Religiusitas Rangkuman Religiusitas Willy 1. Religiusitas Willy Sebelum Menyadari Sebagai Gay

memeluk dan menciumi Hadi. Hadi mengatakan bahwa pada saat itu ia hanya diam dan menikmati hal tersebut. Faktor yang menyebabkan partisipan ketiga Willy menjadi gay adalah genetik. Willy tidak pernah mengalami pengalaman gay di masa lalu seperti pelecehan seksual dan semacamnya. Ia juga tidak pernah bergaul dengan lingkungan yang berkaitan dengan dunia gay. Willy sudah menyadari keanehan pada dirinya sejak SD. Keanehan yang dimaksud adalah ia sudah merasakan ketertarikan kepada laki-laki. Pada saat itu ia sudah senang jika melihat artis tampan di televisi Faktor-faktor tersebut sejalan dengan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gay yang diungkapkan oleh Kartono 1989, yaitu faktor herediter, lingkungan, pengalaman gay di masa lalu, dan pengalaman traumatis. Faktor yang menyebabkan partisipan pertama Rudi dan kedua Hadi menjadi gay adalah faktor pengalaman gay di masa lalu yaitu seseorang bisa saja mencari kepuasan melalui hubungan gay karena ia telah pernah menghayati pengalaman gay yang menggairahkan di masa lalu. Sedangkan faktor yang menyebabkan partisipan ketiga Willy menjadi gay adalah faktor herediter, yaitu adanya ketidakseimbangan hormon-hormon seks selama masa kehamilan Ibu.

2. Religiusitas

Dimensi pertama dari religiusitas adalah keyakinan. Dimensi keyakinan yang dimiliki oleh partisipan pertama Rudi adalah sebagai berikut, pada saat sebelum menyadari sebagai gay ia sangat meyakini keberadaan Allah SWY dan Universitas Sumatera Utara meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang paling benar. Pada saat di awal menyadari sebagai gay ia juga tetap meyakini keberadaan Allah SWT dan meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang paling benar. Dan pada saat ini ia semakin yakin dengan keberadaan Allah SWT, meyakini kebenaran AL- Qur’an, nabi dan rasul, malaikat, hari kiamat dan takdir. Secara umum keadaannya sebagai gay tidak menurunkan keyakinannya. Dimensi keyakinan yang dimiliki oleh pertisipan kedua Hadi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, ia meyakini keberadaan Allah SWT, meyakini kebenaran agama islam, Al- Qur’an, malaikat, nabi dan rasul, kiamat, dan takdir. Pada saat di awal menyadari sebagai gay, keyakinannya kepada Allah SWT meningkat, meyakini kebenaran AL- Qur’an, nabi, dan rasul, namun sesekali ia merasa kesal kepada Allah SWT berkaitan dengan orientasinya. Dan pada saat ini, keyakinannya kepada Allah SWT meningkat, menyakini kebenaran agama Islam, Al- Qur’an, nabi dan rasul, malaikat, hari kiamat, dan takdir. Secara umum keadaannya sebagai gay juga tidak menurunkan keyakinannya. Dimensi keyakinan yang dimiliki oleh pertisipan ketiga Willy adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, meyakini keberadaan Allah SWT, meyakini kebenaran agama Islam, Al- Qur’an, malaikat, nabi dan rasul, hari kiamat, dan takdir. Kemudian di awal menyadari sebagai gay, ia meyakini Allah SWT, kebenaran agama Islam, Al- Qur’an, nabi dan rasul. Dan saat ini, keyakiannya kepada Allah SWT meningkat, selain itu ia juga meyakini kebenaran agama islam, Al- Qur’an, nabi dan rasul, malaikat, hari kiamat, dan takdir. Secara umum keadaannya sebagai gay juga tidak menurunkan keyakinannya. Hal-hal tentang keyakinan yang ada pada diri Universitas Sumatera Utara ketiga partisipan sejalan dengan dimensi keyakinan yang diungkapkan oleh Ancok Suroso 1994 yaitu menunjukkan seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Dan dalam agama Islam dimensi ini berkaitan dengan keyakinan tentang Allah SWT, malaikat, nabirasul, kitab-kitab Allah, serta qadha dan qadar. Dimensi kedua adalah peribadatan. Dimensi peribadatan yang ada pada diri partisipan pertama Rudi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, shalat lima waktunya dilakukan secara penuh, mengaji di madrasah, mengkuti pengajian, puasa Ramadhan meskipun belum satu bulan, dan jarang melakukan ibadah sunah. Kemudian, pada saat di awal menyadari sebagai gay, secara umum ibadahnya tidak jauh berbeda dengan yang ia lakukan ketika sebelum menyadari sebagai gay. Dan pada saat ini, shalat lima waktunya belum penuh, namun sudah menjalankan shalat sunah, puasa Ramadhannya dilakukan penuh satu bulan, membaca Al- Qur’an 3 sampai 4 kali dalam satu minggu, berdoa sebelum beraktifitas, berzikir, bersedekah, jarang mengikuti pengajian, belum menjalankan puasa sunah, dan jarang mengikuti kegiatan keagamaan. Secara umum penurunan dalam hal ibadah bukan disebabkan karena keadaannya sebagai gay, melainkan karena faktor lain seperti malas atau kesibukan. Dimensi peribadatan yang dimiliki oleh partisipan kedua Hadi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, ia hanya menjalankan shalat magrib dan isya, membaca Al- Qur’an, sering berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan seperti lomba azan, terkadang bersedekah, namun dalam hal puasa ramadhan ia belum maksimal, ia juga jarang melakukan Universitas Sumatera Utara beberapa ibadah seperti zikir, pengajian, dan ibadah sunah. Kemudian, di awal menyadari sebagai gay, shalat wajibnya meningkat, sudah mulai menjalankan shalat dan puasa sunah, puasa ramadhannya sudah penuh satu bulan, sering membaca Al- Qur’an, sering berdoa, mulai sering berzikir, dan mengikuti pengajian. Dan peribadatannya saat ini adalah membaca Al- Qur’an, berdoa, terkadang bersedekah, shalat wajibnya menurun, demikian juga puasa Ramadhannya dan ibadah sunahnya. Ia juga sudah jarang mengikuti pengajian. Secara umum penurunan dalam hal ibadah bukan disebabkan karena keadaannya sebagai gay, melainkan karena faktor lain seperti malas atau kesibukan. Dimensi peribadatan yang dimiliki oleh partisipan ketiga Willy adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, shalat wajibnya sudah penuh sejak kelas 2 SMP, puasa ramadhan juga penuh satu bulan, sering berdoa, berinfaq, mengikuti kegiatankeagamaan, mengaji di madrasah, membaca AL- Qur’an. Yang belum ia jalankan adalah ibadah shalat sunah, puasa sunah, pengajian, dan shalat Jum’at. Kemudian, di awal menyadari sebagai gay, shalat wajibnya dilakukan secara penuh lima kali dalam satu hari, rutin shalat Jum ’at, puasa Ramadhannya penuh satu bulan, menjalankan shalat sunah, puasa sunah, berdoa, sering bersedekah, mengikuti pengajian dan kegiatan keagamaan, dalam hal membaca Al- Qur’an ia masih terkadang rajin dan terkadang juga tidak. Selain itu, ketika di awal menyadari sebagai gay ini, shalat wajibnya belum dilakukan di mesjid. Dan, pada saat ini peribadatannya adalah shalat wajibnya penuh, menjalankan shalat sunah, shalat Jum’at, puasa Ramadhannya penbuh satu bulan, berdoa, sering berzikir, sudah mulai bernazar, sering bersedekah, dan terkadang rajin dalam membaca Al- Universitas Sumatera Utara Qur’an. Yang belum ia lakukan adalah shalat ke mesjid, pengajian, dan kegiatan keagamaan, selain itu intensitas shalat dan puasa sunahnya menurun. Secara umum penurunan dalam hal ibadah bukan disebabkan karena keadaannya sebagai gay, melainkan karena faktor lain seperti malas atau kesibukan. Bermacam- macam peribadatan yang dilakukan oleh para partisipan sejalan dengan dimensi peribadatan yang diungkapkan oleh Ancok Suroso 1994 yaitu seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana yang diperintahkan oleh agama. Dalam Islam, yang termasuk ke dalam hal ini adalah melaksanakan shalat, puasa, zakat, membaca Al-Quran, berzikir, dan lain-lain. Dimensi pengamalan adalah dimensi yang ketiga dari religiusitas. Pengamalan yang ada pada diri partisipan pertama Rudi pada saat sebelum menyadari sebagai gay adalah ia suka menolong teman, namun ia kurang mematuhi beberapa perintah orang tua, sering bertengkar dengan teman, dan sulit memberikan maaf. Kemudian, pada saat di awal menyadari sebagai gay maupun saat ini, keadaan sebagai gay tidak menghalangi Rudi untuk mengamlkan perbuatan baik. Pada saat di awal menyadari sebagai gay adalah ia semakin suka menolong orang lain. Dan, pada saat ini masih suka menolong orang lain, sudah tidak pernah bertengkar, jujur, membenci bentuk ketidakadilan dan kekerasan, mudah dalam memberi dan meminta maaf, menjaga kebersihan, berbohong untuk menutupi orientasinya, belum bisa mengemban amanah orang tuanya , dan belum bisa meninggalkan dunia gay. Sementara itu pengamalan yang dilakukan oleh partisipan kedua Hadi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, suka Universitas Sumatera Utara menolong orang lain, mudah dalam meminta dan memberi maaf, memegang amanah, jujur, dan membenci kekerasan. Namun, ia belum membantu menjaga lingkungan hidup, dan aturan agama yang ia rasa paling sulit dijalankan adalah perintah shalat lima waktu. Pada saat di awal menyadari sebagai gay maupun saat ini, keadaan sebagai gay tidak menghalangi Hadi untuk mengamalkan perbuatan baik, karena pada dasarnya Hadi memang merupakan orang yang baik. Pengamalannya di awal menyadari sebagai gay adalah semakin sering menolong, mencoba berdakwah, jujur, dan amalan yang ia rasa paling sulit dijalankan adalah menghafal Al- Qur’an. Dan, saat ini, pengamalannya adalah masih suka menolong orang lain, mudah dalam memberi dan meminta maaf, mulai menjaga lingkungan hidup, dan memegang amanah. Namun, terkadang ia masih kurang jujur, dan peraturan agama yang ia rasa paling sulit dijalankan adalah meninggalkan dunia gay. Sedangkan, pengamalan yang dilakukan oleh partisipan ketiga Willy adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, ia suka menolong orang lain, bersabar, mudah meminta maaf, lumayan memegang amanah, mulai menjaga lingkungan hidup, dan motivasinya dalam berbuat baik adalah sadar bahwa itu adalah kewajiban. Namun ketika itu ia masih kurang jujur dalam perbuatan, sulit memaafkan, dan peraturan agama yang paling sulait dilakukan adalah shalat ke mesjid. Pada saat di awal menyadari sebagai gay maupun saat ini, keadaan sebagai gay tidak menghalangi Willy untuk mengamalkan perbuatan baik. Pada saat di awal menyadari sebagai gay adalah ia membantu orang lain, tidak pernah lagi mengambil uang kakeknya, sering mengingatkan pacarnya untuk shalat, dan motivasinya dalam berbuat baik adalah sadar bahwa itu adalah kewajiban. Namun Universitas Sumatera Utara ketika itu, ia masih mau berpacaran, terkadang masih suka berbohong, dan peraturan agama yang paling sulit dipatuhi adalah meninggalkan dunia gay. Dan pada saat sekarang ini, pengamalannya adalah membantu orang lain, sudah jujur dalam perbuatan, mau menegur pelaku kekerasan yang lebih muda, mudah memberi dan meminta maaf, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanah, dan bersabar. Pengamalan-pengamalan yang dilakukan oleh para partisipan sejalan dengan dimensi pengamalan yang diungkapkan oleh Ancok Suroso 1994 yaitu seberapa tingkatan seorang muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agama, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya terutama dengan manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, berkerjasama, berderma, menyejahterakan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak menipu, tidak mencuri, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya. Dimensi keempat adalah dimensi pengalaman. Dimensi pengalaman yang ada pada diri partisipan pertama Rudi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay, ia mengalami keajaiban dari Allah SWT berupa sembuh dari kecelakaan, merasakan perasaan tergetar ketika mendengar ayat A- Qur’an yang dilantunkan secara indah, namun selain itu ia belum merasakan perasaan yang spesial setelah selesai beribadah. Ketika doanya terkabul, ia belum menganggap bahwa itu adalah pertolongan Allah SWT, ia juga belum melakukan kepasrahan, ia juga belum terlalu khusyuk dalam beribadah. Keadaan sebagai gay tidak Universitas Sumatera Utara menghalangi Rudi untuk merasakan pengalaman-pengalaman kedekatan dengan Tuhan. Di awal menyadari sebagai gay, ia yakin bahwa keadaannya sebagai gay adalah cobaan dari Allah SWT, dan ia merasakan keraguan apakah ibadah seorang gay diterima atau tidak. Dan, pada saat ini, yang ada pada dirinya adalah ia merasakan keajaiban berupa perubahan kepribadiannya, tidak menyalahkan siapapun terhadap orientasinya, merasa malu dan takut kepada Allah SWT, meyakini ada hikmah dibalik orientasinya sebagai gay, sudah merasakan spesial feeling setelah beribadah, lebih khusyuk dalam ibadah, lebih sering merasa tergetar, bersyukur setiap hari, menganggap bahwa hal buruk yang terjadi adalah peringatan dari Allah SWT, dan adanya larangan gay di dalam agama tidak membuatnya menjauh dari Tuhan dan agama. Namun, saat ini, yang juga terjadi pada dirinya adalah masih ada keraguan apakah ibadahnya diterima atau tidak, belum tahu apa hikmah dibalik cobaannya, dan jika ada doa yang terkabul, ia merasa bahwa doa yan terkabul itu adalah doa dari orang tuanya. Sementara itu, pengalaman-pengalaman yang di alami oleh partisipan kedua Hadi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay ia merasa takjub ketika melihat bukti kekuasaan Allah SWT, selalu bersyukur, dan merasa nyaman dengan menuhankan Allah SWT. Namun, ketika itu ia belum merasakan beberapa hal seperti kedekatan yang spesial dengan Allah SWT, perasaan spesial setelah beribadah, dan perasaan tergetar. Keadaan sebagai gay juga tidak menghalangi Hadi untuk merasakan pengalaman-pengalaman kedekatan dengan Tuhan. Di awal menyadari sebagai gay ia sudah mulai merasakan ketenangan setelah beribadah, mulai merasa khusyuk dalam ibadah, merasa senang setelah menolong orang lain, merasakan Universitas Sumatera Utara ketenteraman dengan menuhankan Allah SWT, meras tergetar ketika melihat bukti kekuasaan Allah SWT, merasa doanya dikabulkan namun juga ada yang belum dikabulkan, selalu bersyukur, dan mencurahkan isi hati kepada Allah. Dan pada saat ini, pengalamannya adalah merasa kagum dengan bukti kekuasaan Allah SWT, mulai ada kepasrahan, yakin bahwa orientasinya adalah cobaan, dan merasakan adanya pengabulan doa. Namun, ketika itu ia sudah jarang merasakan ketenangan setelah beribadah, kurang khusyuk dalam ibadah, dan sudah jarang mencurahkan isi hatinya kepada Allah SWT. Sedangkan pengalaman yang di alami oleh partisipan ketiga Willy adalah sebelum menyadari sebagai gay, ia merasa dekat dengan Allah SWT, merasa tenteram dalam menuhankan Allah SWT, merasa tenang setelah berdoa, merasa bahagia setelah menolong orang lain, kagum dengan bukti kekuasaan Allah SWT, meraskan perasaan tergetar, merasakan pertolongan Allah, dan selalu bersyukur. Keadaan sebagai gay juga tidak menghalangi Willy untuk merasakan pengalaman-pengalaman kedekatan dengan Tuhan. Di awal menyadari sebagai gay pengalamannya adalah merasakan ketenteraman dalam menuhankan Allah SWT, merasakan ketenangan setelah beribadah, mencurahkan isi hati kepada Allah SWT, kagum dengan bukti kekuasaan Allah SWT, pengabulan doa, dan bersyukur. Namun, pada saat itu ia merasa kurang khusyuk dalam ibadah, dan suka mengeluh. Dan, pada saat sekarang ini pengalamannya adalah merasa tenteram menuhankan Allah SWT, merasa tenang setelah beribadah, merasa dekat dengan Allah SWT, merasa pasrah, adanya pengabulan doa, namun pada saat ini ia masih belum bisa khusyuk dalam beribadah dan masih suka mengeluh. Pengalaman-pengalaman yang di Universitas Sumatera Utara alami oleh para partisipan sejalan dengan dimensi pengalaman yang diungkapkan oleh Ancok Suroso 1994 yaitu seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam Islam, dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah SWT, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tenteram bahagia karena menuhankan Allah SWT, perasaan bertawakkal pasrah diri kepada Allah SWT, perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar azan atau ayat-ayat Al- Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah SWT, perasaan mendapat peringatan, dan pertolongan dari Allah SWT. Dimensi yang kelima dari religiusitas adalah pengetahuan. Pengetahuan agama yang dimiliki oleh partisipan pertama Rudi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay adalah ia mengetahui tentang shalat wajib, puasa, sedekah, rukun iman dan Islam, sedikit tentang nabi dan rasul, ilmu tajwid, hafalan surat pendek juzz 30. Namun ia belum terlalu banyak mengetahui tentang tokoh penyebar agama Islam, sejarah perkembangan Islam, silsilah nabi, esensi puasa, dan esensi dari sedekah. Kemudian, pada saat di awal menyadari sebagai gay, secara umum masih sama dengan saat sebelumnya. Dan pada saat ini, pengetahuannya adalah tentang takdir, pahala dan dosa, rukun iman dan Islam, malaikat, rasul, kitab-kitab Allah SWT, asal mula perintah shalat, rukun shalat dan wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu dan shalat, macam-macam puasa dan shalat sunah, esensi puasa dan hal yang membatalkannya, esensi sedekah, asal mula perintah kurban, haji dan umrah, hafalan surat pendek, ilmu tajwid, dan Universitas Sumatera Utara masalah gay menurut pandangan agama. Yang kurang ia ketahui adalah tentang sejarah nabi. Sementara itu, pengetahuan agama yang dimiliki oleh partisipan kedua Hadi adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay ia mengetahui tentang macam-macam puasa dan shalat sunah, rukun iman dan Islam, nama dan tugas malaikat, kitab-kitab Allah SWT, rukun wudhu dan shalat, perintah kurban dan haji, nama nabi dan rasul, hari kiamat, qada dan qadar, hal-hal yang membatalkan wudhu, shalat dan puasa. Selain itu ia juga memiliki hafalan surat pendek yang ada di juzz 30. Yang kurang ia ketahui adalah tentang dasar perintah puasa, dn nazar. Kemudian, di awal menyadari sebagai gay, pengetahuan agama yang dimilikinya kurang lebih masih sama dengan sebelumnya, yang bertambah adalah tentang kewajiban berdakwah. Dan saat ini, pengetahuannya adalah tentang hari kiamat, takdir, asal mula perintah shalat, macam-macam shalat sunah, hal yang membatalkan shalat, dan rukun shalat, macam-macam dan hal yang membatalkan puasa, rukun dan hal-hal membatalkan wudhu, perbedaan haji dan umrah, dan nazar. Pengetahuan agama yang kurang diketahui oleh Hadi saat ini adalah tentang urutan rukun iman, nama dan tugas malaikat, tugas dan mukjizat rasul, rasul penerima kitab Allah SWT, dan ilmu tajwid. Sedangkan pengetahuan agama yang dimiliki oleh partisipan ketiga Willy adalah pada saat sebelum menyadari sebagai gay ia mengetahui tentang asal mula perintah shalat, macam- macam shalat sunah, hal yang membatalkan shalat, rukun dan hal-hal membatalkan wudhu, macam-macam dan hal yang membatalkan puasa, rukun iman dan Islam, nama dan tugas malaikat, hari kiamat, hafalan surat pendek yang ada di juzz 30, ilmu tajwid, dan esensi dari sedekah. Yang kurang ia pahami Universitas Sumatera Utara adalah tentang sejarah lengkap rasul, qada dan qadar, dan dalam mempraktekkan ilmu tajwidnya. Kemudian di awal menyadari sebagai gay pengetahuannya masih sama dengan sebelumnya. Dan di saat sekarang ini pengetahuan agama yang ia miliki adalah tentang rukun iman dan Islam, nama dan tugas malaikat, hari kiamat, nama-nama rasul, qada dan qadar, asal mula perintah shalat, macam- macam shalat sunah, hal yang membatalkan shalat, macam-macam dan hal yang membatalkan puasa, hal-hal membatalkan wudhu, dan perbedaan haji dan umrah. Namun saat ini, hafalan ayat Al- Qur’annya tidak bertambah. Pengetahuan- pengetahuan agama yang dimiliki oleh para partisipan sejalan dengan dimensi pengetahuan yang diungkapkan oleh Ancok Suroso 1994 yaitu seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya. Dalam Islam, ini meliputi pengetahuan tentang isi Al-Quran, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan rukun Islam dan rukun Iman, hukum-hukum Islam, dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara 174

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari permasalahan dalam penelitian ini. Kemudian pada akhir bab, peneliti akan memberikan beberapa saran kepada kaum gay dan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor yang melatarbelakangi para partisipan menjadi gay adalah beragam. Faktor yang menyebabkan partisipan pertama Rudi menjadi gay adalah pengalaman gay di masa lalu. Faktor yang menyebabkan partisipan kedua Hadi menjadi gay adalah pengalaman gay di masa lalu. Faktor yang menyebabkan partisipan ketiga Willy menjadi gay adalah herediter. 2. Religiusitas pada ketiga partisipan :

a. Partisipan I Rudi

Rudi sudah mendapatkan pengetahuan tentang keesaan Allah SWT dan ajaran Islam sejak ia kecil. Hal ini yang membuat hingga kini Rudi sangat meyakini keberadaan Allah SWT dan kebenaran agama Islam. Ia juga sudah memiliki pengetahuan tentang gay dalam Islam. Namun ia belum mengetahui bahwa yang menimbulkan dosa itu bukanlah orientasi sebagai gay, melainkan apabila orientasi tersebut Universitas Sumatera Utara