang segala kebutuhannya, dengan
kualitas pihak manajemen dalam pengelolaan yang baik suatu bank akan terus meningkatkan modal dengan memperhatikan indikator kesehatan permodalan yaitu
CAR, maka profitabilitaspun menjadi meningkat. Manajemen bank perlu mempertahankan atau menigkatkan nilai CAR sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimal 8, karna dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih
aman dan dengan tujuan meningkatkan profitabilitas. Teori ini didukung oleh penelitian Muhammad Farhan Akhtar 2011, M Kabbir Hassan 2003, Shaista
Wasiuzzaman, dan Hanimas 2012, dan Sudin Haron 2004. c. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO terhadap
Profitabilitas ROA
24
Achmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, op.cit
25
Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta, 2002
37
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasioanal BOPO termasuk rasio rentabilitas earnings. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif
terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio BOPO.
26
Rasio BOPO mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya.
27
Setiap perusahaan termasuk perbankan harus mencapai output dengan biaya seminilmal mungkin. Efisiensi operasional secara maksimum dicapai
pada tingkat pendapatan dimana semua biaya dari skala keuntungan lebih kecil.
28
Terdapat dua perspektif dalam teori efisiensi dalam ekonomi. Pertama, efisiensi alokatif harga yang menyatakan jika bank ingin beroperasi pada tingkat efisien, maka
semua produk bank harus dengan harga optimal. Hal ini akan mengurangi persaingan tidak sehat di pasar. Kedua, adalah efisiensi produktif efisiensi teknis yang terjadi
ketika bisnis mempekerjakan semua sumberdaya secara efisien dan menghasilkan output lebih besar dari input.
29
Pengkuran efisiensi menurut Bank Indonesia dilihat dari nilai BOPO Biaya Operasi Pendapatn Operasi. BOPO merupakan rasio anatara biaya operasi terhadap
pendapatan operasi. Semakin kecil nilai BOPO menunjukkan semakin baik tingkat efisiensi bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat memilki nilai
26
Ibid
27
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005
28
Odunga R.M dan Nyangweso P.M, Liquidity, Capital Adequacy and Operating Efficiency of Commercial Banks in Kenya, Research Journal of Financing Accounting, Kenya, 2013, h. 77
29
Sathye, X-Efficiency in Australian Banking: An Empirical Investigation, Journla Banking and Finanace, Australia, 2001, h. 613
38
BOPO kurang dari satu, sebaliknya bank yang kurang sehat nila BOPO nya lebih dari satu. Faktor efisiensi menyatakan bahwa perusahaan dengan efisiensi lebih baik
memilki market share yang terus meningkat dan memilki tingkat proftabilitas yang lebih baik.
30
Berarti semakin tinggi nilai BOPO maka profitabilitas semakin rendah, berarti BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA atau semkain semakin efisien suatu
bank berpengaruh positif terhadap profitabilitasnya. Teori ini didukung oleh penelitian Rafel Bautusta Mesa 2013, dan bertentangan dengan hasil penelitian Berger 1995
dan Turati 2003 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas
a. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Likuiditas quick ratio Cpiatal adequacy ratio CAR adalah adalah kebutuhan modal minimum bank
dihitung berdasarkan aktiva tertimbang menurut resiko ATMR. Besarnya CAR suatu bank telah ditentukan sebesar 8. Angka 8 merupakan standar dari BIS Bank for
International Settelment. Fungsi modal bank salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan modal minimum, tingkat kecukupan modal sangat penting bagi bank untuk
menyalurkan pembiayaannya. Bila tingkat kecukupan modal bank baik, maka masyarakat akan tertarik untuk mengambil pembiayaan, dan pihak bank juga
mempunyai dana cadangan bila sewaktu-waktu terjadi pembiayaan bermasalah. Bank
30
Osman Furkan Abbosoglu dan Ahmet Faruk Aysan, Concentration, Competition, Efficiency and Profitability of The Turkish Banking Sector in The Post-Cieses Period, Bank and Banking System
Journal, Turki, 2007, h. 107
39
syariah dengan CAR yang tinggi akan meningkatkan likuiditas karna bank memiliki kecukupan dana untuk dijadikan sebagai liquid asset, karna itu CAR berpengaruh
positif terhadap likuiditas.Teori diatas didukung oleh peneitian Pavla Vodova 2011, Muhamed Aymen Ben Moussa 2015, Wilbert Chagwiza 2014, dan Pavla Vodova
2013. b. Pengaruh Non Performing Financing NPF terhadap Likuiditas quick ratio
Non Performing Loan NPL atau Non Performing Financing NPF adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancer, diragukan,
dan macet.
31
NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit atau pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank sampai
lunas.
32
Kebanyakan bank sentral, kredit bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para
deposan, bank sentaral mewajibkan bank umum menyediakan cadangan penghapusan kredit bermasalah. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo kredit atau jumlah
pembiayaan bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah cadangan yang harus disediakan, serta semakin besar pula biaya yang mereka tanggung untuk
mengadakan dana cadangan itu. Hal ini tentu saja berpengaruh negatif terhadap likuiditas bank yang bersangkutan, karna dana yang seharusnya bisa dijadikan aset
31
Kamus Bank Indonesia
32
Luh Gede Meydianawathi, Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia, Universitas Udayana, Denpsar, 2007, h. 138
40
likuit untuk mencegah permasalahan likuuditas justru digunakan sebagai cadangan terhadap pembiayaan bermasalah.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah berasal dari sisi debitur atau penerima pembiayaan, bank, maupun ekstern debitur dan
bank.
33
Dari sisi debitur memiliki kelemahan pada faktor keuangan, faktor manajemen, dan faktor operasional, dari sisi bank disebabkan kelemahan sejak awal dalam proses
pemberian kredit atau pembiayaan, itikad kurang baik atau kekurang mampuan dari pegawai atau pejabat bank serta kelemahan dalam pembianaan dan pengawasan kredit.
Dari sisi ekstern debitur dan bank adalah kelemahan disebabkan oleh force mojure perubahan-perubahan lingkungan eksternal, dan peraturan-peraturan pemerintah.
Non Performing Financing NPF yang tidak dapat ditangani dengan tepat, akan menghilangkan kesempatan pendapatan income dari pembiayaan yang
diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan pembiayaan
34
. Banyaknya pembiayaan bermasalah membuat bank syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat
dicapai secara optimal maka dapat mengganggu likuiditas bank, oleh karena itu pembiayaan bermasalah berpengaruh negatif terhadap likuiditas.
c. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasioanl Terhadap Likuiditas quick ratio
33
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Gramedia Media Sarana Indonesia, Jakarta, 2005, h. 27
34
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, h.86
41
Teori Intermediasi keuangan modern menyatakan bahwa peran perbankan dalam perekonomian adalah untuk menyediakan pendanaan berupa giro.
35
Bank yang liquid lebih efisien dalam arti bahwa bank yang efisien dapat menghasilkan banyak
output, termasuk asset liquid dan aset lainnya. Bank dan sistem perbanakan dengan tingkat likuiditas lebih tinggi memilki resiko yang lebih rendah dan lebih efisien
dibandingkan dengan bank dengan tingkat likuiditas lebih rendah.
36
Efisiensi diukur dengan rasio BOPO menurut ketentuan Bank Indonesia. Semakin tinggi nilai BOPO suatu bank maka tingkat efisiensinya semakin buruk.
Semakin rendah nilai BOPO maka semakin tinggi efisiensi bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Menurut teori sebelumnya semakin tinggi efisiensi maka akan
berpengaruh positif terhadap likuiditas. Berarti semakin rendah BOPO akan berpengaruh negatif terhadap likuiditas quick ratio. Teori ini didukung oleh
penelitian Odunga RM 2013.
35
Diamond, Ramakrishnan and Thakor, Information Reliability and a Theory of Financial Intermediation, The review Economics Studies, India, 2006.
36
Gary Gorton dan Lixin Huang, Banking Panic and The Origin of Central Banking, NBER Working Paper, New Heaven, 2002.
42