Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dirto Hadisusanto dkk, Dwi Siswoyo, 2007: 24 mengatakan bahwa fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilaksanakan oleh pendidikan . Tugas atau misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik maupun kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup. Fungsi pendidikan diatur dalam pasal 2 UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3, yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” Dwi Siswoyo, 2007: 25. Dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa tidak terlepas dari faktor kesehatan jasmani dan rohani, tanpa adanya jasmani dan rohani yang sehat fungsi pendidikan tidak akan dapat berjalan. Berdasarkan fungsi pendidikan di atas bahwa dalam melaksanakan pendidikan tidak hanya terfokus pada kegiatan pendidikan formal di kelas, namun juga mempelajari tentang pendidikan kesehatan di luar kelas. 2 Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal –hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya Notoatmodjo, 2007: 12. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat. Pendidikan merupakan sarana yang digunakan oleh seorang individu agar nantinya mendapat pemahaman terkait kesadaran kesehatan. Kebanyakan orang menilai apabila seseorang itu mendapat proses pendidikan yang baik dan mendapat pengetahuan kesehatan yang cukup maka ia juga akan mempunyai tingkat kesadaran kesehatan yang baik pula. Dengan begitu maka diharapkan orang tersebut akan menerapkan pola hidup sehat dalam hidupnya dan bisa menularkannya ke orang-orang di sekitarnya. Dengan memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, kuantitas orang yang sudah punya bekal tentang dasar- dasar hidup sehat akan besar jumlahnya. Sekolah juga bisa menjadi mitra Puskesmas yang bisa memberikan pendidikan kesehatan sampai tingkat pelosok. Melalui pendidikan kesehatan di sekolah diharapkan dapat membentuk karakter siswa agar selalu menerapkan pola hidup bersih di lingkungan sekolah. Pendidikan kesehatan dilaksanakan baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Oleh karena itu sekolah merupakan lembaga yang tepat untuk melaksanakan transfer ilmu, termasuk ilmu yang 3 berkaitan dengan kesehatan. Tujuan Pendidikan Kesehatan untuk peserta didik meliputi 1 untuk memberikan pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur; 2 memberikan nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat; 3 memberikan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan; 4 membiasakan hidup sehari –hari yang sesuai dengan syarat kesehatan; 5 dan memberikan kemampuan untuk melaksanakan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari Tim Pembina UKS Pusat, 1996: 21. Hal ini sejalan dengan Undang –Undang No. 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan di sekolah atau Madrasah. Di dalam sebuah sekolah tentunya ada program kesehatan sekolah yaitu UKS atau Usaha Kegiatan Sekolah. UKS adalah upaya pelayanan kesehatan yang terdapat di sekolah yang bertujuan menangani anak didik yang mengalami kecelakaan ringan. Keberadaan UKS di sekolah sangat besar manfaatnya dalam hal pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah, terutama pada aspek status gizi dan kesehatannya. Hal ini disebabkan karena anak-anak usia sekolah tersebut merupakan kelompok umur yang sangat rawan terhadap masalah gizi dan kesehatan Diffah Hanim dkk, 2005: 1-2. 4 Pelaksanaan perilaku hidup sehat anak di sekolah dilakukan dengan cara pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yaitu dengan lomba sekolah sehat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Staf JPD Jaminan Pendidikan Daerah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mengatakan bahwa Sekolah yang berada di Kota Yogyakarta sulit untuk mencapai atau maju lomba sekolah sehat ke tingkat Nasional karena beberapa permasalahan diantaranya: 1 Jer Basuki Mawa Bea yang artinya Biaya pendidikan yang diberikan pemerintah hanya untuk biaya operasional rutin dan tidak mencukupi untuk pemenuhan sarana prasarana sekolah non rutin; 2 Keterbatasan lahan, karena lahan sekolah di Kota Yogyakarta kecil sehingga untuk membuat penghijauan atau sarana prasarana idealnya sekolah sehat sulit dicapai. Hal tersebut adalah suatu kendala sekolah di Kota Yogyakarta sering gagal masuk kejuaran lomba sekolah sehat ke tingkat Nasional karena tidak memenuhi instrumen yang ada. Menteri Kesehatan melalui program Usaha Kegiatan Sekolah mengatakan, tingkat kesehatan serta kebiasaan perilaku hidup sehat anak usia sekolah dapat ditingkatkan. Misalnya dengan menjaga lingkungan sekolah, menjaga kebersihan dan mutu gizi makanan dan minuman yang tersedia dikantin, teladan hidup sehat dari guru, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan olahraga. Ahli gizi dari Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Pergizi Pangan Jawa Tengah Agus Sartono, menyebutkan tujuh dari 10 anak Indonesia 70 persen 5 kekurangan gizi sarapan. Padahal gizi sarapan sangat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menangkap pelajaran dan beraktivitas fisik. Agus Sartono juga mengemukakan bahwa, 4 dari 10 anak kondisi sarapan sehat sudah lebih baik, namun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sarapan sehat sebelum pukul 09.00 WIB harus terus digalakkan, Indira Rezkisari dalam Republika . Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL Dinkes Pacitan Bambang Wijanarko, mengatakan bahwa diare seolah mewabah di wilayah Pacitan dengan jumlah penderita cukup banyak. Dinas kesehatan dinkes setempat mencatat sepanjang Januari-April 2016 sudah ada 2.460 penderita diare. Rinciannya, 851 penderita pada bulan Januari, bulan Februari ada 672 penderita, 544 penderita tercatat pada bulan Maret dan April sudah ada 393 penderita. “Pemicu utama karena pergantian cuaca atau musim pancaroba ’’. Dari ribuan penderita tersebut, kata Bambang, mayoritas penderitanya adalah anak-anak. Karena anak-anak paling rentan serangan bakteri penyebab diare. Terutama dari makanan dan minuman yang kurang terjaga kebersihannya. Mengingat anak-anak kerap jajan sembarangan dan kurang pengawasan orangtua. “Selain jenis makanan, kebersihan peralatan makan juga kurang terjaga,’’ imbuhnya Redaksi dalam Jawa Pos Radar Madiun. Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia, Naning Adiwoso mengungkapkan, masih banyak toilet yang tidak bersih dan higienis di sekolah dasar hingga tingkat universitas kawasan Jakarta maupun daerah lainnya. Hal 6 ini menyebabkan anak-anak rentan terserang penyakit seperti diare. Dampak jangka panjang, prestasi di sekolah bisa menurun akibat anak-anak menjadi jarang masuk ke sekolah karena sakit. Masalah lain yang sering ia temui adalah toilet murid dan guru di sekolah dasar yang terpisah. Toilet guru sering kali lebih bersih dari muridnya. Padahal, kebersihan toilet untuk para murid sama pentingnya. Menurut Naning, akhirnya para guru tidak bisa mengawasi anak- anak yang masih harus diajarkan menjaga kebersihan toilet. Dinding-dinding kamar mandi juga sering kali dicorat-coret oleh anak-anak Dian Maharani dalam Kompas. Berdasarkan beberapa masalah umum yang terjadi tersebut, membuktikan bahwa kebersihan lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Beberapa yang perlu diperhatikan yaitu mulai dari perilaku hidup bersih dan sehat, ketersediaan sanitasi, sarana air bersih, kebiasaan buang air besar, kebiasaan cuci tangan memakai sabun, pengelolaan air minum, jajanan anak sekolah, cara menggosok gigi yang benar, cara memotong kuku dan lain-lain. Guna mencegah dan mengurangi berbagai masalah tersebut diperlukan pola hidup bersih dan sehat, PHBS tidak hanya mengandalkan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan saja, namun perlu dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan. Maka dari itu sekolah harus melaksanakan program sekolah sehat yang telah ada dalam menunjang sekolah yang sehat dan bersih. 7 Sekolah sehat ini merupakan turunan kebijakan dari Usaha Kesehatan Sekolah UKS dalam Surat Keputusan Bersama, Nomor 1USKB2003; NOMOR 1067MENKESVII2000; NOMOR MA230 A2003; NOMOR 26 Tahun 2003 dari Direktorat Jendral Menteri yang dilakukan oleh SKB Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yaitu Kementerian Pendidikan, Kementerian dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama Diffah Hanum dkk, 2005: 4. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya Diffah Hanim dkk, 2005: 3-4. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa Sekolah Dasar Tegalrejo 1 merupakan salah satu Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta yang terletak di Jalan Bener No. 40 Yogyakarta. SD N Tegal Rejo 1 yang sudah menjalankan program Sekolah sehat sejak tahun 2000 dan menjuarai lomba sekolah sehat tingkat Provinsi pada tahun 2006. Pada saat ini SD Tegalrejo akan maju lomba Sekolah Sehat tingkat Nasional tahun 2016. SD Negeri Tegalrejo ini pernah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional pada tahun 2012. Selain itu SD N Tegalrejo juga mengikuti Kompetisi bertema Sehat Dimulai dari Sekolahmu . Tema ini merupakan bagian dari program 8 Caravan Gizi Nestlé DANCOW , yang bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia PDGMI dan Kemendikbud RI. Program Sekolah Sehat ini dilakukan sesuai dengan Trias UKS, yaitu Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan lingkungan sehat. Pendidikan kesehatan meliputi pelatihan dokter kecil, dan sosialisasi- sosialisasi. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan di Sekolah Dasar meliputi penjaringan kesehatan dan immunisasi bekerja sama dengan Puskesmas, Pengawasan kantin sekolah oleh Badan POM dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Pemeriksaan kesehatan secara berkala tiap 6 bulan sekali oleh Guru dan dari pihak Puskesmas setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengurus UKS bahwa kondisi Sekolah sebelum program sekolah sehat diterapkan yakni SD N Tegalrejo masih kurang dalam menjaga kebersihan lingkunganya, itu terlihat dari pengetahuan dari siswa, guru, dan warga sekolah tentang fungsi dari UKS sangat kurang, mereka menganggap bahwa UKS adalah pekerjaan dari pengelola UKS saja. Selain itu keterlibatan semua warga sekolah, masyarakat, dan keluarga tentang pentingnya menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dan pentingnya menjaga lingkungan sekolah masih kurang. Masalah kesehatan di sekolah dasar sangat kompleks dan bervariasi. Kompleksitas dan bervariasinya masalah yang terkait dengan peserta didik yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat, ketersediaan sarana sanitasi dan sarana air bersih. Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS tidak bisa terwujud bila hanya mengandalkan pada pembelajaran pendidikan jasmani 9 olahraga dan kesehatan saja, tetapi PHBS perlu menjadi budaya untuk semua warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, siswa, karyawan dan setiap orang yang berperan di dalam proses pendidikan. Data yang diperoleh dari grafik yang ada di Ruang UKS SD N Tegalrejo 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 dan 2015 siswa yang ditangani di ruang UKS mengalami penurunan. Hal ini dijelaskan bahwa pada tahun 2014 jumlah siswa yang ditangani di ruang UKS sebanyak 65 siswa sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 41 siswa. Pada tahun 2014 puncak kesehatan siswa yang sakit pada bulan Maret karena pada bulan itu masih musim penghujan dan anak-anak masih banyak yang minum es dan makanan yang tidak terkontrol. Sedangkan pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, frekuensi anak tidak masuk sekolah sudah mulai berkurang dan pada bulan itu adalah waktu saat pelaksanaan ujian kelas 6 dan ujian akhir semester. Sakit yang sering dialami siswa adalah panas, sakit perut dan pusing. Berdasarkan hal itu terjadi karena masih banyak siswa yang tidak sarapan sebelum berangkat kesekolah, PHBS nya kurang, makanan yang tidak terkontrol, nilai gizi kurang, dan kurangnya karbohidrat pada makanan yang siswa makan. Jadi masih banyak siswa yang pingsan saat pelaksanaan upacara. Sedangkan implementasi program sekolah sehat yang ada di SD N Tegalrejo belum sepenuhnya berjalan sesuai yang diharapkan, hal itu terbukti saat peneliti sedang observasi masih ada beberapa siswa yang membuang sampah sembarangan. Guna mencegah dan mengurangi permasalahan tersebut diperlukan pola hidup bersih dan sehat. Pengembangan pola hidup bersih dan 10 sehat tidak bisa hanya mengandalkan proses pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan saja, namun perlu dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan. Apabila pola hidup bersih dan sehat tersebut dipahami dan disadari oleh peserta didik maka perilaku itu akan menjadi budaya dan dibawa sampai kelingkungan keluarganya, masyarakat sekitarnya. Dalam mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan sarana prasarana yang mendukung di sekolah agar tercipta pembiasaan PHBS pada setiap diri peserta didik. Sarana-prasarana yang ada di SD N Tegalrejo 1 dalam mendukung perilaku hidup bersih dan sehat yaitu; Tempat cuci tangan, P3K, Ruang UKS, dan Sudut baca UKS. Berdasarkan kondisi yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian, Hal tersebut sangat menarik untuk dilakukan penelitian yang terkait dengan sekolah sehat, dikarenakan diantaranya masih banyak siswa sekolah yang kekurangan gizi sarapan karena kesibukan orangtua. Selain itu kebersihan sekolah juga sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar siswa 11

B. Identifikasi Masalah