3.1.2.   Gambaran Kehidupan Willy Sebagai Gay
Willy  sudah  merasakan  keanehan  pada  dirinya  sejak  sekolah  dasar. Keanehan  yang  dimaksud  adalah  ia  sangat  suka  melihat  laki-laki  tampan  di
televisi. Ia juga suka ketika melihat seorang laki-laki yag memakai sarung tangan. Ketertarikannya  kepada  laki-laki  memang  sudah  ia  rasakan  sejak  SD.
Ketika  SMP  ia  berusaha  menyangkal  hal  tersebut.  Ia  berharap  semoga  seirng berjalannya  waktu  ketertarikannya  kepada  laki-laki  bisa  hilang,  namun  ternyata
tidak.  Hingga  akhirnya,  ia  benar-benar  menyadari  dirinya  sebagai  gay  ketika  di kelas 2 SMA, yaitu ketika ia mulai jatuh cinta kepada seorang laki-laki.
Willy  tidak  tahu  apa  penyebab  ia  bisa  menjadi  gay.  Ia  tidak  pernah mengalami  pelecehan  seksual,  dan  sebelumnya  ia  juga  tidak  pernah  bergaul
dengan gay. Oleh karena itu, menurutnya kondisinya sebagai gay merupakan hasil dari kelainan genetik ditambah lagi karena iapun merasakan ketertarikan itu sudah
sejak SD. Willy merasa sedih ketika menyadari sebagai gay. Ia sedih karena ia tahu,
ia  tidak  bisa  merasakan  cinta  secara  wajar.  Pada  saat  yang  bersamaan,  yang  ia pikirkan adalah bahwa kelak akan berat menjalani hidup sebagai gay dan ia juga
berdoa  agar  diberikan  kekuatan.  Akhirnya,  yang  ia  lakukan  ketika  itu  adalah menjalani saja kehidupannya dan berusaha agar jangan sampai melakukan hal-hal
yang aneh. Willy sudah berpacaran dengan laki-laki sebanyak 4 kali. Ia pertama kali
berpacaran  ketika  berusia  18  tahun.  Pacarannya  yang  pertama  kali  beralngsung
Universitas Sumatera Utara
secara jarak jauh. Ia mengenal pacarnya tersebut melalui jejaring sosial  facebook. Durasi  pacarannya  yang  pertama  ini  adalah  satu  setengah  bulan.  Mereka
mengakhiri hubungan karena sang pacar yang sudah tidak tahan berpacaran jarak jauh.
Hubungan  percintaan  Willy  berlanjut  kembali.  Ia  kemudian  berpacaran lagi  dengan  seorang  laki-laki  yang  lebih  tua  darinya.  Durasi  pacarannya  hanya
selama  dua  bulan.  Willy  meminta  putus  karena  pacarnya  sudah  mulai  meminta melakukan  hal  negatif,  yaitu  berhubungan  seks.  Willy  memang  sudah
berkomitmen  bahwa  meskipun  berpacaran,  ia  tidak  mau  sampai  melakukan hubungan seks.
Putus  dengan  pacar  kedua,  Willy  kembali  melanjutkan  hubungannya dengan seorang laki-laki yang seusia dengannya. Pacarannya kali ini sama dengan
yang  pertama  yaitu  jarak  jauh  karena  pacarnya  berkuliah  di  luar  kota.  Namun sesekali  mereka  pernah  bertemu.  Durasi  pacarannya  kali  ini  adalah  selama  dua
bulan. Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan pacarnya karena mulai menyadari bahwa yang selama ini ia lakukan adalah salah.
Pemikirannya  bahwa  berpacaran  dengan  seorang  laki-laki  adalah  sebuah kesalahan  ternyata  tidak  bertahan  lama.  Buktinya  ia  kembali  berpacaran  lagi.  Ia
kembali  berpacaran  karena  mengaku  kesepian.  Namun  hubungannya  kembali hanya berumur sekitar dua bulan. Alasan ia mengakhiri hubungannya adalah sama
seperti  sebelumnya,  yaitu  menyadari  bahwa  yang  ia  lakukan  itu  adalah  salah. Namun, kali ini ia benar-benar sudah menyadari bahwa berpacaran dengan eorang
laki-laki adalah hal yang melanggar aturan agama dan ia takut berdosa.
Universitas Sumatera Utara
Willy  merasa  paling  sayang  dengan  pacarnya  yang  pertama.  Selama  ini, jika  sedang  dengan  pacar,  biasanya  ia  hanya  berjalan-jalan  dan  tidak  mau
melakukan hal-hal aneh seperti berhubungan seks.  Ketika sedang bersama pacar, ia tidak merasakan kesedihan di batinnya. Namun, ketika sudah di rumah, barulah
muncul  perasaan  sedih  dan  bersalah  di  batinnya.  Iapun  meminta  maaf  kepada Tuhan  atas  perbuatannya  berpacaran.  Jika  sedang  bersama  pacar,  ia  juga  tidak
pernah  membahas  masalah  gay.  Selain  itu  juga  jarang  membahas  hal-hal  berbau agama.,  dan  tidak  pernah  pula  melakukan  hal-hal  berbau  agama.  Padahal,
sebenarnya ia sering mengingatkan pacarnya untuk shalat, namun pacarnya hanya kadang menurutinya.
Orientasinya  sebagai  gay  tidak  benyak  diketahui  oleh  orang  lain.  Yang mengetahui  bahwa  Willy  adalah  seorang  gay  hanyalah  teman  laki-lakinya  di
SMA.  Ia mau memberitahu kepada temannya itu karena teman tersebut memang sudah  sering  menjadi  tempat  curhat.  Orang  tua  Willy  juga  tidak  mengetahui
orientasinya  dan  juga  tidak  mengetahui  bahwa  selama  ini  Willy  sudah  4  kali berpacaran.
Saat  ini,  Willy  mengaku  tidak  stres  dengan  orientasinya  sebagai  gay.  Ia menganggap  bahwa  orientasinya  tersebut  merupakan cobaan  dari  Tuhan.  Ia  juga
menganggap  bahwa  ada  hikmah  di  balik  cobaan  ini,  yaitu  ia  menjadi  terhindar dari  dosa-dosa  pacaran  ala  anak  remaja  saat  ini.  Saat  ini  Willy  sudah  tidak  mau
berpacaran lagi karena ia sudah benar-benar menyadari bahwa berpacaran dengan sesama  jenis  adalah  perbuatan  dosa.  Meyakini  keberadaan  Allah  membuatnya
mendapatkan  ketenangan  dalam  menjalani  hidup.  Ia  juga  tidak  ada  keinginan
Universitas Sumatera Utara
untuk  menjauh  dari  agama  meskipun  tahu  bahwa  orientasinay  sebagai  gay dipermasalahkan di dalam agama.
Perasaannya saat ini adalah sedih karena tidak bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Dan yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana menjaga diri agar
tidak terjerumus ke dalam dunia gay.
3.1.3.  Religiusitas Willy Sebelum Menyadari Sebagai Gay 3.1.3.1 Dimensi Keyakinan