33
a b
Gambar 4.2. Hepar tikus a Perfusi PBS-Formalin A perbesaran 20x; b Perfusi PBS-
Formalin A perbesaran 40x insert: hepatosit.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Suprianto 2014 dimana didapatkan hasil yang baik pada hepar yang diperfusi PBS-Formalin.
20
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh faktor teknik perfusi. Pada penelitian ini teknik perfusi dilakukan dengan kecepatan 20 mlmenit dan dengan tekanan
yang tidak dapat dibuat konstan. Kecepatan diperoleh dengan ketinggian permukaan larutan terhadap vena kava inferior sekitar 72,5 cm. Kemungkinan
cairan perfusi dengan kecepatan dan tekanan tinggi merusak tautan antar sel sehingga hasil pada preparat jaringan tampak renggang.
4,9,19,21
4.3. Ginjal
Pada ginjal perfusi PBS-Formalin Gambar 4.3.a gambaran glomerulus dapat dikenali namun tubulus ginjal dominan sulit dikenali, tubulus ginjal pada
perfusi PBS-Formalin tidak begitu jelas dan terlihat renggang.
a
34
b c
Gambar 4.3. Ginjal tikus a. Perfusi PBS-Formalin C perbesaran 20x; b. Perfusi
PBS-Formalin C perbesaran 40x insert: glomerulus; c. Perfusi PBS-Formalin C perbesaran 40x insert: tubulus
Bentuk glomerulus pada preparat tampak baik. Sel endotel glomerulus dapat dikenali dan ruang kapsula Bowman masih dalam kondisi baik Gambar
4.3.b insert. Gambaran pada sel epitel tubulus ginjal yang diperfusi PBS- Formalin tersusun tidak teratur Gambar 4.3.c insert. Kondisi tersebut disebabkan
oleh teknik perfusi. Yaitu pengaruh kecepatan dan tekanan perfusi yang tinggi dapat merusak jaringan dengan mekanisme jejas sel. Ketika sel mendapatkan
tekanan tinggi pada perfusi, akan muncul respon adaptasi yang menghasilkan perubahan pada gambaran, jumlah, maupun ukuran pada sel. Sehingga didapatkan
gambaran sel epitel tubulus yang tidak tersusun teratur pada ginjal perfusi PBS- Formalin Gambar 4.3.c.
4,9,19,21
4.4. Pankreas
Pada pankreas perfusi PBS-Formalin sulit dibedakan gambaran pulau Langerhans dan bagian eksokrinnya Gambar 4.4.a. Kondisi tersebut disebabkan
karena faktor teknik perfusi. Kemungkinan cairan perfusi dengan kecepatan dan tekanan tinggi merusak tautan antar sel sehingga hasil pada preparat jaringan
pankreas PBS-Formalin lebih renggang.
22
Selain itu, pada pankreas PBS-Formalin didapatkan jaringan yang bertumpuk-tumpuk sehingga terlihat sebagai keadaan
overstain hematoksilin. Keadaan tersebut disebabkan karena pada proses
35
pembuatan blok kemungkinan ada tahapan yang dikerjakan kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan konsistensi organ pankreas lebih lunak dibandingkan organ
hepar dan ginjal sehingga pada tahapan dehidrasi atau clearing organ pankreas menjadi keras dan sulit untuk dipotong dan menghasilkan gambaran preparat yang
bertumpuk-tumpuk.
4,9,19,21
a
b c
Gambar 4.4. Pankreas tikus a. Perfusi PBS-Formalin A perbesaran 20x; b.
Perfusi PBS-Formalin A perbesaran 40x insert: pulau Langerhans; c. Perfusi PBS- Formalin A perbesaran 40x insert: asinus
Pada pankreas yang diperfusi PBS-Formalin Gambar 4.4.b insert sel-sel pada pulau Langerhans terlihat jelas, sitoplasma berwarna merah muda dan
nukleus tampak berwarna ungu dan berbentuk bulat, tetapi hubungan antar sel pada pulau Langerhans terlihat renggang. Pada pankreas perfusi PBS-Formalin
Gambar 4.4.c insert bagian eksokrin tidak terlihat inti sel pada asinus tetapi batas antar asinus tegas sehingga sitoplasma dan nukleus tidak dapat