11. Stiker, Zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap
angin dan hujan. Contohnya Teepol, Adjuvan T 12.
Surfaktan dan agen penyebar, zat untu meratakan pestisida pada permukaan daun. Contohnya Triton dan Surfinol
13. Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas. Contohnya
Phosphon. 14.
Stimulan tanaman, zat untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah. Contoh Atonik, Ethrel.
2.2.3 Waktu Aplikasi Herbisida
Herbisida pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua atau tiga kelompok sebagai berikut:
1. Herbisida pra-tumbuh pre-emergence herbicides, yakni herbisida yang
diaplikasikan sebelum gulmanya tumbuh 2.
Herbisida pasca-tumbuh post-emergence herbicides, yakni herbisida yang diaplikasikan sesudah gulma tumbuh
3. Herbisida pasca tumbuh awal early post emergence yang diaplikasikan
sebelum gulma tumbuh hingga awal pertumbuhan gulma gulma berdaun 3-4 helai
Dilihat dari tanaman pokoknya, saat aplikasi herbisida ada bermacam-macam pula, antara lain sebagai berikut:
1. Disebut aplikasi pra-tanam pre-planting apabila herbisida diaplikasikan
sebelum penanaman dilakukan. Herbisida yang digunakan dapat herbisida pra-tumbuh bila saat aplikasi itu gulma belum tumbuh, atau herbisisda
pasca-tumbuh bila pada saat aplikasi sudah ada gulma
Universitas Sumatera Utara
2. Aplikasi pasca-tanam post-planting apabila herbisida diaplikasikan di lahan
yang sudah ada tanamannya. Herbisida yang digunakan bisa herbisida pra- tumbuh bila gulma belum tumbuh atau herbisida pasca tumbuh bila sudah
ada gulmanya. 1.
Saat aplikasi herbisida pra-tumbuh Herbisida pra-tumbuh umumnya dgunakan untuk tanaman semusim yang ditanam
dari benih langsung misalnya jagung, kedelai, sorghum, kacang tanah, dsb. Herbisida tersebut umumnya diaplikasikan sesudah benih ditanam, tetapi jangan
ditunggu hingga benih tersebut tumbuh. Herbisida yang digunakan haruslah herbisida yang selektif bagi tanaman bersangkutan, misalnya atrazin dan ametrin
untuk jagung, tebu, sorghum; ametrin untuk kedelai, dsb. Herbisida ini sering juga diaplikasikan bersama-sama saat tanam. Hal ini banyak dilakukan bila penanaman
benih dilakukan secara mekanis dengan mesin tanam planter yang dilengkapi dengan alat penyemprot herbisida. Dengan demikian operasi penanaman dan
aplikasi herbisida dapat disatukan untuk menghemat. Untuk herbisida pra-tumbuh yang benar-benar selektif terhadap tanaman pokoknya, aplikasi juga dapat ditunda
hingga 1-2 hari sesudah benih tumbuh. Herbisida pra-tumbuh sebenarnya juga dapat diaplikasikan sebelum tanam, tetapi sesudah pengolahan tanah selesai. Hal
ini hanya dilakukan untuk herbisida, pra tumbuh tertentu dan jarang sekali yang memerlukan jangka waktu tertentu sebelum tanaman pokok “aman” safe untuk
ditanam. Umumnya, herbisida yang digunakan adalah herbisisda soil acting yang tidak selektif terhadap tanaman pokok.
Herbisida pra-tumbuh ada kalanya harus diaplikasikan sesudah tanaman pokoknya ditanam. Misalnya, padi sawah, herbisida pra-tanam atau herbisida
Universitas Sumatera Utara
yang early post emergence harus diaplikasikan pada benih padi yang dipindah- tanamnkan. Untuk keperluan ini, harus digunakan herbisida yang benar-benar
selektif untuk padi dan harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan rekomendasinya. Kesalahan menentukan saat aplikasi dapat mengakibatkan
keracunan pada tanaman pokok atau herbisida tidak bekerja efektif. Aplikasi semacam ini juga dapat dilakukan pada tanaman lain yang ditanam dari stek ubi
kayu, tebu atau bibit pisang, nanas, kelapa sawit, karet, dsb.. Pada pertanamanan ubi kayu atau tanaman lain yang ditanam dari stek berkayu,
seringkali herbisida yang tidak selektif juga dapat digunaka, asal stek belum tumbuh.
2. Saat aplikasi herbisida pascatumbuh
Lahan kadang-kadang perlu dibersihkan dari vegetasi yang ada sebelum diolah untuk mengurangi biaya tenaga kerja, misalnya pada pembukaan lahan baru yang
sebelumnya didominasi oleh alang-alang Imperata cylindrica. Untuk itu dapat diaplikasikan pra-tanam dengan menggunakan herbisida nonselektif baik yang
kontak maupun yang translocated. Urutan pekerjaannya adalah penyemprotan herbisida pengolahan tanah tanam.
Benih tanaman pokok dapat ditanam langsung pada lahan yang masih ditumbuhi gulma atau vegetas lain disebut sod planting, misalnya pada
penanaman tanpa oleh tanah TOT, zero tillage, no till cropping. Sesudah benih ditanam, kemudian diikuti dengan dengan penyemprotan herbisida. Bila yang
digunakan herbisida nonselektif, penyemprotan harus dilakukan sebelum benih tumbuh. Pada sistem relay cropping benih tanaman pokok kedua ditanaman
ketika tanaman pokok pertama masih ada di ladang, yakni menjelang panen.
Universitas Sumatera Utara
Sesudah tanaman pertama dipanen, lahan disemprot dengan herbisida yang selektif terhadap tanaman kedua.
Herbisida pasca-tumbuh juga dapat disemprotkan di lahan yang sudah ada tanamannya, misalnya pengendalian gulma di perkebunan. Tanaman perkebunan
yang sudah cukup umur dan sudah berkayu, umumnya cukup toleran terhadap berbagai jenis herbisida pra-tumbuh, bahkan yang nonselektif sekalipun. Akan
tetapi, penggunaan herbisisda pada tanaman semusim harus yang selektif. Bila terpaksa menggunakan herbisida yang nonselektif, mungkin perlu menggunakan
teknik dan alat khusus, misalnya penyemprotan terarah directed spray, kalau perlu dengan menggunakan pelindung semprotan spray shield. Herbisida pasca-
tumbuh umumnya digunakan pada lahan terbuka non-pertanian, seperti pinggir jalan raya, jalur rel kereta api. Sekitar gedung, empalasemen, dsb. Karena tidak
harus mempertimbangkan tanaman pokoknya, maka penyemprotan dapat dilakukan kapan saja, asalkan cuaca mengijinkan.
2.2.4 Waktu Aplikasi Insektisida