Sekilas Kehidupan Willy Deskripsi Data partisipan III

3. Partisipan III

3.1. Deskripsi Data partisipan III

3.1.1. Sekilas Kehidupan Willy

Willy adalah sulung dari 3 bersaudara. Ia memliki dua orang adik, yang satu perempuan dan yang satunya lagi laki-laki. Usia Willy saat ini adalah 23 tahun. Sejak kecil, Willy cenderung lebih dekat dengan sang ibu. Ia juga mengaku lebih sayang kepada ibunya. Alasannya karena sang ayah galak dan suka memarahinya. Sang ayah sering memarahi Willy, jika ia mengganggu kegiatan hobinya seperti mengingatkan akan waktu shalat dan menyampaikan pesan dari sang ibu. Selain itu, ayahnya juga marah jika Willy menangis. Tidak hanya Willy yang sering dimarahi, bahkan Ibunya juga sering dimarahi oleh sang ayah. Respon Willy ketika dimarahi adalah diam dan terkadang ia menangis. Kemarahan ayah Willy biasanya hanya sebatas verbal, namun pernah suatu waktu sang ayah melemparnya dengan sandal. Namun ayahnya tidak selalu seperti itu. Ada kalanya sang ayah menjadi sosok yang sangat baik. Sang ayah biasanya juga mau meminta maaf kepada Willy setelah ia marah. Meskipun kadang awalnya Willy sulit memaafkan, namun akhirnya ia mau memaafkan sang ayah. Ia bisa memaafkn biasanya setelah sang ayah membujuknya menggunakan makanan. Ayahnya juga mau memberikan keinginan Willy. Contohnya ketika itu Willy sedang menginginkan sebuah walkman , dan ketika sedang di suatu tempat perbelanjaan, ayahnya membelikan walkman tersebut untuknya. Ibu Willy berbeda dengan sang suami. Ibunya adalah sosok yang bisa menenangkan. Saat kecil, jika menginginkan sesuatu seperti makanan, mainan, Universitas Sumatera Utara ataupun uang, ia biasanya meminta hal tersebut kepada sang ibu. Namun karena sang ibu tidak ingin memanjakan Willy, maka permintaan-permintaan Willy tidak selalu dituruti oleh sang ibu. Permintaan yang sering tidak diberikan adalah mainan. Namun selain karena tidak ingin memanjakan, biasanya juga karena mereka pada saat itu sedang mengalami kesulitan dalm hal keuangan. jika menolak permintaa Willy, sang ibu melakukannya dengan cara halus sehingga tidak membuat Willy sedih. Willy sering bertengkar dengan adiknya ketika masih kecil. Biasanya mereka bertengkar karena berebut mainan dan makanan. Dahulu, Willy juga sering mengambil uang kakeknya untuk ditabung dan nantinya untuk membali mainan. Hal ini ia lakukan karena orang tuanya jarang membelikannya mainan. Jadi ia berinisiatif untuk membelinya sendiri. Di masa kecil, Willy akrab dengan perilaku bullying, namun ia bukan sebagai pelaku melainkan korban. Hal tersebut terjadi di sekolah. Namun meskipun begitu ia tetap bersabar. Wily termasuk anak yang pintar di masa sekolah. Ia sering masuk dalam jajaran juara 3 besar di kelasnya. Ketika SD, temannya lebih banyak perempuan. Willy memang lebih suka bermain dengan mereka dibandingkan dengan teman laki-lakinya karena ia tidak menyukai olahraga. Ketika bersama dengan teman- temannya yang perempuan, Willy bukan mengikuti permainan mereka, melainkan hanya mengikuti kemana mereka pergi. Ia tidak mau mengikuti permainan anak- anak perempuan karena takut diejek. Kebiasaannya tersebut memang menjadi penyebab bullying yang terjadi pada Willy. Bullying yang dialami Willy hanya sebatas verbal, teman-temannya yang laki-laki sering menghinanya sebagai banci. Universitas Sumatera Utara Ketika dibully, Willy hanya diam, namun ia sedih dan menangis di dalam hatinya. Terkait masalah bullying ini, Willy tidak mau melaporkannya kepada orang tua. Ia takut orang tuanya sedih jika mengetahui hal tersebut. Karena masalah bullying ini, pada akhirnya Willy menjadi lebih memilih untuk berdiam di kelas ketika istirahat. Willy masih tetap sering mendapatkan juara 3 besar ketika SMP. Di masa SMP ini Willy sudah tidak pernah mengalami bullying dari teman-temannya karena saat ini ia lebih memilih untuk memperhatikan teman-temannya bermain. Ia tidak ikut bermain karena kondisi tersebut membuatnya serba salah. Ia tidak mau bermain dengan teman-temannya yang laki-laki karena ia tidak suka olahraga dan ia juga tidak mau bergabung dengan teman-temannya yang perempuan karena ia takut dibully seperti dahulu. Prestasi Willy mulai menurun ketika di SMA. Ketika kelas 2, ia sudah tidak menjadi juara 3 besar di kelasnya karena ia berada di kelas unggulan. Willy merasa sedih dan hanya pasrah ketika prestasinya menurun. Untungnya orang tua tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Dalam hal pertemanan, jumlah temannya sudah seimbang antara laki-laki dan perempuan. Ketika SMA ini, Willy juga sudah berani untuk jatuh cinta pada seorang laki-laki. Pada saat itulah Willy mulai benar-benar menyadari bahwa dirinya adalah seorang gay. Universitas Sumatera Utara

3.1.2. Gambaran Kehidupan Willy Sebagai Gay