Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iskandar Dzulkarnain 2011 , salah satu penyebab seseorang menjadi gay adalah karena situasi tempat tinggal
yang mengharuskan mereka hidup terpisah dari pergaulan dengan wanita selama bertahun-tahun.
2.3 Pandangan Islam terhadap Gay Ditinjau dari Perilakunya
Berdasarkan observasi, pada kenyataannya, ternyata ada beberapa kondisi gay ditinjau dari bagaimana mereka menjalani kehidupan sebagai gay. Salah
satunya adalah kondisi gay yang aktif dalam menjalankan kehidupannya sebagai gay, yaitu dengan menjalin hubungan dengan sesama jenis, mengajak dan
memperbolehkan melakukan hubungan seksual sesama jenis. Di sisi lain, ternyata ada gay dengan kondisi yang berbeda, yaitu gay yang menganggap bahwa
keadaannya sebagai gay merupakan cobaan yang harus dijalani, sehingga dalam kehidupannya ia tidak mau menjalin hubungan sesama jenis dan juga tidak mau
melakukan hubungan seksual sesama jenis, serta berusaha agar tidak ada yang mengetahui orientasinya sebagai gay.
Kondisi yang pertama, yaitu gay yang mau menjalin hubungan dengan sesama jenis, dan melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis. Pandangan
Islam terhadap kondisi ini adalah yang secara mutlak menganggap gay seperti itu berdosa. Hal tersebut berdasarkan ayat-ayat Al-
Qu’ran sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“ Dan ingatlah kisah Luth, ketika dia Berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu
memperlihatkannya, Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk memenuhi nafsu mu, bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu
adalah kaum yang tidak mengetahui akibat perbuatanmu. Maka tidak
lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; Karena Sesungguhnya mereka itu orang-
orang yang menda’wakan dirinya bersih”. Maka kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan dia
termasuk orang-orang yang tertinggal dibinasakan. Dan kami turunkan hujan atas mereka hujan batu, Maka amat buruklah hujan yang
ditimpakan atas orang-or
ang yang diberi peringatan itu” Q.S Naml: 54-58
“ Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji homoseks itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun
sebelum kamu “ Q.S Al-
A’raf : 8
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah dibalikkan, dan Kami hujani mereka dengan batu
dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidak jauh dari orang-
orang zalim” Q.S Hud : 82-83
Berdasarkan pandangan dari ayat Al- Qur’an tersebut,maka ditetapkanlah
hukuman bagi para pelaku perilaku seksual gay, yaitu Sabiq 1981 menjelaskan bahwa para para ulama fiqh berbeda pendapat tentang hukuman bagi pelaku
hubungan seksual sesama jenis. Ada tiga pendapat, yaitu dibunuh secara mutlak, dihad sebagaimana had zina. Bila pelakunya belum menikah, ia harus didera, bila
pelakunya muhsan ia harus dihukum rajam, dan yang terakhir dikenakan hukuman ta
’zir. Pendapat pertama dikemukakan oleh sahabat Rasul, Nashir, Qasim bin Ibrahim, dan Imam Syafi‟ i dalam suatu pendapat mereka menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
para pelaku hubungan seksual sesama jenis dikenakan hukum bunuh, baik ia seorang bikr perjaka atau muhsan sudah menikah. Yang menjadi dasar
hukumnya adalah hadis Rasulullah: “ Dari Ikrimah, bahwa Ibn Abbas berkata, “Rasulullah saw. bersabda,
„Barangsiapa orang yang berbuat sebagaimana perbuatan kaum Nabi Luth homoseks, maka bunuhlah pelakunya dan yang diperlakukan
” Hadis ini dimuat pula dalam kitab al-Nail yang dikeluarkan oleh Hakim
dan Baihaqi. Al-Hafizh mengatakan bahwa para rawi hadis ini dapat dipercaya, akan tetapi hadisnya masih diperselisihkan kebenarannya. Malikiyah, Hanabilah
dan Syafi‟ iyah, berpendapat bahwa had bagi pelaku hubungan seksual sesama jenis adalah rajam dengan batu sampai mati, baik pelakunya seorang bikr jejaka
maupun muhsan orang yang telah menikah. Yang menjadi dasar pendapatnya adalah sabda Rasulullah SAW :
“Bunuhlah pelakunya dan pasangannya”. Hadis ini juga dikeluarkan oleh Baihaqi dari Sa‟ id Ibn Jabir, dan Mujahid
dari Ibnu Abbasr.a. bahwa ia ditanya tentang bikr yang melakukan hubungan seksual sesama jenis, maka ia menjawab bahwa hukumannya adalah rajam,
berdasarkan hadis Rasulullah : “ Bahwa had homoseks adalah rajam, baik pelakunya jejaka maupun
orang yang telah menikah”. Berdasarkan keterangan di atas, had yang dikenakan kepada pelaku
hubungan seksual sesama jenis adalah hukum bunuh. Akan tetapi para sahabat Rasul berbeda pendapat dalam menetapkan cara membunuhnya.
Universitas Sumatera Utara
Pandangan Islam terhadap kondisi yang kedua, yaitu gay yang bersabar dengan orientasinya, tidak mau menjalin hubungan dengan sesama jenis, apalagi
melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis, adalah gay tersebut belum tentu berdosa. Menurut seorang ustad yang diwawancarai oleh peneliti, Jika
seorang gay mampu menahan diri untuk tidak melanjutkan orientasinya ke dalam bentuk hubungan yang lebih jauh dengan sesama jenisnya dan jika ia mau
dibimbing untuk tetap berada di jalan yang lurus, maka dia belum tentu berdosa bahkan hal tersebut bisa menjadi bentuk jihadnya di dunia ini, sehingga bisa saja
di akhirat kelak kadar keimanannya menjadi lebih tinggi di sisi Allah SWT dibandingkan dengan pria heteroseksual namun jauh dari ketaatan.
“Jadi intinya, selama dia sanggup menahan dirinya untuk tidak melakukan perilaku seksual dengan sesama laki-laki , maka dia tidak
berdosa, bahkan itu bisa jadi jihad dia di dunia ini “ Komunikasi personal, 18 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
2.3. Paradigma Teoritis