Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
TESIS
Oleh
W A R I S N O 077017023/Akt
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
W A R I S N O 077017023/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT
DAERAH (SKPD) DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH PROVINSI JAMBI
Nama Mahasiswa : W a r i s n o
Nomor Pokok : 077017023
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Erlina, SE, M.Si,Ph.D,Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,SE,MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Maret 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Erlina, SE, M.Si,Ph.D, Ak
2. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak 3. Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul ” Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jambi.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas.
Medan, 23 Maret 2009
Yang membuat pernyataan
(6)
ABSTRAK
Penelitian mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD telah banyak dilakukan, Namun penelitian yang menguji tentang factor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah masih relatif sedikit, dan hasil penelitian masih bervariasi dan tidak konsisten. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ada Pengaruh kualitas sumber daya manusia, komunikasi, sarana pendukung dan komitmen organisasi terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Jambi
Populasi penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada dilingkungan Pemerintahan Provinsi Jambi. Unit analisisnya adalah organisasional yaitu kepala satuan kerja. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisa regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas data dan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kualitas sumber daya manusia, komunikasi, sarana pendukung dan komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Jambi. Sedangkan secara parsial sarana pendukung dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
Kata Kunci : Kualitas Sumber daya manusia, Komunikasi, sarana pendukung, komitemen organisasi, kinerja SKPD.
(7)
ABSTRACT
Studies on the factors that affect the performance of organization unit have been undertaken, however, there is not many researches in performance of local government, and results are varied and inconsistent. The goal of this research was conducted to explore whether there is empirical evidence on influence of the quality of human resources, communications, supporting facilities and organizational commitment on the Performance of organization unit in Province of Jambi.
Population of this research is all of organization unit on local government . Unit of analysis is the organizational. The data collecting is done with a questionnaire which delivered directly by the researcher. Before the hypothesis testing is done, the testing of quality data is undertaken firstly.
The analysis data show there are significantly effect on human resources quality, communications, supporting facilities and commitment of organization to performance of organization unit in local government. In partial, supporting facilities and commitment of organizational do not significantly affect the performance of organization unit in province of Jambi.
Keywords : Quality of human resources, communications, supporting facilities, commitment organization, performance of organization unit.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmad, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi.”
Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Dalam kesempatan ini,
penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM & H,Sp.A (K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, SE, MAFIS, MBA, AK, selaku Ketua Program
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan
bertindak sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan
kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
4. Ibu Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, AK, selaku Sekretaris Program Magister
Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan bertindak
sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk
(9)
5. Ibu Erlina, SE, M.Si,Ph.D,Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan
untuk menyusun tesis ini.
6. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan
penulisan untuk menyusun tesis ini.
7. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA,AK selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.
9. Bapak Gubernur Provinsi Jambi beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi yang telah banyak membantu
peneliti dalam proses penelitian.
10. Teman-temanku seperjuangan Angkatan 13 Program Magister Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu pada
masa perkuliahan.
11. Kepada kedua orang tuaku ayahnda Mundakir Yanto dan Ibunda Wangirah serta
kedua mertuaku Bapak Purnomo dan Ibu Suparmi, yang telah memberikan
(10)
Akhirnya penulis menghaturkan terima kasih yang tulus dan penghargaan
yang setinggi-tinginya kepada istriku tercinta Sumarsih dan anak-anakku tersayang
Dimas Bagus Wicaksono, Febriza Evan Nugraha, serta seluruh keluarga atas doa dan
pengorbanan yang tidak ternilai harganya dalam memberikan dukungan baik moril,
materil dan Spritual dalam keadaan suka maupun duka, dan juga kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amiin.
Medan, 24 Maret 2009 Penulis,
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. N a m a : W A R I S N O 2. Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 22 Maret 1971
3. A l a m a t : Jln. Adhitiya Warman No.01 RT.08 Kel. Thehok Kec. Jambi Selatan Kota Jambi
4. No Telepon Rumah / HP : (0741) 27446 / 081274040777 5. A g a m a : Islam
6. Jenis Kelamin : Laki-laki 7. Status : Menikah
8. Pekerjaan : Pegawai Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Jambi.
9. Pendidikan :
a. Lulus SD Negeri No.09/IV Kota Jambi Tahun 1984 bersertifikat b. Lulus SMP Negeri 8 Kota Jambi Tahun 1987 bersertifikat c. Lulus SMA Negeri 5 Kota Jambi Tahun 1990 bersertifikat
d. Lulus Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jambi Tahun 2003 bersertifikat
10. Riwayat Pekerjaan :
a. 1992 - 1999 : Pegawai Kanwil Departemen Penerangan Provinsi Jambi
b. 2000 - 2003 : Pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi
c. 2004 - 2009 : Pegawai Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Provinsi Jambi
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Originalitas... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1 Landasan Teori... 10
2.1.1 Kinerja SKPD ... 10
(13)
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD dalam
rangka Pengelolaan Keuangan Daerah... 15
2.1.3.1 Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ... 15
2.1.3.2 Komunikasi ... 16
2.1.3.3 Sarana Pendukung... 18
2.1.3.4 Komitmen Organisasi... 19
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 20
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 25
3.1 Kerangka Konsep ... 25
3.2 Hipotesis Penelitian... 26
BAB IV METODE PENELITIAN ... 27
4.1 Jenis Penelitian... 27
4.2 Lokasi Penelitian / Ruang Lingkup Penelitian... 27
4.3 Populasi dan Sampel ... 29
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 29
4.5 Definisi Operasional Variabel ... 29
4.6 Instrumen Penelitian ... 34
4.7 Metode Analisis Data... 35
(14)
4.7.1.2 Uji Reliabilitas ... 37
4.7.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 37
4.7.2.1 Uji Normalitas... 37
4.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 38
4.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 38
4.7.3 Pengujian Hipotesis... 39
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 40
5.1 Deskriftif Data... 40
5.1.1 Deskripsi lokasi... 41
5.1.2 Karakteristik Penelitian... 41
5.1.3 Uji Responden Bias... 44
5.2 Analisis Data ... 45
5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data... 45
5.2.1.1 Uji Validitas ... 45
5.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 49
5.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
5.4 Pengujian Asumsi Klasik ... 51
5.4.1 Pengujian Normalitas ... 51
5.4.2 Pengujian Multikolinearitas ... 52
5.4.3 Pengujian Heteroskedastisitas... 53
(15)
5.6 Hasil Analisis Data... 58
5.6.1 Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja SKPD... 58
5.6.2 Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja SKPD ... 59
5.6.3 Pengaruh Sarana Pendukung terhadap Kinerja SKPD... 61
5.6.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD .. 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1 Kesimpulan ... 63
6.2 Keterbatasan Penelitian... 64
6.2 Saran... 64
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu... 23
4.1 Definisi Operasional Variabel... 32
5.1 Distribusi Kuesioner ... 40
5.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 42
5.3 Jabatan Responden ... 42
5.4 Pangkat/Golongan Responden ... 43
5.5 Lama Bekerja Responden ... 43
5.6 Kursus/Diklat/Bintek di Bidang Akuntansi, Keuangan dan Penyusunan Anggaran... 44
5.7 Uji Validitas Variabel ... 46
5.8 Uji Reliabilitas Variabel... 49
5.9 Deskripsi Statistik ... 50
5.10 Uji Multikolinieritas... 53
(17)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual ... 25
5.1 Pengujian Normalitas Data ... 52
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Daftar Pertanyaan... 69
2 Daftar Responden dan Tanggal Sebar/Terima Kuesioner... 76
3 Daftar Responden dan Tanggal Sebar/Terima Seminar... 78
4 Data Hasil Kuesioner ... 80
5 Statistik Deskriptif ... 84
6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 86
7 Uji Korelasi ... 98
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang
direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan diubah dengan Peraturan
Perundang-undangan (Perpu) No. 3 Tahun 2005 serta UU No. 25 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 33
Tahun 2004, menjadi tonggak awal dari otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan
upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan
potensi daerah tersebut. Dengan pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota,
pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan Pemerintah Daerah.
Pengelolaan keuangan negara/daerah di Indonesia telah banyak mengalami
perubahan atau perbaikan seiring dengan semangat reformasi manajemen keuangan
pemerintah untuk mencapai keberhasilan otonomi daerah. Hal ini ditandai dengan
dikeluarkannya paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara
beserta peraturan-peraturan turunannya yang juga telah banyak mengalami revisi dan
penyempurnaan. Beberapa peraturan terkait dengan implementasi otonomi daerah
(20)
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dalam rangka
mengimplementasikan perundang-undangan bidang keuangan negara telah
dikeluarkan berbagai aturan pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP),
antara lain PP No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 21 tahun
2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga, dan PP No.
24 tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Khusus berkenaan
dengan pengelolaan keuangan daerah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 58 tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai tindak lanjut PP No. 58 tahun
2005, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
dan terakhir telah direvisi dengan Permendagri No. 59/2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri No. 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan
ini khusus mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang baru,
sesuai arah reformasi tata kelola keuangan negara/daerah. Perubahan yang sangat
mendasar dalam peraturan ini adalah bergesernya fungsi Ordonancering dari
Badan/bagian/biro Keuangan ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan
SKPD sebagai accounting entity berkewajiban untuk membuat laporan keuangan
SKPD serta penegasan bahwa Bendahara Pengeluaran sebagai Pejabat Fungsional.
Oleh karena itu, setiap Bendahara Pengeluaran harus memiliki keahlian khusus di
bidang kebendaharaan dan dibuktikan dengan sertifikat keahlian dari lembaga yang
(21)
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah
tersebut di atas sudah diimplementasikan secara bertahap di tahun 2007-2008. Oleh
karena itu, setiap daerah sudah mulai mempersiapkan semua perangkat yang
diperlukan termasuk menata dan meningkatkan kemampuan SDM Aparaturnya
khususnya di bidang keuangan guna mengantisipasi perubahan-perubahan dalam
pengelolaan APBD dan pertanggungjawabannya pada akhir tahun anggaran.
Berhasil-tidaknya pelaksanaan suatu sistem pengelolaan keuangan daerah sangat tergantung
dari kompetensi para pengelolanya sehingga peningkatan kualitas SDM pengelola
merupakan hal yang wajib dilaksanakan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara pasal 51 ayat (2), Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran harus
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana,
termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.
Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan unit kerja. Pasal
56 UU ini menyebutkan bahwa laporan keuangan yang harus dibuat oleh setiap unit
kerja adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan, sedangkan yang menyusun laporan arus Kas adalah Kepala Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum daerah.
Melalui Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
(22)
diterapkan dalam penyusunan APBD, Sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan
daerah. Untuk itu maka setiap pemerintah daerah harus dapat mempersiapkan diri
untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan
daerah yang dijabarkan oleh Permendagri Nomor 13 tahun 2006 merupakan pedoman
pengelolaan keuangan daerah. Penatausahaan keuangan daerah dalam pelaksanaan
APBD mengalami perubahan yang cukup fundamental dibandingkan dengan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, diantara perubahan tersebut adalah
dilimpahkannya sebagian mekanisme peraturan keuangan di Badan/biro/bagian
Pengelolaan Keuangan Daerah kepada SKPD, lingkup penatausahaan keuangan yang
dilimpahkan diantaranya pengujian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) baik
Langsung (LS), Uang Persediaan (UP), Ganti Uang (GU) maupun Tambahan Uang
(TU) serta penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). Selain itu yang tidak kalah
pentingnya adalah adanya perubahan mekanisme pengelolaan keuangan pada
bendahara pengeluaran, sebelumnya menganut sistem uang untuk
dipertanggungjawabkan (UUDP) diubah menjadi uang yang harus
dipertanggungjawabkan (UYHD), disamping itu terjadi perubahan yang terkait
dengan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluran. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa pelaksanaan pembukuan bendahara pengeluaran lebih rumit dan
detil dibandingkan dengan peraturan sebelumnya, namum demikian berdasarkan
(23)
pembukuan bendahara pengeluaran diperkenankan menggunakan software aplikasi,
tetapi konsekuensinya pada bendahara pengeluaran harus mampu dan mahir dalam
mengoperasikan komputer serta memahami aplikasi prosedur penatausahaan
keuangan daerah dan pembukuan bendahara pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut
maka penatausahaan keuangan daerah dan pembukuan bendahara pengeluaran mutlak
diperlukan SDM yang profesional.
Berdasarkan hasil pengamatan awal di lingkungan pemerintah Provinsi Jambi
masih terdapat SKPD yang belum dapat menerapkan perubahan dengan adanya
Regulasi Peraturan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Karena kurangnya tenaga keuangan yang berlatar belakang pendidikan
akuntansi pada tingkat SKPD, di samping itu ada indikasi rendahnya Kinerja SKPD
dikarenakan rendahnya kualitas SDM dan Pengalaman yang dimiliki oleh PPK
(Pejabat Penatausahaan Keuangan), PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan), dan
Bendahara Pengeluaran SKPD dalam mengimplementasikan peraturan tersebut, serta
masih rendahnya komitmen untuk melaksanakan perubahan peraturan tersebut. Hal
ini terbukti dengan masih terlambatnya menyampaikan Rencana Kerja Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) kepada Biro Keuangan selaku Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD) untuk di kompilasi sehingga hal ini
berdampak menjadi terlambatnya pengesahan APBD. Sedangkan dalam pelaksanaan
(24)
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Selain itu dari hasil evaluasi Bappeda
Provinsi Jambi untuk Tahun 2008 berdasarkan Rekapitulasi Laporan Fisik dan
Keuangan SKPD menunjukan masih rendahnya daya serap anggaran yang telah
dialokasikan kepada masing-masing SKPD.
Azhar (2007) telah melaksanakan penelitian tentang ”Faktor-faktor yang
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan Permendagri 13 tahun 2006 pada
Pemerintah Kota Banda Aceh”, penelitian ini menyimpulkan bahwa : Komitmen,
Sumber daya manusia, perangkat pendukung dan Regulasi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan penerapan Permendagri
No.13 Tahun 2006, dan Secara parsial Regulasi tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap keberhasilan penerapan Permendagri 13 Tahun 2006.
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Pemahaman Sistem
Akuntansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku)”. Penelitian ini
menyimpulkan baik secara simultan maupun parsial pemahaman mengenai sistem
akuntansi dan pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja
pemerintah daerah.
Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian di atas maka peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian lanjutan tentang kinerja organisasi pemerintah daerah
dengan judul ”Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi”. Penelitian ini dibatasi
(25)
dilaksanakan pada seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi. Adapun
faktor-faktor yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah faktor Kualitas SDM,
Komunikasi, Sarana Pendukung dan Komitmen organisasi yang diduga akan
mendukung Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah penelitian adalah sebagai berikut : Apakah Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM), Komunikasi, Sarana Pendukung dan Komitmen Organisasi berpengaruh
terhadap Kinerja SKPD baik secara simultan maupun parsial ?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Komunikasi, Sarana Pendukung, dan
Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja SKPD baik secara simultan
maupun parsial.
Disamping tujuan diatas peneliti juga ingin melakukan penelitian ikutan untuk
melihat apakah demografi responden seperti pendidikan dan pengalaman berpengaruh
(26)
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi
Peneliti, Pemerintah daerah, Akademisi dan peneliti selanjutnya. Manfaat penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut ;
a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam akuntansi sektor publik khususnya pengelolan keuangan
daerah;
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemerintah daerah
agar menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan khususnya dalam
membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan sisdur penatausahaan;
c. Sedangkan bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
1.5Originalitas
Sampai saat ini study yang kritis tentang Akuntansi Sektor Publik masih
sangat terbatas, namun demikian penelitian sektor publik telah dilaksanakan oleh ;
1. Azhar (2007) telah meneliti tentang ” Faktor-faktor yang yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan Permendagri 13 tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda
Aceh ”, menyimpulkan bahwa komitmen, SDM, perangkat pendukung dan
regulasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
(27)
parsial Regulasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap keberhasilan
penerapan Permendagri 13 Tahun 2006;
2. Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang ” Pengaruh Pemahaman Sistem
Akuntansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku),
Penelitian ini menyimpulkan baik secara simultan maupun parsial pemahaman
mengenai sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap
kinerja satuan kerja pemerintah daerah.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Azhar
(2007), dengan variabel independennya yaitu SDM, perangkat pendukung dan
komitmen organisasi dan Keberhasilan Permendagri 13 Tahun 2006 sebagai variabel
dependen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
daerah penelitian, periode waktu penelitian, dan variabel yang digunakan dengan
(28)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu defenisi, konsep atau hasil
penelitian ilmiah yang berkaitan dengan Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, serta menentukan teori yang
digunakan dalam menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Kinerja
SKPD dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah.
2.1.1 Kinerja SKPD
Menurut Marsdiasmo (2004) Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan
untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk membantu perbaikan kinerja pemerintah yang berfokus kepada
tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.
Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumberdaya dan
pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Disamping itu pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas
organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.
Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik
(29)
tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Peningkatan kinerja
sektor publik merupakan hal yang bersifat komprehensif, dimana setiap SKPD
sebagai pengguna anggaran (badan/dinas/biro/kantor) akan menghasilkan tingkat
kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan rasa tanggung jawab yang
mereka miliki. Semakin bagus tingkat pengelolaan keuangan oleh pengguna anggaran
maka akan semakin tinggi tingkat kinerja SKPD.
Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
individu atau suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode
tertentu. Menurut Stoner (1986 : 477) dalam Arnia (2001) kinerja (performance)
merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu,
kelompok atau organisasi. Dalam sektor publik, khususnya sektor pemerintahan,
kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah
dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode. Menurut
Robbins (1997 : 231) dalam Maryanti (2002), Kinerja merupakan hasil yang dicapai
oleh suatu fungsi kerja atau aktivitas selama periode tertentu, hal senada juga
diungkapkan oleh Prawirosentono (1999), yang mendefinisikan kinerja sebagai hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
(30)
Menurut Mahoney (1963). Kinerja Manajerial (Managerial Performance)
merupakan kinerja para individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial seperti :
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf,
negosiasi dan perwakilan. Sedangkan menurut Otley (1999) dalam Mahmudi
(2005:6) ”Kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan melakukan
pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut”. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa kinerja adalah hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
Tim penyusun kamus bahasa Indonesia (1995 : 503) mendefinisikan kinerja adalah
sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja.
Berdasarkan pengertian tersebut jelas kinerja dapat dilihat dan diukur dari berbagai
sudut jika dihubungkan dengan pengertian prestasi yang diperlihatkan. Prestasi kantor
dinas pemerintah dapat dilihat dari tingkat penyelesaian tugas-tugas pengayoman
masyarakat.
Kimisean et.al, (2004 : 491) mengungkapkan bahwa tiga konsep yang bisa
dipergunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik/organisasi non bisnis, yakni
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Dalam menilai kinerja organisasi
pelayanan publik, banyak indikator yang dapat dipergunakan, yaitu: (1) produktivitas;
(2) kualitas layanan; (3) responsivitas; (4) responsibilitas; dan (5) akuntabilitas.
Dalam konteks organisasi pemerintah daerah, pengukuran kinerja SKPD
dilakukan untuk menilai seberapa baik SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan
fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. Pengukuran kinerja
(31)
bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accounntability pemerintah
daerah yaitu kepada masayarakat atas amanah yang diberikan kepadanya. Dalam
melakukan proses pengelolaan keuangan daerah masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan ketetapan Permendagri No.13 tahun 2006
dikatakan sebagai pengguna anggaran melakukan tugas antara lain dari proses
penyusunan APBD, Pelaksanaan dan penatausahaan belanja, pelaksanaan dan
penataan pendapatan, akuntansi dan pelaporan sampai kepada perubahan APBD.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam siklus pengelolaan keuangan daerah
berada pada tingkatan ketiga dalam sistem manajemen dan pertanggungjawaban
keuangan daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah
(Gubernur) melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Kepala SKPD juga
membawahi Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK), Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran SKPD.
Berdasarkan struktur dan tanggungjawab dapat dilihat bahwa satuan kerja perangkat
daerah mempunyai partisipasi dan peran yang sangat penting dalam pengelolaan
keuangan daerah.
Peran dan fungsi SKPD menjadi sangat penting karena sebagai pengguna
anggaran tiap SKPD yang ada pada Badan/Dinas/Kantor/Biro pada pemerintah
daerah melakukan hampir seluruh siklus pengelolaan keuangan daerah minus
(32)
Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) yang benar-benar baik, artinya sesuai
dengan kebutuhan, efektif, ekonomis dan efisien.
2.1.2 Pengelolaan Keuangan Daerah
Berdasarkan Pasal 1 PP 58 Tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan anggaran, penyusunan anggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan anggaran, pelaporan anggaran, pertanggungjawaban
dan pengawasan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 pasal (4) dan
(5), mengamanatkan bahwa Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan
kepatuhan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu
alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab.
Edward (1992 : 13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan
dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari
manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas
dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka
kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat
(33)
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja SKPD dalam pengelolaan
keuangan daerah antara lain faktor Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana pendukung
dan Komitmen Organisasi ;
2.1.3.1Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Wiley (2002, 3) dalam Azhar (2007) mendefinisikan bahwa ”Sumber
daya manusia merupakan pilar peyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi
dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut”. Sumber
daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus
dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin agar mampu
memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Matindas ( 2002 : 89) Sumber Daya Manusia adalah kesatuan tenaga
manusia yang ada dalam suatu organisasi dan bukan sekedar penjumlahan
karyawan-karyawan yang ada. Sebagian kesatuan sumber daya manusia harus dipandang
sebagai suatu sistem dimana tiap-tiap karyawan merupakan bagian yang saling
berkaitan satu dengan lainnya dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang baik, SKPD harus memiliki
kualitas sumber daya manusia yang didukung dengan latar belakang pendidikan
(34)
double entry berbasis akrual diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
memahami logika akuntansi secara baik. Aparatur pemda yang menangani masalah
keuangan tidak cukup hanya menguasai penatausahaan anggaran melainkan juga
harus memahami karakteristik transaksi yang terjadi dan pengaruhnya terhadap
rekening-rekening dalam laporan keuangan pemda. Kegagalan SDM pemda dalam
memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan
laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang
ditetapkan pemerintah.
2.1.3.2Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti
bersama. Munurut Herbert (1981) dalam Suranto (2005:15) mendefenisikan
komunikasi sebagai proses yang didalamnya menunjukan arti pengetahuan
dipindahkan dari seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai
beberapa tujuan khusus. Menurut Rogers (1995) dalam Suranto (2005:15)
menyatakan bahwa komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan
yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah perilakunya.
Menurut Arep dan Tanjung ( 2004 : 81) Komunikasi adalah informasi
mengalir secara bebas dari atas ke bawah atau sebaliknya. Dalam pengelolaan
keuangan daerah di suatu SKPD, komunikasi yang baik dan lancar antara Pengguna
Anggaran dengan bawahannya atau sebaliknya sangat dibutuhkan dalam
menyamakan persepsi untuk menyusun dan merumuskan serta melaksanakan dengan
(35)
hasil berpikir seseorang baik pimpinan maupun bawahan tidak akan ada artinya jika
tidak dinyatakan dan dikomunikasikan dengan baik Pimpinan tidak hanya memiliki
kemampuan membuat komitmen atau keputusan, tetapi harus diterjemahkan menjadi
gagasan, prakarsa, inisiatif, kreatifitas, pendapat, saran, perintah, dan lainnya yang
sejenis itu melalui komunikasi yang baik. Oleh karena kemampuan mengambil
keputusan akan kehilangan artinya tanpa kemampuan mengkomunikasikannya
(Nawawi dan Martini, 2004 :167). Dengan komunikasi yang baik maka seluruh
komponen dalam SKPD dapat secara sistimatis bekerja dalam satu arah yang sama
yaitu untuk meningkatkan produktifitas instansi (Suranto, 2005:57). Jika terjadi
kesalahpahaman dalam SKPD, khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah akan
menimbulkan dampak negatif yang berakibat buruk bagi kinerja SKPD.
Pengelolaan keuangan daerah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
komunikasi yang baik antara pimpinan dan bawahan. Kemampuan berkomunikasi
secara efektif bagi seorang pimpinan erat kaitannya dengan kepemimpinan yang
berwibawa. Kalau seorang pimpinan ingin memiliki kepemimpinan yang berwibawa,
maka ia perlu mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif. Kemahiran
berkomunikasi bagi seseorang pimpinan dapat memperkecil, bahkan menghilangkan
konflik antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi (Effendi,
1989:134, 141). Untuk itulah komunikasi yang baik dan lancar tersebut selalu
(36)
keputusan atau hal-hal penting dalan instansi, terlebih khusus tentang pengelolaaan
keuangan daerah di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2.1.3.3Sarana Pendukung
Sarana Pendukung yang dimaksud dalam penelitian ini ialah ketersediaan
perangkat pendukung yang akan membantu kinerja SKPD dalam rangka pengelolaan
keuangan daerah guna menunjang pelaksanakan tugas seperti tersedianya perangkat
komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan SKPD. Berdasarkan
Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 225 untuk memudahkan pelaksanaan
pembukuan bendahara pengeluaran diperkenankan menggunakan software aplikasi,
tetapi konsekuensinya pada bendahara pengeluaran harus mampu dan mahir dalam
mengoperasikan komputer serta memahami aplikasi prosedur penatausahaan
keuangan daerah dan pembukuan bendahara pengeluaran.
Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun
yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintahan. Berdasarkan defenisi
tersebut, agar sistem akuntansi keuangan pemerintahan daerah berjalan secara efektif
maka diperlukan Sarana pendukung baik perangkat keras maupun perangkat lunak.
Menurut Kenneth dan Jane (2005) dalam Azhar (2007) perangkat keras adalah
perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktifitas input, proses dan output dalam
sebuah sistem akuntansi. Perangkat keras ini terdiri dari komputer yang memproses,
perangkat penyimpanan dan perangkat untuk menghasilkan output serta media fisik
(37)
Kenneth dan Jane adalah sekumpulan rincian instruksi praprogram yang
mengendalikan dan mengkoordinasikan perangkat keras komponen di dalam sebuah
sistem informasi.
2.1.3.4Komitmen Organisasi
Mowday, et.al (1979), dalam Darma (2004) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai tingkat kekuatan identifikasi individu, dan keterikatan individu
kepada organisasi yang memiliki ketiga karakteristik. Pertama, memiliki kepercayaan
yang kuat dan menerima nilai-nilai dan tujuan perusahaan. Kedua, kemauan yang
kuat untuk berusaha atau bekerja keras untuk organisasi. Ketiga, keinginan untuk
tetap menjadi anggota organisasi. Identifikasi dimaksud adalah pemahaman atau
penghayatan terhadap tujuan organisasi. Keterikatan dimaksudkan adalah perasaan
terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau
perasaan bahwa pekerjaan adalah menyenangkan.
Menurut Mowday, et. al, (1979), dalam Darma (2004) Komitmen organisasi
merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang
ingin dicapai organisasi. Menurut Simanjuntak ( 2005 :1) komitmen adalah
kesanggupan untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada
seseorang, komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran
atau talenta. Dengan komitmen yang kuat akan memungkinkan seseorang bisa
(38)
Menurut Mayer et.al (1993), yang dikutip oleh Arifuddin et.al (2002) terdapat
tiga komponen komitmen organisasi, yaitu;
1. Komitmen efektif (effective commitment) terjadi apabila karyawan ingin menjadi
bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional (emotional attachment);
2. Komitmen kontinuan (continuance commitment) terjadi apabila karyawan tetap
bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan
keuntungan-keuantungan lain atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain;
3. Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai karyawan.
Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena ada kesadaran bahwa
berkomitmen terhadap organisasi merupakan hal yang harus dilakukan.
2.2 Review Peneliti Terdahulu
Ririn dan Mardiasmo (2004) melakukan penelitian tentang kinerja agensi
pemerintah daerah di Yogyakarta. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa
komitmen organisasional, struktur desentralisasi dan partisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh terhadap kinerja manajer instansi pemerintah.
Azhar (2007) telah meneliti tentang Faktor-faktor yang yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan Permendagri 13 tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda
Aceh, dengan variabel independen adalah komitmen, sumber daya manusia,
perangkat pendukung serta regulasi, sedangkan variabel dependen adalah
keberhasilan penerapan Permendagri 13 tahun 2006. Hasil penelitian ini
(39)
pendukung dan Regulasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan
penerapan Permendagri No.13 Tahun 2006. Sementara Secara parsial Regulasi tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap keberhasilan penerapan Permendagri 13
Tahun 2006.
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang ” Pengaruh Pemahaman Sistem
Akuntansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku), dengan variabel
independen adalah pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan
keuangan daerah, sedangkan variabel dependen adalah kinerja unit satuan kerja
pemerintah daerah. Penelitian ini menyimpulkan baik secara simultan maupun parsial
pemahaman mengenai sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan berpengaruh
terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah, artinya bila pengelolaan keuangan
daerah dikelola sesuai mekanisme yang berlaku dan didukung oleh peningkatan
pemahaman tentang akuntansi keuangan daerah maka dapat mendorong kinerja
masing-masing satuan kerja pemerintah daerah.
Suhartono, et. al (2007) melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan
Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi”, dengan variabel independen kejelasan
sasaran anggaran, variabel dependen adalah senjangan anggaran instansi pemerintah
(40)
terhadap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah sehingga adanya kejelasan
sasaran anggaran akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran.
Haykal (2007) telah menganalisis ”Peran dan fungsi SKPD dalam
Pengelolaan keuangan daerah serta pengaruhnya terhadap kinerja (Studi kasus pada
Pemkab Aceh Timur). Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Pengelolaan
Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah, dengan variabel
independen adalah perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan
anggaran dan pelaporan anggaran, sedangkan variabel dependen adalah kinerja
SKPD. Penelitian ini menyimpulkan Dalam pengujian secara simultan perencanaan
anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran
berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD pada Pemkab Aceh Timur, sedangkan
pengujian secara parsial dapat diketahui hanya variabel penyusunan anggaran yang
secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Variabel perencanaan
anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja SKPD.
Yusriati, (2008), meneliti pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja
terhadap kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, adapun dependen
variabel adalah kinerja SKPD dan independen variabel adalah anggaran berbasis
kinerja, hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Penerapan anggaran
berbasis kinerja di SKPD yang ada di Mandailing Natal relatif masih rendah, Kinerja
SKPD secara rata-rata juga dianggap relatif baik yaitu dalam katagori ekonomis,
(41)
kinerja terhadap kinerja SKPD. Adapun saran bagi peneliti selanjutnya adalah
mengembangkan atau memperbaiki kuesioner penelitian karena kuesioner yang
digunakan oleh peneliti merupakan kuesioner yang di disain sendiri.
Tinjauan atas penelitian terdahulu berupa nama peneliti, tahun penelitian,
variabel yang dipergunakan serta hasil penelitinnya dapat dilihat seperti pada tabel
2.1 berikut ini :
Tabel. 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti/ Tahun
Topik Penelitian Variabel yang
dipergunakan Hasil Penelitian 1. Azhar 2007
Faktor - faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan Permendagri No.13 Tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh.
Independen variabel ialah Komitmen, SDM, Perangkat pendukung & Regulasi. Sedangkan Dependen variabel keberhasilan Permendagri 13 tahun 2006. Komitmen, SDM, perangkat pendukung dan Regulasi secara simultan mempunyai pengaruh yg signifikan terhadap keberhasilan penerapan Permendagri No.13/2006
2. Askam
Tuasikal (2007) ”Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah” (Studi pada Kab. Maluku Tengah di Provinsi Maluku),
Variabel independen adalah pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan
keuangan daerah, sedangkan variabel dependen adalah kinerja unit satuan kerja pemerintah daerah’
Baik secara simultan maupun parsial pemahaman mengenai sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah.
(42)
3 Suhartono, et. al (2007) ”Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi” variabel independen kejelasan sasaran anggaran, variabel dependen adalah senjangan anggaran instansi pemerintah daerah dan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi
Kejelasan sasaran ang- garan berpengaruh ne- gatif signifikan terha- dap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah sehingga adanya kejelasan sasaran ang- garan akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran.
4. M. Haykal 2007
Analisis Peran dan Fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pengelolalan Keuangan
Daerah Serta pengaruhnya terhadap
Kinerja (Studi kasus pada Pemkab Aceh Timur) Perencanaan Anggaran, Penyusunan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran dan Pelaporan Anggaran
Dalam pengujian secara simultan perencanaan ang-
ran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpenga ruh signifikan terhadap kinerja SKPD pada Pemkab Aceh Timur, sedangkan pengujian secara parsial dapat diketahui hanya variabel penyusunan angga-
ran yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Variabel perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan
anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
5. Yusriati 2008
Pengaruh Penerapan Anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
Independen Variabel nya Anggaran Berbasis Kinerja dan dependen variabel Kinerja SKPD
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja SKPD di Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
(43)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, penulis
mengidentifikasikan 4 (empat) independen variabel (X) yang diperkirakan baik secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap Kinerja SKPD. Model
penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :
Variabel Dependen Variabel Independen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Kinerja SKPD (Y) Kualitas S D M
X1
Komunikasi X2
Sarana Pendukung X3
Komitmen Organisasi X4
(44)
Kinerja SKPD (Y) diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung
dipengaruhi oleh beberapa variabel independen (X) yaitu Kualitas SDM (X1),
Komunikasi (X2) Sarana Pendukung (X3), dan Komitmen Organisasi dengan uraian
sebagai berikut ;
a. semakin tinggi/rendah kualitas SDM, maka semakin tinggi/rendah kinerja SKPD;
b. semakin baik/jelek komunikasi, maka semakin baik/jelek kinerja SKPD;
c. semakin baik/jelek sarana pendukung semakin baik/jelek kinerja SKPD;
d. semakin tinggi/rendah komitmen organisasi semakin tinggi/rendah kinerja SKPD;
3.2Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari telaahan teoritis dan peneliti
terdahulu sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan yang memerlukan
pengujian secara empiris. Dengan demikian dikemukakan hipotesis yang berkaitan
dengan penelitian ini, yaitu : ”Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Komuniksi,
Sarana Pendukung dan Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja SKPD
(45)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal (causal), yaitu untuk
melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan
desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana
variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependennya secara langsung.
Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk mengetahui apakah Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), Komunikasi, Sarana Pendukung, dan Komitmen
Organisasi sebagai variabel independen berpengaruh terhadap kinerja Kinerja SKPD
sebagai variabel dependen di lingkungan pemerintah Provinsi baik secara simultan
maupun parsial.
4.2Lokasi Penelitian / Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Provinsi Jambi, alasan dipilihnya pada lingkungan
Pemerintah Provinsi Jambi karena berdasarkan hasil pengamatan awal di lingkungan
(46)
menyampaikan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD) kepada Biro Keuangan, sehingga berdampak menjadi terlambatnya
pengesahan APBD. Sedangkan dalam pelaksanaan belanja APBD masih adanya
SKPD yang terlambat dalam menyampaikan SPJ Pengelolaan uang persediaan yang
menjadi tanggung jawabnya kepada PPKD selaku BUD, Selain itu dari hasil evaluasi
Bappeda Provinsi Jambi untuk Tahun 2008 berdasarkan Rekapitulasi Laporan Fisik
dan Keuangan SKPD menunjukan masih rendahnya daya serap anggaran yang telah
dialokasikan kepada masing-masing SKPD.
Selain itu domisili peneliti dekat dengan lingkungan Pemerintah Provinsi
Jambi sehingga diharapkan penelitian ini dapat berjalan sebagaimana rencana waktu
yang telah ditetapkan Adapun rencana waktu penelitian yakni selama 16 Minggu
(November s.d Desember 2008, Januari s.d Maret 2009).
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada 4 variabel independen yang
diperkirakan berpengaruh terhadap Kinerja SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
Jambi yaitu kualitas SDM, komunikasi, sarana pendukung, dan komitmen organisasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, alat pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode sensus responden dengan memberikan
lembaran kuesioner secara langsung, instrumen dalam kuesioner berisi berbagai
(47)
4.3Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi dengan jumlah 44 SKPD, yang
terdiri dari 10 Badan, 17 Dinas, 9 Biro, dan 8 Kantor. Dimana masing-masing SKPD
akan diberikan 1 (satu) kuisioner yang akan diisi oleh Pengguna Anggaran atau
Kuasa Pengguna Anggaran SKPD, sehingga total populasi yang akan diberikan
kuisioner sebanyak 44 populasi. Populasi dalam penelitian ini merupakan sampel
yaitu sebanyak 44 sampel karena dilakukan dengan menggunakan metode sensus.
4.4Metode Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Indriantoro dan Supomo
(1999) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli. Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan metode sensus di Pemerintah Provinsi Jambi. Untuk mendapatkan data
dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang diantar sendiri
oleh penulis dengan 1 tahap sebanyak 44 kuesioner dan ditunggu selama 10 hari.
4.5Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari kesalahpahaman atau memberikan gambaran yang jelas
(48)
1. Kinerja SKPD (Y)
Kinerja SKPD yang merupakan variabel terikat adalah kemampuan dari
masing-masing SKPD dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang
berpedoman dan tidak menyimpang dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku. Hal ini dimulai dari proses Penyusunan APBD, Pelaksanaan dan
Penatausahaan Belanja, Pelaksanaan dan Penataan pendapatan, akuntansi dan
pelaporan sampai kepada perubahan APBD. Pengukuran variabel ini menggunakan
instrumen kuesioner dengan skala 5 point, merupakan modifikasi instrumen
kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney et. al., (1963-1965), skala ini untuk
menunjukkan tingkat kinerja SKPD.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia (X1)
Kualitas sumber daya manusia yang merupakan variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kemampuan dari anggota SKPD dalam melaksanakan tugasnya
berdasarkan latar belakang pendidikan, pelatihan yang diperoleh responden,
pemahaman tentang tugasnya, kesiapan dalam melakukan perubahan dalam
Pengelolaan Keuangan daerah. Kuesioner kualitas SDM modifikasi dari Azhar
(2007), diukur berdasarkan persepsi dari Responden dengan menggunakan skala 5
point untuk mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidak setujuannya
(49)
3. Komunikasi (X2)
Komunikasi yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini adalah
media yang digunakan untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam rangka
menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan sebagai pengelola
keuangan daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Komunikasi suatu
bentuk informasi yang jujur dan terbuka baik dari pihak atasan maupun bawahan
tentang tentang rencana-rencana dan kemajuan SKPD, pembahasan masalah-masalah
yang timbul dalam SKPD, pertemuan antara atasan dan bawahan untuk bertukar pikir
dan mendiskusikan hal-hal penting dalam SKPD. Pengukuran variabel ini
menggunakan instrumen kuesioner dengan skala 5 point yang dikembangkan oleh
Sriussadaporn-charoenngam, Nongluck dan Fredric M.Jabin (1999), Skala ini
digunakan untuk mengukur tingkat Kompetensi Komunikasi dalam SKPD.
4. Sarana Pendukung (X3)
Sarana pendukung yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini adalah
ketersediaan perangkat yang akan membantu mereka dalam melaksanakan tugas
seperti tersedianya komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Kuesioner Sarana Pendukung mengadopsi kuesioner yang dikembangkan oleh
Compeau, deborah R, Christopher a.Higgins, dan Sid Huff (1999), ”Social Cognitive
Theory and individual Reactions to Computing Tecnology ” kuesioner ini diukur
(50)
5. Komitmen Organisasi
Komitmen yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kesanggupan untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada
seseorang. Komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran
atau talenta. Komitmen disini adalah keinginan dari Pengelola Keuangan SKPD
melakukan perubahan sesuai dengan adanya perubahan peraturan dan
perundang-undangan. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur komitmen
organisasi adalah instrumen yang dikembangkan oleh Mowday (1979), dengan
menggunakan skala 5 point yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau
ketidak setujuannya terhadap pernyataan yang diajukan.Ringkasan definisi
operasional dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Vaviabel Variabel
Penelitian Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Skala Penelitian
Dependen Variabel
Kinerja SKPD (Y)
Kemampan dari masing-masing SKPD dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang berpedoman dan tidak menyimpang dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimulai dari proses Penyusunan APBD, Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja, Pelaksanaan dan Penataan pendapatan, akuntansi dan pelaporan sampai kepada perubahan APBD.
Diukur berdasarkan persepsi dari Responden sebagai pengelola keuangan daerah di SKPD. Variabel ini diukur dengan skala 5 Point yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju)
(51)
Independen Variaber
Kualitas Sumber Daya Manusia
(X1)
Kemampuan dari anggota
SKPD dalam melaksanakan tugasnya
berdasarkan latar belakang pendidikan, pelatihan yang diperoleh responden, pemahaman tentang tugasnya, kesiapan dalam melakukan perubahan dalam Pengelolaan Keuangan daerah.
Diukur berdasarkan persepsi
Responden tentang kemampuannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Variabel ini diukur dengan skala 5 point yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap pernyataan yang
diajukan dengan skor 5
(SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju)
Interval
Komunikasi (X2)
Media yang digunakan untuk mengemukakan ide dan gagasan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diberikan sebagai pengelola keuangan daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Diukur berdasarkan persepsi
Responden sebagai pengelola keuangan SKPD, Variabel ini diukur dengan skala 5 point yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju)
Interval
Sarana Pendukung (X3)
Ketersediaan perangkat yang akan membantu
mereka dalam melaksanakan tugas seperti tersedianya komputer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
Diukur berdasarkan persepsi
Responden sebagai pengelola Keuangan daerah.
Variabel ini diukur dengan skala 5 point yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju)
Interval Lanjutan Tabel 4.1
(52)
Komitmen organisasi (X4)
Kesanggupan untuk bertanggungjawab
terhadap hal-hal yang dipercayakan kepada seseorang. Komitmen tidak ada hubungannya sama sekali dengan bakat, kepintaran atau talenta. Komitmen disini adalah keinginan dari Pengelola
Keuangan SKPD melakukan perubahan sesuai dengan adanya perubahan peraturan dan perundang-undangan.
Komitmen organisasi diukur berdasarkan persepsi dari Responden sebagai pengelola keuangan SKPD.
Variabel ini diukur dengan skala 5 point yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau ketidak setujuannya terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju)
Interval Lanjutan Tabel 4.1
4.6 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur variabel yang akan diteliti digunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner yang berhubungan dengan indikator yaitu Kuesioner Kinerja SKPD
dimodifikasi dari instrumen kuesioner yang dikembangkan oleh Mahoney et. al.,
(1963-1965), kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat
setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor
1 (STS=sangat tidak setuju).
Kuesioner Kualitas Sumber Daya Manusia modifikasi dari Azhar, kuesioner
ini menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju),
skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak
(53)
Kuesioner komunikasi adopsi kuesioner yang dikembangkan oleh
Sriussadaporn-charoenngam, Nongluck dan Fredric M.Jabin (1999), kuesioner ini
menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor
3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).
Kuesioner Sarana Pendukung mengadopsi kuesioner yang dikembangkan oleh
Compeau, deborah R, Christopher a.Higgins, dan Sid Huff (1999), ”Social Cognitive
Theory and individual Reactions to Computing Tecnology ” kuesioner ini
menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor
3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju).
Kuesioner komitmen organisasi adalah instrumen yang dikembangkan oleh
Mowday (1979), kuesioner ini menghasilkan data interval dengan skor 5 (SS=sangat
setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tahu), skor 2 (TS=tidak setuju), dan skor
1 (STS=sangat tidak setuju).
4.7 Metode Analisis Data
Model dan teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
regresi linier berganda. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih
dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data dan uji
asumsi klasik. Model analisa regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat
(54)
dimana :
Y = Kinerja SKPD
b0 = Konstansta
b1,b2,b3, b4 = Koefisien regresi
X1 = Kualitas Sumber Daya Manusia
X2 = Komunikasi
X3 = Sarana Pendukung
X4 = Komitmen Organisasi
e = Error
4.7.1 Uji Kualitas Data 4.7.1.1 Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini
dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas
pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson
dengan ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/
pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka
(55)
4.7.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil
pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan
adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrumen dikatakan
reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Menurut Nunnally
(1967) dalam Ghozali (2005) Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
4.7.2 Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian
normalitas, mulikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
4.7.2.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria
pengujian satu sampel menggunakan pungujian satu sisi yaitu dengan
membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu :
(56)
Selain melihat nilai signifikansi dari uji Kolmogorov-Smirnof, untuk melihat
apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness
dan dengan melihat grafik.
4.7.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak
korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen
maka akan ditemukan adanya masalah multikoliniertas. Suatu model regresi yang
baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji
multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan :
1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance
inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 5, maka Variabel bebas
yang ada memiliki masalah multikolinieritas (Santoso, 2002)
2. Melihat nilai tolerance pada output penilian multikolinieritas yang tidak
menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa
tidak terjadi masalah multikolinieritas.
4.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut
homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode
(57)
plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot
(Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi. Jika titik-titik sebar membentuk
pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka
mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
4.7.3 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh
terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan α 5%. Dengan ketentuan, jika Fhitung > dari Ftabel maka hipotesis yang diajukan dapat diterima atau dapat dinilai berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukkan oleh
table koefisien pada kolom signifikansi, yang menunjukkan nilai < α 5%. Selanjutnya dilakukan pula penilaian setiap variabel bebas yang dilakukan untuk melihat variabel
apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variabel yang ada.
Pengujian dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial. Tingkat pengaruh
yang signifikan juga didasarkan pada α 5%. Atau melihat nilai t hitung harus lebih besar dar t tabel. Sebaliknya jika t hitung < dari t tabel maka pengaruh yang terjadi
(58)
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1.Deskriftif Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan satu tahap, yaitu dengan cara
memberikan sebanyak 44 (empat puluh empat) Kuesioner kepada responden meliputi
44 SKPD di lingkungan pemerintah Provinsi Jambi, yang terdiri dari 10 Badan, 17
Dinas, 9 Biro, dan 8 Kantor. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
kuesioner dijemput kembali. Dari 44 (empat puluh empat) kuesioner yang
dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 42 (empat puluh dua). Dan yang cacat
tidak ada, Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data
sebanyak 42 (empat puluh dua). sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Distribusi Kuesioner J u m l a h
Kembali No Keterangan
Instansi Sebar
Baik Rusak
tidak kembali
1 Sekretariat Daerah (Biro) 9 9 9 - 0
2 Badan 10 10 10 - 0
3 Dinas 17 17 17 - 0
4 Kantor 8 8 6 - 2
Jumlah 44 44 42 - 2
(59)
5.1.1Deskripsi Lokasi
Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada jajaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi dengan jumlah 44 SKPD,
terdiri dari 10 Badan, 17 Dinas, 9 Biro, dan 8 Kantor. Provinsi Jambi secara resmi
menjadi Provinsi Tahun 1957 sesuai dengan Undang-undang No.61 tahun 1958
tanggal 25 Juni 1958. Provinsi Jambi terletak antar 0º 45¹ sampai 2º 45¹ LS dan 101º
10¹ sampai 104º 55¹ BT, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan
Kepulauan Riau, sebelah timur dengan dengan Laut Cina Selatan, sebelah selatan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan
Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, dengan luas wilayah Provinsi Jambi 53.435,
38 Km² dan luas lautan 425,5 Km². Secara administrasi daerah terdiri dari 1 (satu)
Kota dan 9 (sembilan) Kabupaten.
5.1.2Karateristik Penelitian
Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data
tentang demograpi responden penelitian yang terdiri dari: (1) Tingkat pendidikan, (2)
jabatan responden, (3) pangkat dan golongan, (4) lama bekerja, dan (5) diklat yang
(60)
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Responden
No Latar Belakang Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SLTA 1 2,38 %
2 D3 1 2,38 %
3 S1 17 40,48 %
4 S2 23 54,76 %
5 S3 - -
Total 42 100 %
Sumber : Lampiran 5
Tingkat pendidikan responden relatif tinggi, karena hanya 2 orang atau 4,76 %
dari responden mempunyai tingkat pendidikan dibawah S1. Sedangkan yang
memiliki tingkat pendidikan S1 ada sebanyak 17 orang atau 40,48 %, dan ada 54,76
% atau sebanyak 23 orang dari responden memiliki jenjang pendidikan S2.
Tabel 5.3 Jabatan Responden
No Jabatan Frekuensi Persentase
1 Kepala badan/Dinas/Instansi 4 9,53 % 2 Sekretaris/Kabid/Kabag/Kasubdin 14 33,33 % 3 Kasubid/Kasubag/Kasie 24 57,14 %
Total 42 100 %
Sumber : Lampiran 5
Sedangkan untuk jabatan responden meliputi 4 orang atau 9.53 % menduduki
jabatan eselon II (Kepala Badan/Dinas/Instansi), 14 orang menduduki jabatan eselon
III (Sekretaris/Kabid/Kabag/Kasubdin), dan yang 24 orang lagi memduduki jabatan
eselon IV ( Kasubid/Kasubag/Kasie). Ini terlihat bahwa dengan kesibukan dan
padatnya kegiatan dan pekerjaan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sebagai Pengguna Anggaran, hanya ada 4 orang Kepala SKPD yang bersedia mengisi
(61)
tanggung jawab pengisian kuesioner kepada pejabat dibawah jajarannya yang
bertanggung jawab terhadap pengelola keuangan daerah.
Tabel 5.4 Pangkat/Golongan Responden
No Pangkat / Golongan Frekuensi Persentase
1 Golongan IV 12 28,57 %
2 Golongan III 30 71,43 %
3 Golongan II - -
Total 42 100 %
Sumber : Lampiran 5
Sementara untuk pangkat dan golongan dari responden cukup tinggi karena
tidak ada responden yang berpangkat/Gol II. Adapun Pangkat dan Gol Responden
meliputi 12 orang atau 28,57 % berpangkat/Gol IV, dan 30 orang dari responden
berpangkat/Gol III.
Tabel 5.5. Lama Bekerja Responden
No Lama Bekerja Frekuensi Persentase
1 1 – 5 tahun - -
2 6 – 10 tahun 3 7,14 %
3 11 – 15 tahun 9 21,43 %
4 16 – 20 tahun 13 30,95 %
5 > 20 tahun 17 40,48 %
Total 42 100 %
Untuk Tingkat Pengalaman bekerja responden juga relatif tinggi, karena
hanya ada 3 orang atau 7,14 % dari responden yang mempunyai Pengalanan Bekerja
6-10 tahun. Ini terlihat ada 9 orang atau 21,43% orang memiliki pengalaman berkerja
(62)
tahun, sedangkan yang mempunyai pengalaman bekerja lebih dari 20 tahun sebanyak
17 orang atau 40,48 %.
Tabel 5.6. Kursus/Diklat/Bintek di Bidang Akuntansi, Keuangan dan Penyusunan Anggaran
No
Kursus/Diklat/Bintek Akuntansi, Keuangan dan
Penyusunan Anggaran
Frekuensi Persentase
1 Tidak Pernah 7 16,67 %
2 Minim Sekali 1 2,38 %
3 Pernah 15 35,71 %
4 Sering 12 28,57 %
5 Sangat Sering 7 16,67 %
Total 42 100 %
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Kursus/Diklat/Bintek di bidang akuntansi,
keuangan dan penyusunan anggaran yang telah diikuti oleh responden menunjukkan
bahwa sebagian besar responden pernah mengikuti Kursus/Diklat/Bintek di bidang
akuntansi, keuangan dan penyusunan anggaran yaitu 34 orang atau 80,95 % dan
hanya 7 orang atau 16,66 % yang tidak pernah mengikuti Diklat, sementara hanya 1
orang atau 2,38 % minim sekali.
5.1.3 Uji Responden Bias
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diantar langsung oleh
peneliti (personally administered). Peneliti menemui setiap responden dan
memberikan kuesioner kepada mereka. Setelah kuesioner dikirim ke responden, 6 dan
7 hari kemudian kuesioner tersebut dijemput kembali. Tetapi ada juga kuesioner yang
(63)
ada 7 dari kuesioner yang langsung diisi responden pada saat kuesioner diberikan.
Karena masa penerimaan kembali kuesioner yang satu dan lain relatif sama, maka
dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian respon bias. Ringkasan proses
pengumpulan data dapat dilihat pada lampiran 2.
5.2 Analisis Data
5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian
maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan
uji validitas dan Reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian
adalah data primer.
5.2.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software SPSS, nilai
validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka
korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka
instrumen tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan
bahwa tidak seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel
penelitian dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak seluruh r hitung lebih
besar r tabel. Dimana nilai r tabel untuk sampel sebanyak 42 adalah 0,297,
(64)
Tabel 5.7 Uji Validitas Variabel
Variabel Butir Instrumen r hitung R tabel Ket
Kinerja SKPD (Y) a. KINERJA 1
b. KINERJA2 c. KINERJA3 d. KINERJA4 0,708 0,774 0,655 0,611 0,297 0,297 0,297 0,297 Valid Valid Valid Valid
Kualitas SDM (X1) a. SDM 1
b. SDM 2 c. SDM 3 d. SDM 4
0,456 0,654 0,248 0,374 0,297 0,297 0,297 0,297 Valid Valid Tidak Valid Valid
Komunikasi (X2) a. KOMUNIKASI 1
b. KOMUNIKASI 2 c. KOMUNIKASI 3 d. KOMUNIKASI 4 e. KOMUNIKASI 5 f. KOMUNIKASI 6 g. KOMUNIKASI 7 h. KOMUNIKASI 8 i. KOMUNIKASI 9 j. KOMUNIKASI 10 k. KOMUNIKASI 11 l. KOMUNIKASI 12 m.KOMUNIKASI 13 n. KOMUNIKASI 14 o. KOMUNIKASI 15 p. KOMUNIKASI 16 q. KOMUNIKASI 17
0,378 0,877 0,826 0,790 0,163 0,877 0,826 0.790 0,164 0,000 0,006 0,085 0,877 0,826 0,790 0,492 0,422 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sarana Pendukung (X3) a. SARANA 1
b. SARANA 2 c. SARANA 3 d. SARANA 4 e. SARANA 5 f. SARANA 6 g. SARANA 7 h. SARANA 8 i. SARANA 9 j. SARANA 10
0,402 0,418 0,383 0,457 0,524 0,407 0,531 0,756 0,526 0.528 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
(65)
Komitmen Organisasi (X4) a. KOMITMEN 1 b. KOMITMEN 2 c. KOMITMEN 3 d. KOMITMEN 4 e. KOMITMEN 5 f. KOMITMEN 6 g. KOMITMEN 7 h. KOMITMEN 8 i. KOMITMEN 9 j. KOMITMEN 10 k. KOMITMEN 11 l. KOMITMEN 12 m.KOMITMEN13 n. KOMITMEN14 o. KOMITMEN15 0,597 0,700 0,227 0,805 0,723 0,723 0,805 0,723 0,723 0,805 0,723 0,723 0,140 0,137 0,024 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 0,297 Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid
Lanjutan Tabel 5.1
Sumber : Lampiran 6
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel kualitas SDM dapat disimpulkan
bahwa ada satu item pertanyaan yang tidak valid, yaitu item pertanyaan nomor 3.
Oleh sebab itu item tersebut tidak dimasukkan sebagai item pertanyan untuk
mengolah data selanjutnya. Hal ini dapat dilihat bahwa r hitung variabel kualitas
SDM lebih rendah dari nilair r tabel. Dimana nilai r tabel untuk sampel sebanyak 42
adalah 0,297. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan
uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Jika nilai Cronbach’s
alpha lebih besar dari 0.6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel.
Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel komunikasi dapat disimpulkan
(66)
pertanyaan variabel komunikasi lebih rendah dari nilair r_tabel. Dimana nilai r tabel
untuk sampel sebanyak 42 adalah 0,297. Setelah dilakukan uji validitas, langkah
selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai
cronbach’s alpha. Jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6 maka kuesioner
penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa
nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data
penelitian dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel sarana pendukung dapat
disimpulkan bahwa semua item pertanyaan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa r hitung
item pertanyaan variabel lebih besar dari nilair r_tabel. Dimana nilai r tabel untuk
sampel sebanyak 42 adalah 0,297. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya
adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha.
Jika nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6 maka kuesioner penelitian tersebut
dinyatakan reliabel. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha
lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel komitmen organisasi dapat
disimpulkan bahwa ada empat item pertanyaan yang tidak valid, yaitu item
pertanyaan nomor 3,13,14,dan 15. Oleh sebab itu item tersebut tidak dimasukkan
sebagai item pertanyan untuk mengolah data selanjutnya. Hal ini dapat dilihat bahwa
r hitung variabel lebih rendah dari nilair r_tabel. Dimana nilai r tabel untuk sampel
sebanyak 42 adalah 0,297. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah
(67)
Cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan
reliabel. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar
dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel kinerja dapat disimpulkan
bahwa semua item pertanyaan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa r hitung variabel
kinerja SKPD lebih besar dari nilai r_tabel. Dimana nilai r tabel untuk sampel
sebanyak 42 adalah 0,297.
5.2.1.2 Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji
reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Jika nilai Cronbach’s
alpha lebih besar dari 0.6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel.
Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel. Menurut Nunnally
dalam Ghozali (1967) Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.
Tabel 5.8 Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Alpha
Cronbach’s
Batas Reliabilitas
Keterangan
Kinerja SKPD (Y) Kualitas SDM (X1) Komunikasi (X2) Sarana Pendukung (X3) Komitmen Organisasi (X4)
0,844 0,646 0,941 0,802 0.943 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
(68)
5.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh deskripsi data
penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.9 Deskripsi Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SDM 42 1.00 4.67 2.8730 1.02000
Komunikasi 42 1.33 4.92 4.1806 .56696
Sarana 42 2.50 5.00 3.6024 .53896
Komitmen 42 2.00 5.00 3.3160 .85640
Kinerja 42 2.25 5.00 4.1310 .51572
Valid N (listwise) 42
Sumber: Lampiran 6
Nilai rata-rata kinerja SKPD sebesar 4,13 yang menunjukkan bahwa kinerja SKPD di
Pemerintah Provinsi Jambi berada di atas rata-rata. Nilai rata-rata Kualitas SDM
sebesar 2,87 menunjukkan bahwa rata-rata Kualitas SDM berada di bawah rata-rata.
Komunikasi dengan nilai rata-rata sebesar 4,18 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
komunikasi diatas rata-rata. Sarana pendukung dengan nilai rata-rata sebesar 3,60
menunjukkan bahwa nilai rata-rata sarana pendukung diatas rata-rata dan Komitmen
Organisasi dengan nilai rata-rata sebesar 3,31 menunjukkan bahwa responden
mempunyai komitmen organisasi yang cukup tinggi dalam pengelolaan keuangan
(1)
101
Lampiran 8 . Uji Regresi
Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Komitmen,
Sarana, SDM, Komunikasia
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kinerja
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .851a .725 .695 .42927
a. Predictors: (Constant), Komitmen, Sarana, SDM, Komunikasi b. Dependent Variable: Kinerja
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 17.936 4 4.484 24.334 .000a
Residual 6.818 37 .184
1
Total 24.755 41
a. Predictors: (Constant), Komitmen, Sarana, SDM, Komunikasi b. Dependent Variable: Kinerja
(2)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) -.238 .468 -.509 .614
SDM .439 .174 .395 2.528 .016 .305 3.274
Komunikasi .351 .173 .321 2.024 .050 .297 3.372
Sarana .260 .185 .177 1.403 .169 .466 2.145
1
Komitmen .054 .125 .053 .434 .667 .506 1.976
a. Dependent Variable: Kinerja
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index (Constant) SDM Komunikasi Sarana Komitmen
1 4.946 1.000 .00 .00 .00 .00 .00
2 .024 14.332 .40 .01 .01 .02 .40
3 .016 17.403 .25 .25 .03 .02 .46
4 .008 24.891 .20 .00 .35 .73 .05
1
5 .006 29.133 .16 .74 .60 .23 .08
a. Dependent Variable: Kinerja
Statistics
Pendidikan Jabatan Pangkat Pengalaman Diklat
(3)
Statistics
Pendidikan Jabatan Pangkat Pengalaman Diklat
Valid 42 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0 0
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.1595 4.7719 3.8567 .66142 42
Std. Predicted Value -2.566 1.384 .000 1.000 42
Standard Error of Predicted
Value .075 .222 .144 .037 42
Adjusted Predicted Value 2.1652 4.8097 3.8689 .66574 42
Residual -.88303 .89069 .00000 .40779 42
Std. Residual -2.057 2.075 .000 .950 42
Stud. Residual -2.403 2.172 -.013 1.011 42
Deleted Residual -1.20516 .97599 -.01227 .46343 42
Stud. Deleted Residual -2.580 2.294 -.015 1.039 42
Mahal. Distance .269 9.983 3.905 2.434 42
Cook's Distance .000 .421 .028 .066 42
Centered Leverage Value .007 .243 .095 .059 42
(4)
(5)
(6)