IMPLEMENTASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN DI SDN TEGALREJO 1 SEBAGAI SEKOLAH ADIWIYATA.

(1)

IMPLEMENTASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN DI SDN TEGALREJO 1 SEBAGAI SEKOLAH ADIWIYATA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Devy Ambar Pusvyta Rini NIM 13108244007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Akan ada 1000 macam alasan yang bisa di cari untuk menunda melangkah ke arah perbaikan. Namun, hanya perlu satu kekuatan hati yang mantap untuk

memulai sebuah langkah yang besar.” (Abinya Nasha)

“Kepedulian dimulai dari hal terkecil, yang pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan ”


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku tercinta.

2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, bangsa, dan agama


(7)

vii

IMPLEMENTASI NILAI PEDULI LINGKUNGAN DI SDN TEGALREJO 1 SEBAGAI SEKOLAH ADIWIYATA

Oleh

Devy Ambar Pusvyta Rini NIM 13108244007

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah adiwiyata.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Penentuan sumber data menggunakan teknik purposive meliputi kepala sekolah, guru kelas 3 dan 5, ketua adiwiyata, guru pembimbing ekstrakurikuler dan tiga orang siswa dari kelas 3 dan 5 di SDN Tegalrejo 1. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 melalui proses pembelajaran terencana dalam Silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran guru mengaitkan dengan lingkungan sekitar sehingga siswa mendapatkan pesan berupa nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran terkait dengan lingkungan, dan evaluasi pembelajaran dikembangkan dalam penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui budaya sekolah dilaksanakan dalam kegiatan rutin yaitu piket kelas, jum’at sehat, jum’at bersih, bank sampah, SEMUTLIS, dan SEMUTLIK.Budaya sekolah dengan kegiatan keteladanan ditunjukkan oleh kepala sekolah dan guru yang ikut serta dalam kegiatan membersihkan lingkungan, guru memberikan contoh memilah, membuang sampah sesuai jenisnya, dan mencuci tangan. Kegiatan spontan dilaksanakan guru dengan memperingatkan siswa agar membuang sampah pada tempatnya dan mencuci tangan setelah beraktivitas. Kegiatan pengondisian meliputi tersedianya sarana dan prasarana berupa tempat sampah terpilah, alat kebersihan, kantin sehat, pemanfaatan limbah air wudhu, wastafel, kebun TOGA, green house, toilet, dan poster tentang lingkungan. Implementasi nilai peduli lingkungan melalui ekstrakurikuler terlaksana dalam ekstrakurikuler pramuka dan karawitan yang termuat pada materi yang disampaikan, pembiasaan, dan pemberian sanksi.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Implementasi Nilai Peduli Lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai Sekolah Adiwiyata”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan guru sekolah dasar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dankerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Yogyakarta.

4. Bapak Fathurrohman, M.Pd., dosen pembimbing yang telah banyak memberikan membimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepala sekolah, guru, dan siswa SDN Tegalrejo 1.

6. Bapak dan ibuku tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Ketiga kakak saya Dedy Purwoko, Agus Dry Handoko, dan Susi Lusiani yang tak henti membuat saya bangga dan bahagia.

8. Keenam keponakan saya, Nasha, Nasma, Ian, Angga, Raju, dan Zahra yang selalu memberikan canda dan senyum ceria.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... 1

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Peduli Lingkungan ... 8

1. Nilai ... 8

2. Peduli ... 10

3. Lingkungan ... 10

4. Nilai Peduli Lingkungan ... 11

B. Indikator Nilai Peduli Lingkungan ... 14


(11)

xi

1. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran ... 18

2. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Budaya Sekolah ... 20

3. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Ekstrakurikuler ... 23

D. Sekolah Adiwiyata ... 24

1. Pengertian dan Tujuan Adiwiyata ... 24

2. Prinsip‐prinsip Dasar Program Adiwiyata ... 25

3. Komponen Adiwiyata ... 26

E. Karakteritik Siswa Sekolah Dasar ... 29

F. Kerangka Pikir ... 33

G. Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35

B. Sumber Data Penelitian ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Keabsahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian ... 42

B. Hasil Penelitian... 43

1. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran ... 43

2. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Budaya Sekolah ... 54

3. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Ekstrakurikuler ... 63

C. Pembahasan ... 67

1. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran ... 67

2. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Budaya Sekolah ... 72

3. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Ekstrakurikuler ... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 82


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN ... 87


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter...13 Tabel 2. Keterkaitan Nilai Peduli Lingkungan dan Indikatoruntuk SD...17 Tabel 3. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator dalam

RPP Kelas V Semester 2 Tema 8 “Ekosistem” Subtema 1 “Komponen Ekosistem” Pembelajaran ke-1 yang

Memuat Nilai Peduli Lingkungan...44 Tabel 4. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator dalam

RPP Kelas III Semester 2 Tema 6 “Indahnya Persahabatan” Subtema 3 “Sahabat Satwa” Pembelajaran ke-1 yang

Memuat Nilai Peduli Lingkungan...45 Tabel 5. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses

Pembelajaran...54 Tabel 6. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Budaya Sekolah...61 Tabel 7. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Ekstrakurikuler...66


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1: Konteks Mikro Pendidikan Karakter...18

Gambar 2. Daftar Piket yang tetempel di Dinding Kelas III A...55

Gambar 3. Tata Tertib Kelas tertempel di Dinding Kelas IIIA...55

Gambar 4. Poster tentang Kepedulian Lingkungan...61

Gambar 5. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran di SDN Tegalrejo 1...67


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi...88

Lampiran 2. Pedoman Wawancara...89

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi...93

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan...94

Lampiran 5. Triangulasi Data SDN Tegalrejo 1...97

Lampiran 6. Hasil Wawancara SDN Tegalrejo 1...113

Lampiran 7. Hasil Observasi SDN Tegalrejo 1...155

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...181

Lampiran 9. Silabus...200

Lampiran 10.Tata Tertib Kelas...203

Lampiran 11. Tata Tertib Siswa...204

Lampiran 12. Jadwal Piket Kelas...205


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan merupakan tempat makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) untuk tumbuh dan berkembang. Lingkungan dapat diartikan alam sekitar makhluk hidup tinggal. Makhluk hidup dan lingkungan tidak dapat hidup sendiri, melainkan satu kesatuan utuh yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. lingkungan mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan, sehingga apabila salah satu komponen tersebut hilang maka akan diikuti hilangnya komponen yang lainnya. Komponen yang saling berhubungan dan berkaitan tersebut ialah komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik mencangkup seluruh makhluk hidup di dalamnya seperti manusia, hewan, tumbuhan, jamur, dan benda hidup lainnya. Sedangkan komponen abiotik meliput tanah, udara, air, batu, dan lain sebagainya.

Dari beberapa komponen diatas telah dijelaskan bahwa manusia merupakan salah satu komponen biotik, dimana manusia ialah makhluk hidup yang berakal sehingga mempunyai interaksi paling dekat dengan alam. Manusia membutuhkan alam untuk kehidupannya dan manusia jugalah yang mempengaruhi keadaan alam. Disinilah terlihat bahwa manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam mengelola alam dengan bijak dan penuh pertimbangan sehingga terjadi keseimbangan antar makhluk hidup dengan lingkungan sekitar.

Seiring berkembangnya zaman, manusia yang mempunyai kewajiban untuk menjaga kelestarian alam justru malah bersifat sebaliknya. Kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan juga sudah mulai berkurang. Seperti permasalahan


(17)

2

lingkungan yang tidak pernah lepas dari sampah. Dikutib dari surat kabar online (DNH, 2016), Kota Jogja dalam satu hari dari data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta, ratusan ton sampah dari Kota Yogyakarta dikirim ke TPA Piyungan. Dengan jumlah sampah rata-rata yang dihasilkan tiap harinya adalah antara 210-220 ton.

Permasalahan lingkungan juga ditemui di sekolah-sekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sa’dun Akbar dalam Novan Ardy Wiyani (2012: 159), di beberapa SD sepanjang 2004-2005, ditemukan masalah-masalah yang terjadi di SD salah satunya ialah tentang lingkungan. Ditemukan adanya WC sekolah yang aromanya tidak sedap (41%), coret-coretan di KM/WC sekolah (44%), sampah yang berceceran di sembarang tempat (51%), aksesori/ pajangan berupa kata-kata mutiara, gambar pahlawan, kata-kata bijak yang masa pemajangannya sangat lama/ jarang diganti (40%), jajanan disekitar SD yang mengandung zat pewarna (33%), jajanan dilingkungan SD yang terkesan kurang bersih (32%), dan jajanan di sekitar sekolah yang mengandung zat pengawet makanan (35%).

Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan ikut andil dalam menindak lanjuti persoalan lingkungan. Untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang semakin hari semakin bertambah banyak dan beragam, pemerintah mempunyai berbagai program dalam mengatasi pemasalahan yang berkaitan dengan lingkungan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program penerapan pendidikan karakter pada satuan pendidikan. Pembiasaan karakter pada tujuh satuan pendidikan, yaitu: TK/ PAUD, SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK


(18)

3

dan perguruan tinggi (Kemendiknas, 2011: 22). Terdapat 18 nilai pendidikan karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter, salah satu dari 18 nilai karakter ialah nilai peduli lingkungan. Nilai peduli lingkungan ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaki kerusakan alam yang sudah terjadi (Kemendiknas, 2010:10). Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2006 juga mencanangkan Program ADIWIYATA sebagai tindak lanjut dari kesepakatan antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional dalam mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata (KLH dan Kemendikbud, 2011:2).

Di Kota Yogyakarta terdapat beberapa daftar sekolah mulai dari jenjang SD hingga SMA sederajat yang mendapat gelar sekolah adiwiyata tingkat kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, maupun tingkat mandiri. Sekolah-sekolah tersebut diantaranya SDN Bhayangkara, SDN Kotagede, SDN Lempuyangwangi, SDN gedongkiwo, SDN Serayu, SD Tegalrejo 1, SD Ungaran 1, SD Tarakanita, SMPN 8 Yogyakarta, SMPN 4 Yogyakarata, SMAN 8 Yogyakarta, dan lain-lain (Humas Pemkot YK,2016). Untuk memperoleh gelar sekolah adiwiyata sekolah telah mencapai keempat kompenen adiwiyata yang telah ditetapkan. Keempat komponen tersebut ialah 1) kebijakan berwawasan lingkungan, 2) pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, 3) Kegiatan lingkungan berbasis partisipasif, dan 4) pengelolaan pendukung ramah lingkungan (KLH dan Kemendikbud, 2011:3).


(19)

4

Dari beberapa nama sekolah yang tertera di atas terdapat salah satu sekolah yang terdaftar mengikuti sekolah adiwiyata dan pernah mendapatkan gelar sekolah adiwiyata tingkat nasional pada tahun 2012 yaitu SDN Tegalrejo 1. Prestasi yang terkait dengan lingkungan juga banyak didapatkan oleh SDN Tegalrejo 1. Diantaranya ialah juara 2 dokter kecil tingkat nasional, juara 1 sekolah sehat tingkat provinsi, dan 10 besar sekolah sehat tingkat nasional. SDN Tegalrejo saat ini juga ditunjuk oleh BLH untuk mengajukan sekolah adiwiyata mandiri. Selain sebagai sekolah Adiwiyata SDN Tegalrejo 1 juga mengembangkan nilai karakter pada warga sekolah salah satu nilai karakter yang dikembangkan ialah nilai peduli lingkungan. Wujud implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 salah satunya tertuang dalam visi dan misi sekolah. Dimana visi tersebut berbunyi “ Terwujudnya insan yang berkarakter, kreatif, inovatif, sehat jasmani rohani, berbudaya, dan cinta lingkungan”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 15 Oktober 2016, SDN Tegalrejo 1 dalam pelaksanaan pendidikan karakter khususnya nilai peduli lingkungan terintegrasi dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan tema yang diajarkan. Selan itu, setiap hari Jum’at SDN Tegalrejo 1 terdapat kegiatan yang dinamakan Jum’at Sehat. Bentuk keteladanan untuk menanamkan nilai peduli lingkungan juga terlihat dalam bentuk poster dan slogan-slogan yang berada pada dinding sekolah ataupun lorong-lorong sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 15 Oktober 2016 dan 6 November 2016, sekolah masih menemui permasalahan dalam menerapkan nilai peduli lingkungan. Diantaranya yaitu siswa membuang sampah tanpa memilah


(20)

5

jenis sampah dan SDN Tegalrejo 1 mempunyai program untuk mengurangi sampah di sekolah namun masih ditemui siswa yang masih membawa plastik bekas jajan dari luar ke dalam sekolah. Dari beberapa permasalahan yang dialami, sekolah berusaha untuk mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Berangkat dari hal tertulis diatas, menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian yang berfokus pada implementasi nilai karakter peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah yang sudah menerima penghargaan adiwiyata nasional. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Implementasi Nilai Peduli Lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai Sekolah Adiwiyata”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, ada permasalahan yang dapat diidentifikasi. Adapun identifikasi masalah yang dimaksut adalah sebagai berikut.

1. Ditemukan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan di Sekolah Dasar sepanjang tahun 2004-2005.

2. WC sekolah yang beraroma tidak sedap dan terdapat coret-coretan.

3. Jajanan disekitar SD yang mengandung zat pewarna, zat pengawet, dan terkesan kurang bersih.

4. Siswa SDN Tegalrejo 1 membuang sampah tidak memilah sesuai jenis sampah.


(21)

6

5. Belum diketahui secara jelas implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1.

C. Pembatasan Masalah

Peneliti ingin membatasi masalah pada implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, peneliti merumuskan permasalahan yaitu:

Bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut ini. 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapakan dapat digunakan sebagai bahan kajian tentang penerapan nilai peduli lingkungan di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan


(22)

7

terhadap semua warga sekolah berkaitan dengan pelaksanaan penerapan nilai peduli lingkungan di sekolah.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan kepada siswa dan diri sendiri untuk lebih menyadari pentingnya peduli lingkungan di sekolah.

c. Bagi peniliti, diharapkan menjadi suatu pengalaman serta memperoleh gambaran nyata tentang implementasi nilai peduli lingkungan di sekolah dasar.


(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Peduli Lingkungan

1. Nilai

Nilai mempunyai beberapa pengertian. Nilai menurut Lorens Bagus (2005: 713) dalam bahasa Inggrisnya value berasal dari bahasa Latin valere diartikan sebagai berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, kuat. Sehingga nilai sering diartikan sebagai suatu kualitas hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan.

Selain itu menurut Louis O. Kattsoff dalam Soejono Soemargono (2004:323), mengatakan bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga cara, yaitu (1) nilai sepenuhnya berhakekat subjektif, tergantung pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri; (2) nilai merupakan kenyataan-kenyataan (ditinjau dari segi Ontology), namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu, nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal; serta (3) nilai-nilai merupakan unsur objektif yang menyusun kenyataan.

Nilai menurut Rukiyati, dkk (2013: 51-52) adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan objek itu sendiri yang dinamakan nilai. Nilai berkaitan dengan suatu hal yang ideal dan bersifat normatif yang harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari berupa fakta. Nilai dipakai dan diperlukan manusia untuk menjadi landasan alasan, motivasi dalam segala sikap, tingkahlaku dan perbuatannya.

Nilai dalam pendekatan terminologis, para ahli mengajukan aneka pengertian tentang nilai, sesuai dengan sudut pandang yang digunakan atau


(24)

9

berdasarkan lingkup keilmuan para ahli tersebut, diantaranya ialah sebagai berikut (Ernita Dewi dan Syarifuddin, 2013: 5-7).

1) Driyarkara, filsuf, menurutnya “nilai adalah hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia”.

2) Max Scheller, filsuf Jerman, mengatakan bahwa, “ nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori atau merupakan yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman inderawi terlebih dahulu”.

3) Sidi Gazalba, mengatakan “nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan merupakan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan berdasarkan penghayatan yang dikehendaki atau yang tidak dikehendaki”. 4) Fraenkel, menurutnya, “value is any idea, a concept, about what some one

think is important in life, (nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau yang dianggap penting oleh seseorang, biasanya mengacu kepada estetika (keindahan), etika pola perilaku, dan logika benar-salah atau keadilan)”.

5) Ending Sumantri berpendapat, bahwa “nilai adalah sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna serta menyenangkan dalam kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap yang ada pada diri atau hati nuraninya.

6) H. M. Chotob Thoha menganggap “nilai adalah merupakan sikap yang melekat pada sesuatu sistem kepercayaan yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti manusia yang meyakini, atau dikatakan juga nilai sebagai sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan dalam suatu tingkah laku.

7) Richard Merril, menurutnya nilai adalah patokan atau standar pola-pola pilihan yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah satisfaction, fulfillment, and meaning.

8) Kenneth Andersen dalam bukunya “Introduction to Communication Theory and Practise” mendefinisikan nilai sebagai jenis sikap, suatu sikap yang sedemikian umumnya dan sedemikian pervasifnya, sehingga relevan bagi sejumlah besar permasalahan dan kegiatan (a special kind of attitude, an attitude which is so general and so pervasive that it is relevant to a large number of inssues, responses, activities”.

9) Kuntjaraningrat, mengatakan “merupakan suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar keluarga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap bernilai dalam hidup.

Kodhi (Kaelan, 2010: 87-88), menjelaskan bahwa nilai merupakan cita-cita, harapan dambaan dan keharusan. Berbicara tentang nilai berarti berbicara tentang das Sollen, bukan das Sein. Artinya bahwa das Sollen itu menjelma menjadi das


(25)

10

Sein, yang ideal harus menjadi real, yang bermakna normatif harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta.

Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai diartikan sebagai kualitas akan sesuatu. Sesuatu hal yang memiliki kualitas baik akan dijadikan acuan dalam melakukan perbuatan. Nilai juga digunakan manusia sebagai landasan sikap dan tingkahlakunya dalam kehidupan sehari-hari..

2. Peduli

Pembahasan mengenai kata peduli mengambil definisi dari beberapa sumber, sehingga penggunaan kata peduli atau kepedulian sedikit berbeda satu sama lainnya namun memiliki arti yang sama. Peduli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 841) memiliki arti mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan. Selain itu, Schiller dan Tamera (2002: 2) menyatakan bahwa kepedulian adalah cara manusia menanggapi perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain karena secara alami manusia bisa merasakan dan mengenali pribadi orang lain serta membantu orang lain. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa peduli memiliki arti perasaan manusia untuk memperhatikan orang lain dan sekitarnya.

3. Lingkungan

Lingkungan memiliki beberapa definisi, diantaranya menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab 1 Pasal 1 dirumuskan bahwa: “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan


(26)

11

perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

Oemar Hamalik (2003: 195) menyatakan bahwa lingkungan ialah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu pada individu. Lingkungan menurut Juli Soemirat Slamet (1996: 35) adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi. Munadjat Danusaputro (1981: 29) berpendapat bahwa lingkungan (hidup) adalah semua benda, daya (kehidupan) dan kondisi-kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah-lakunya, yang terdapat dalam suatu ruang dimana manusia berada, dan yang mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan manusia serta jazad-jazad hidup lainnya.

Berdasarkan beberapa uraian tentang lingkungan diatas, manusia termasuk dalam lingkungan hidup dimana tingkah laku manusia mempengaruhi kelangsungan bagi kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup lain. Jadi nilai yang berhubungan dengan lingkungan sangat perlu dikembangkan agar manusia peduli dengan lingkungan.

4. Nilai Peduli Lingkungan

Berdasarkan uraian definisi dari nilai, peduli, dan lingkungan dapat disimpulkan pengertian dari nilai peduli lingkungan itu sendiri. Nilai peduli lingkungan adalah sikap atau tindakan manusia terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya, yang diterapkan dalam tingkah laku guna mempengaruhi bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia dengan makhluk hidup lainnya.


(27)

12

Kemendiknas mengidentifikasi ada 18 nilai karakter, salah satunya ialah nilai peduli lingkungan. Kedelapan belas nilai karakter bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun 18 nilai karakter yang dimaksut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter

No. Nilai Deskripsi

1.

Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2.

Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.


(28)

13

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa Sumber: Kemdiknas dan Balitbang, 2010

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa definisi peduli lingkungan menurut Kemendiknas dan Balitbang (2010: 10) ialah menunjuk pada tindakan mencegah dan upaya memperbaiki kerusakan alam dalam kehidupan sehari-hari. Ngainun Naim (2012: 200) juga berpendapat bahwa manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki kepedulian tentang lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Manusia semacam ini memiliki kesadaran bahwa dirinya menjadi bagian yang tidak terpisah dari lingkungan sekaligus berusaha


(29)

14

untuk berbuat sebaik mungkin bagi lingkungannya. Hubungan timbal balik semacam ini penting artinya untuk harmonitas lingkungan. Munculnya berbagai persoalan lingkungan yang semakin hari semakin kompleks merupakan cermin dari tidak harmonisnya relasi manusia dengan lingkungan.

Peduli lingkungan menurut Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida (2013: 203) adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi. Lingkungan merupakan tempat kita berada dan harus dijaga sebaik-baiknya. Jangan sampai lingkungan dibiarkan rusak begitu saja tanpa ada pemeliharaan dan pembaruan. Peduli lingkungan adalah solusi untuk mengatasi krisis kepedulian lingkungan saat ini.

Dari pendapat yang diuraikan diatas, peduli lingkungan dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari guna menjaga lingkungan sekitar. Tindakan yang dilakukan seperti upaya pencegahan ataupun memperbaiki kerusakan alam agar terjalin keharmonisan antar manusia dan lingkungan.

B. Indikator Nilai Peduli Lingkungan

Pelaksanaaan pendidikan karakter di sekolah memerlukan indikator sebagai tolak ukur keberhasilan. Peyusunan indikator diturunkan dari 18 nilai karakter. Selanjutnya berdasarkan deskripsi setiap nilai, disusunlah indikator yang akan dicapai oleh sekolah. Penyusunan indikator juga mengacu pada Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan Rencana Aksi Sekolah. Contoh indikator sekolah dan kelas


(30)

15

untuk nilai peduli lingkungan menurut Endah Sulistyowati (2012: 72) adalah sebagai berikut.

Indikator Kelas

1. Menjaga kebersihan di kelas.

2. Menjaga perilaku hemat energi dan air. Indikator Sekolah

1. Menyediakan tempat pembuangan sampah, tempat cuci tangan, dan kamar mandi yang bersih.

2. Membiasakan perilaku warga masyarakat untuk memelihara tanaman. 3. Hemat energi dan air

Didukung pendapat dari Daryanto dan Suryatri Darmiatun (2013: 141-142) yang juga memaparkan indikator sekolah dan kelas untuk nilai peduli lingkungan sebagai berikut.

Indikator Sekolah

1. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. 2. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan.

3. Menyediakan kamar mandi dan air bersih. 4. Pembiasaan hemat energi.

5. Membuat biopori di area sekolah.

6. Terdapat saluran pembuangan air limbah dengan baik.

7. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik 8. Menyediakan peralatan kebersihan


(31)

16

10.Memrogramkan cinta bersih lingkungan Indikator Kelas

1. Memelihara lingkungan kelas.

2. Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas. 3. Pembiasaan hemat energi.

4. Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.

Berikut ini menggambarkan keterkaitan antara nilai, jenjang kelas, dan indikator untuk karakter peduli lingkungan di Sekolah Dasar.

Tabel 2. Keterkaitan Nilai Peduli Lingkungan dan Indikator untuk SD

Nilai Indikator kelas 1-3 Indikator kelas 4-6 Peduli lingkungan:

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

Buang air besar dan air kecil di WC

Membersihkan WC Membuang sampah di

tempatnya

Membersihkan tempat sampah

Membersihkan halaman sekolah

Membersihkan lingkungan sekolah Tidak memetik bunga

di taman sekolah

Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman Tidak menginjak

rumput di taman sekolah

Ikut memelihara taman di halaman sekolah Menjaga kebersihan

lingkungan kelas

Ikut dalam menjaga kebersihan lingkungan Sumber: Kemendiknas dan Balitbang (2010: 30)

Dari uraian tabel keterkaitan nilai peduli lingkungan dan indikator untuk SD diatas terlihat bahwa indikator keberhasilan pendidikan karakter khusunya nilai peduli lingkungan di sekolah dasar terdiri dari indikator sekolah dan kelas. Selain itu, indikator lebih diperinci lagi menjadi indikator untuk jenjang kelas rendah 1-3 dan kelas tinggi 4-6. Indikator tersebut telah mencakup sikap dan tindakan warga


(32)

17

sekolah untuk melakukan perawatan,pelestarian, dan pemeliharaan sarana prasarana serat lingkungan alam di sekolah.

C. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan di Sekolah Dasar

Penyelenggaraan pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan formal dan nonformal dapat dilihat pada konteks mikro. Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut (Desain Induk Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2025).

Gambar 1. Konteks Mikro Pendidikan Karakter

Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks mikro juga sejalan dengan pendapat Sri Narwati (2011: 53-55) yang menyatakan bahwa penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada proses pembelajaran,


(33)

18

pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar (kegiatan rutin, spontan, keteladanan, dan pengkondisian), kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.

Selain itu, Daryanto dan Suryantri Darmiatun (2013: 88-91) juga berpendapat bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter di SD dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu mengintegrasikan ke setiap mata pelajaran, mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran muatan lokal, dan melalui kegiatan pengembangan diri. Didukung dengan pernyataan Kemendiknas (2010: 5-20) bahwa pengembangan nilai karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum melalui program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah.

Berdasarkan pendapat diatas, pendidikan karakter tidak hanya dilakukan sekolah saja namun juga dilakukan di kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Implementasi atau penerapan nilai peduli lingkungan dalam penelitian ini dilaksanakan di sekolah oleh karena itu berpijak pada pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, budaya sekolah, dan ekstrakurikuler.

1. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran Implementasi nilai peduli lingkungan melalui proses pembelajaran mengacu pada pendapat Puskur (Sri Narwati, 2011: 53) yaitu, penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat dilaksanakan adalah


(34)

19

pembelajaran kontekstual mengajak siswa menghubungkan materi yang dipelajari dengan kejadian nyata, harapan siswa dapat mencari dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Penanaman nilai peduli lingkungan juga mengacu pada pendapat Novan Ardy Wiyani (2013: 185) bahwa pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam mata pelajaran pada dasarnya adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Selain untuk menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari/ peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai khususnya nilai peduli lingkungan dan menjadikannya perilaku. Endah Sulistyowati (2012: 59), menyatakan bahwa integrasi nilai karakter pada mata pelajaran dapat dikembangkan melalui silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kompetensi Dasar (KD) di setiap mata pelajaran yang sudah ada sesuai dengan nilai-nilai karakter yang akan diterapkan. Dalam pengembangan nilai karakter peduli lingkungan, guru dapat memasukkan pada KD yang berkaitannya dengan nilai peduli lingkungan. Selanjutnya guru akan mengembangkan dalam indikator pencapaian, kegiatan pembelajaran dan teknik penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kurikulum 2013 yang dikembangkan dari silabus diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2016 terdiri dari beberapa komponen yang mencakup (1) identitas sekolah, (2) identitas


(35)

20

mata pelajaran atau tema/ subtema, (3) kelas/ semester, (4) materi pokok, (5) alokasi waktu, (6) tujuan pembelajaran, (6) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (7) materi pembelajaran, (8) metode pembelajaran, (9) media pembelajaran, (10) sumber belajar, (11) langkah-langkah pembelajaran, dan (12) penilaian hasil pembelajaran.

Pada kurikulum 2013 yang dijelaskan dalam Permendikbud no 24 Tahun 2016, Kompetensi Dasar diturunkan dari Kompetensi Inti yang terdiri dari, yaitu sikap spiritual (KD turunan dari KI 1), sikap sosial (KD turunan dari KI 2), pengetahuan (KD turunan dari KI 3), dan keterampilan (KD turunan dari KI 4). Penilaian aspek sikap (KI 1 dan KI 2) dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Permendikbud no 23 Tahun 2016 menjelaskan bahwa penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes atau penugasan. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui praktik, proyek, portofolio.

Dari beberapa pendapat diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai peduli lingkungan dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sudah ada. Guru dapat mengintegrasikan nilai peduli lingkungan pada mata pelajaran yang sesuai kemudian mengembangkannya dalam silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat KD dan Indikator terkait tentang nilai peduli lingkungan.

2. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Budaya Sekolah

Implementasi nilai peduli lingkungan dapat dilaksanakan melalui budaya sekolah. Menurut Zamroni (2011:111) budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam


(36)

21

perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah. Budaya sekolah (Kemendiknas, 2010: 19) adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesama, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependi+dikan dengan pendidik dan peserta didik, dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah.

Novan Ardy Wiyani (2013: 100) menyatakan bahwa budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat antar-anggota sekolah saling interaksi. Interaksi tersebut terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Pengembangan budaya sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yang meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengondisian. Didukung oleh pendapat Sri Narwati (2011: 53-55), bahwa pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin. kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian.

Kemendiknas (2010: 15) menjelaskan bahwa kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan rutin penerapan peduli lingkungan adalah: pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain) setiap hari Senin. Sri Narwati (2011: 54)juga berpendapat bahwa kegiatan rutin merupakan kegiatan yang ajeg dilakukan setiap saat. Contoh kegiatan rutin penerapan nilai peduli lingkungan antara lain piket kelas.


(37)

22

Kegiatan spontan (Kemendiknas, 2010: 16) yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Penerapan kegiatan spontan menurut Sri Narwati (2011: 54) dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh penerapan nilai peduli lingkungan secara spontan ialah membuang sampah pada tempatnya.

Keteladanan menurut Kemendiknas (2010: 17) adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Misalnya, berpakaian rapi dan menjaga kebersihan. Selain itu, penerapan keteladan menurut Paskur (Sri Narwati, 2011:54) merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain. Contoh penerapan nilai peduli lingkungan guru menjadi pribadi yang bersih dan rapi, menjaga kebersihan.

Sri Narwati (2011: 54-55) menjelaskan bahwa berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik


(38)

23

adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas. Adapun pengkondisian nonfisik misalnya mengelola konflik antara guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai peduli lingkungan melalui program budaya sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.

3. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Ekstrakurikuler

Implementasi nilai peduli lingkungan juga dapat dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sri Narwati (2011: 55) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran dimana kegiatan ini mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Hal senada juga diungkapkan oleh Novan Ardy Wiyani (2013: 110), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang tercakup dalam kurikulum yang dilaksanakan di luar mata pelajaran untuk mengembangkan bakat, minat, kreativitas, dan karakter siswa di sekolah agar berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan sesuai dengan kebijakan sekolah. Contoh ekstrakurikuler yang mengembangkan dan menerapkan nilai peduli lingkungan ialah kegiataan ekstrakurikuler pramuka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa implementasi nilai peduli lingkungan di tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan melalui proses


(39)

24

pembelajaran, budaya sekolah, serta ekstrakurikuler. Deskripsi nilai peduli lingkungan dan tiga implementasi nilai peduli lingkungan akan dijadikan acuan dalam penyusunan pedoman observasi dan pedoman wawancara dalam penelitian ini.

D. Sekolah Adiwiyata

1. Pengertian dan Tujuan Adiwiyata

Program adiwiyata dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen Pendidikan Nasional pada tanggal 21 Februari 2006 sebagai bentuk kerjasama guna mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. Pada awalnya program ini dilaksanakan di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai contoh model sekolah dengan melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup. Dimana saat ini telah berkembang di sekolah-sekolah mulai dari jenjang sekolah-sekolah dasar hingga sekolah-sekolah menengah.

Pada buku Panduan Adiwiyata (KLH dan Kemendikbud, 2011:3) dijelaskan bahwa program adiwiyata mempunyai pengertian suatu tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia dalam menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembanguan dan berkelanjutan. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 05 tahun 2003 menjelaskan bahwa program adiwiyata merupakan program untuk mewujudkan sekolah peduli terhadap lingkungan. Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa program


(40)

25

adiwiyata ialah suatu program di sekolah yang baik dan ideal yang diharapkan dapat mengajak warga sekolah mewujudkan karakter peduli terhadap lingkungan.

Program Adiwiyata memiliki tujuan yang dijelaskan secara spesifik pada buku panduan adiwiyata (KLH dan Kemendikbud, 2011: 3) yaitu mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan adiwiyata ialah untuk menciptakan kondisi sekolah menjadi tempat pembelajaran bagi warga sekolah sehingga dikemudian hari warga sekolah dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup berkelanjutan.

2. Prinsip‐prinsip Dasar Program Adiwiyata

Pelaksanaan Program Adiwiyata diletakkan pada dua prinsip dasar seperti yang dipaparkan dalam buku panduan Adiwiyata (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendikbud, 2011: 3) ialah sebagai berikut.

a. Partisipatif: Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran.

b. Berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.


(41)

26 3. Komponen Adiwiyata

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut ialah sebagai berikut.

a. Kebijakan Berwawasan Lingkungan

Untuk mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakannya kegiatan-kegiatan pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah. Berdasarkan Panduan Adiwiyata (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendikbud, 2011: 3) kebijakan berwawasan lingkungan memiliki standar sebagai berikut:

1) kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Implementasinya ialah:

a) termuat visi, misi dan tujuan sekolah yang memuat perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,dan

b) adanya mata pelajaran wajib dan/atau mulok yang terkait PLH dilengkapi dengan Ketuntasan minimal belajar.

2) RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

b. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Kurikulum (UUSPN:1:19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan


(42)

27

pendidikan tertentu. Menurut Panduan Adiwiyata (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendikbud, 2011:3) pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan memiliki standart , yaitu:

1) tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup. Implementasinya ialah:

a) menerapkan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran,

b) mengembangkan isu lokal dan atau isu global sebagai materi pembelajaran LH,

c) mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran LH, dan d) menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap.

2) peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Implementasinya ialah:

a) menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH, mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan LH berupa makalah, Puisi/ Sajak, Artikel, Lagu, hasil Penelitian, gambar, seni tari, produk daur ulang, dll,

b) mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan masalah LH, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,dan

c) mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan berbagai cara dan media. Seperti majalah dinding, buletin sekolah, pameran, web‐site, radio, TV, surat kabar, jurnal, dll.


(43)

28

Peran warga sekolah sangat dilibatkan dalam mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan. Sekolah diharapkan melibatkan warga sekolah dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup agar dapat memberikan manfaat baik bagi warga sekolah ataupun lingkungan. Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif memiliki standart sebagai berikut.

1) Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah. Implementasinya ialah:

a) memelihara dan merawat gedung dan lingkungan sekolah oleh warga sekolah, antara lain: piket kebersihan kelas, Jumat Bersih, lomba kebersihan kelas, kegiatan pemeliharaan taman oleh masing masing kelas, dll,

b) memanfaatkan lahan dan fasilitas sekolah sesuai kaidah‐kaidah perlindungan dan pengelolaan LH antara lain ; pemeliharaan taman, toga, rumah kaca (green house), hutan sekolah. pembibitan, kolam, pengelolaan sampah, dll, dan

c) mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, Karya Ilmiah Remaja, dokter kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, dll) yang sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 2) Menjalin kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain).


(44)

29

Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan agar terwujud perlu didukung sarana dan prasarana sebagai upaya pengelolaan lingkungan hidup memiliki. Standar pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan ialah sebagai berikut. 1) Ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah lingkungan.

Implementasinya ialah:

a) menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah, seperti : air bersih, sampah (penyediaan tempat sampah terpisah, komposter), tinja, air limbah/drainase, ruang terbuka hijau, b) Menyediakan sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran

lingkungan hidup di sekolah, antara lain; pengomposan, pemanfaatan dan pengolahan air, hutan/taman/kebun sekolah, green house, toga, kolam ikan, biopori, sumur.

2) Peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana yang ramah lingkungan di sekolah. Implementasinya ialah:

a) meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah meliputi : penanggung jawab, tata tertib, pelaksana (daftar piket), pengawas, dll,

b) memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien, dan

c) meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan ramah lingkungan. E. Karakteritik Siswa Sekolah Dasar

Pembagian tahap perkembanganan anak menurut Desmita (2011: 15) terbagi dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak pada usia tersebut memiliki


(45)

30

karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Anak lebih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Piaget (Rita Eka Izzaty: 2013:104-105) menyatakan bahwa masa kanak-kanak akhir (usia 7-12 tahun) secara kognitif tergolong pada masa operasi konkret, dimana anak berfikir logis terhadap objek yang konkret. Anak mulai berkurang rasa egonya, mulai bersikap sosial atau menerima pendapat orang lain. Anak berfikir induktif yaitu berfikir dari hal-hal yang khusus kemudian ditarik kesimpulan ke umum. Untuk menjelaskan ide yang kompleks pada anak dapat menggunakan contoh-contoh yang familier atau menggunakan media konkrit.

Selanjutnya, menurut Syamsu Yusuf LN (2007: 24-25) masa usia sekolah dasar disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa ini anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu:

1) Masa kelas rendah sekolah dasar, berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain sebagai berikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh). b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.


(46)

31

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap penting.

f) Pada masa ini (terutama usia 6,0-8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, berkisar umur 9 atau 10 sampai umur 12 atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah: a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal

ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, dan mulai menonjolkan bakat-bakat khusus.

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas pada umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. e) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran

yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri-sendiri.


(47)

32

Karakteristik perkembangan peserta didik di SD/MI menurut Andi Prastowo (2014: 7) dapat dipilah menjadi dua macam yaitu perkembangan pada aspek jasmaniah dan perkembangan pada aspek mental. Pada aspek jasmaniah, peserta didik SD/MI telah memiliki kematangan sehingga mampu mengontrol tubuh keseimbangannya. Pada aspek mental yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral keragaman, peserta didik SD/MI secara intelektual berada pada tahap perkembangan operasi konkret (kelas I-V) dan operasi formal (kelas VI), yang memiliki kecenderungan belajar bersifat konkret, integratif, dan hirarkhis. Dari aspek bahasa, mereka telah mampu membuat kalimat sempurna, bahkan kalimat majemuk, dan juga dapat mengajukan pertanyaan. Dari aspek sosial, peserta didik SD/MI mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya dan mulai mampu menyesuaikan diri sendiri kepada sikap bekerja sama. Anak secara emosi juga telah mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Sedangkan pada aspek moral, peserta didik SD/MI sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orangtua atau lingkungannya, bahkan di akhir jenjang SD/MI juga mampu memahami alasan yang mendasai peraturan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik siswa SD yang berkisar usia 7-12 tahun memiliki kecenderungan belajar dari hal-hal yang bersifat konkret. Pada usia tersebut disebut masa operasional kongkrit. Anak mulai mampu memecahkan masalah yang bersifat aktual, dan mampu berfikir logis. Penerapan dan penanaman nilai peduli lingkungan pada anak haruslah diberikan dengan cara yang mudah dipahami anak yang disesuaikan dengan pemikirannya yang bersifat konkret dan logis. Anak pada usia sekolah


(48)

33

dasar juga gemar membentuk kelompok sebaya dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

F. Kerangka Pikir

Permasalahan lingkungan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya permasalahan di lingkungan alam saja namun juga ditemui permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan di sekolah-sekolah. Seperti kamar mandi/ WC yang kotor, sampah yang berceceran di sembarang tempat, jajanan yang terkesan kurang bersih, dan lain-lain.

Pemerintah dalam menindak lanjuti persoalan lingkungan menerapkan pendidikan karakter pada satuan pendidikan. Salah satu pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah dasar ialah nilai peduli lingkungan. Nilai peduli lingkungan menunjuk pada tindakan mencegah dan upaya memperbaiki kerusakan alam dalam kehidupan sehari-hari. Nilai peduli lingkungan di sekolah diharapkan dapat mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan sekitar yang sejalan dengan tujuan program Adiwiyata.

Bentuk implementasi nilai peduli lingkungan di sekolah dasar dapat dilaksanakan melalui proses pembelajaran, budaya sekolah, dan ektrakurikuler. Penerapan nilai peduli lingkungan membutuhkan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan karakteristik anak sekolah dasar. Siswa SD secara kognitif tergolong dalam masa operasi kongkret. Anak mulai mampu memecahkan masalah yang bersifat aktual, dan mampu berfikir logis. Siswa SD sangat menyukai membentuk kelompok sebaya dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.


(49)

34 G. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan pada proses pembelajaran kepada siswa di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata.

2. Bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan melalui kegiatan budaya sekolah di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata.

3. Bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan melalui kegiatan ekstrakurikuler di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata.


(50)

35 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan data deskriptif berupa kata-kata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor (Lexy J. Moleong, 2012: 4), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Imam Gunawan (2014: 85-87) adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah manusia dan sosial. Penelitian kualitatif dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic).

B. Sumber Data Penelitian

Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Sugiyono (2013: 300) bahwa purposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan pertimbangan untuk mendapatkan data yang valid tentang implementasi nilai peduli lingkungan diSDN Tegalrejo 1. Sumber data dalam penelitian ini ialah kepala sekolah, guru kelas 3 dan 5, ketua adiwiyata, guru pembimbing ekstrakurikuler dan tiga orang siswa dari kelas 3 dan 5 yang diuraikan sebagi berikut.


(51)

36

1. Kepala sekolah dipilih sebagai sumber data penelitian dengan pertimbangan bahwa kepala sekolah sebagai pihak yang paling mengetahui implementasi nilai peduli lingkungan di sekolah tersebut baik melalui pengintegrasian mata pelajaran, budaya sekolah, dan ektrakurikuler.

2. Ketua adiwiyata dipilih sebagai sumber data karena perannya sebagai salah satu tim adiwiyata sekolah.

3. Guru pembimbing ekstrakurikuler dipilih sebagai sumber data penelitian dengan pertimbangan bahwa guru sebagai pihak yang secara langsung terlibat dalam penerapan nilai peduli lingkungan khususnya di dalam penyelenggaraan ekstrakurikuler.

4. Guru kelas 3 dan kelas 5 dipilih sebagai sumber data penelitian dengan pertimbangan bahwa guru secara langsung terlibat dalam penerapan nilai peduli lingkungan khususnya di dalam pengintegrasian mata pelajaran pada proses pembelajaran. Guru kelas 3 mewakili dari kelas rendah dan guru kelas 5 mewakili dari kelas tinggi. Peneliti menetapkan guru tersebut berdasarkan rekomendasi dari guru selaku ketua tim adiwiyata. Selain itu, di kelas 3 peneliti melihat bahwa guru sangat kreatif dalam mengintegrasikan nilai peduli lingkungan pada kegiatan pembelajaran mengajak siswa membuat prakarya terkait kepedulian lingkungan dengan memanfaatkan barang bekas. Di kelas 5 peneliti melihat bahwa dalam pembelajaran guru sering mengajak siswa seara langsung berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.


(52)

37

5. Tiga orang siswa dari kelas 3 dan 5 dipilih sebagai sumber data penelitian dengan pertimbangan bahwa siswa sebagai sasaran dalam penerapan nilai peduli lingkungan. Tiga siswa dari kelas 3 mewakili keseluruhan di kelas rendah dan tiga siswa dari kelas 5 mewakili keseluruhan siswa di kelas tinggi. Peneliti menetapkan siswa tersebut berdasarkan kemampuan siswa dalam menjawab, yang dinilai mampu memberikan jawaban atau pendapat berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan wawancara.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo 1, yang beralamatkan di Jalan Bener No.40, Bener, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2016 sampai dengan Maret 2017.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Penelitian yang digunakan peneliti ialah observasi partisipasi pasif. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013: 312) bahwa dalam observasi partisipasi pasif, peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data tentang implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 sebagai sekolah Adiwiyata. Observasi yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan


(53)

38

implementasi peduli lingkungan yang meliputi proses pembelajaran, budaya sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler.

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam untuk mengumpulkan data tentang implementasi nilai peduli lingkungan di SDN Tegalrejo 1 kepada kepala sekolah, guru kelas 3 dan kelas 5, ketua adiwiyata, guru pembimbing ektrakurikuler, dan tiga orang siswa dari kelas 3 dan 5. Wawancara mendalam menurut Imam Gunawan (2014: 165) memungkinkan berlangsungnya diskusi terarah antara peneliti dan narasumber menyangkut masalah yang diteliti. Pertanyaan dalam wawancara terarah merupakan pertanyaan terbuka sehingga narasumber dapat mengutarakan pendapat dan ide-idenya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi (Suharsimi Arikunto, 2010: 274) adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara agar lebih kredibel. Peneliti melakukan pengambilan data melalui dokumen sekolah seperti data jumlah siswa, guru, karyawan, sarana prasarana, letak geografis sekolah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, foto-foto kegiatan berkaitan peduli lingkungan dan berkas-berkas sekolah tentang SDN Tegalrejo 1 yang berkaitan dengan implementasi nilai peduli lingkungan di sekolah tersebut.


(54)

39 E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2012: 60) mengungkapkan bahwa peneliti sebagai humant instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Selanjutnya Sugiyono (2013: 307) juga menyebutkan bahwa perlu dikembangkan instrumen penelitian yang diharapkan dapat melengkapi data. Adapun instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Miles & Huberman dalam (Sugiyono, 2013: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi data

Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti memfokuskan pada proses pelaksanaan nilai peduli lingkungan dalam mereduksi data dengan memilah yang perlu, membuat ringkasan kasar data agar mempunyai makna, mengorganisasikan data dan menuliskan catatan lapangan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Sugiono (2013: 338) yang menyatakan bahwa reduksi data memiliki arti merangkum, memilah hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,


(55)

40

dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi berlangsung terus menerus sampai proses dilapangan selesai dan sampai laporan akhir penelitian.

2. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan uraian singkat teks yang bersifat naratif dan menggunakan bagan atau tabel. Miles and Huberman (Sugiono, 2013: 340) menyatakan bahwa penyajian data pada penelitian kualitatif yang sering digunakan ialah dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data, maka data terorganisasi dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses dalam tahap reduksi dan penyajian data. Akan tetapi, kesimpulan yang diambil masih bersifat sementara dan berubah jika tidak ditemukan bukti yang kuat atau mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Sementara itu, apabila pengambilan kesimpulan awal didukung oleh bukti yang kuat dan konsisten saat dilakukan pengambilan data kembali maka kesimpulan tersebut sudah dikatakan kredibel (Sugiyono, 2013: 345). Dalam penelitian ini, data tentang implementasi nilai peduli lingkungan telah tertulis dalam penyajian data, kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.

G. Keabsahan Data

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas menurut


(56)

41

Sugiyono (2013: 372) adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Triangulasi sumber adalah cara menguji kreadibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber-sumber yang berbeda.Triangulasi sumber dalam penelitian ini digunakan untuk menguji data hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru kelas 3 dan 5, guru pendamping adiwiyata,dan tiga siswa dari kelas 3 dan 5 siswa.

Triangulasi teknik adalah cara menguji kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda-beda. Triangulasi teknik dalam penelitian ini digunakan untuk menguji data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Apabila ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti perlu melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data yang dianggap benar dan tepat.


(57)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tegalrejo 1 yang merupakan salah satu sekolah dasar di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta. SDN Tegalrejo beralamatkan di Jalan Bener No 40 Yogyakarta. Visi SDN Tegalrejo 1 adalah “Terwujudnya insan yang berkarakter kreatif, inovatif, sehat jasmani rohani, berbudaya dan cinta lingkungan”. Visi tersebut dijabarkan dalam misi-misi sebagai berikut.

1. Menanamkan nilai-nilai iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kemampuan

siswa berkembang secara optimal.

3. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk warga sekolah. 4. Menerapkan manajemen partisipasif dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan.

5. Membiasakan sikap hidup sederhana, ramah lingkungan, berakhlaq mulia. 6. Menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan.

7. Mengembangkan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dan masyarakat. SDN Tegalrejo 1 mempunyai 25 orang tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan 359 siswa. Sekolah ini membuka dua rombongan belajar pada setiap tingkat kelas. Bangunan di sekolah ini terdiri atas 18 ruang kelas, laboratorium komputer, perpustakaan, ruang agama, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS, mushola, gudang, rumah penjaga, mushola, ruang karawitan, dan toilet.


(58)

43 B. Hasil Penelitian

Hasil observasi dan wawancara serta didukung dengan dokumen-dokumen yang berkaitan menunjukkan adanya beberapa temuan tentang bentuk implementasi nilai peduli lingkungan di sekolah adiwiyata di SDN Tegalrejo 1. Peneliti menganalisis bentuk implementasi nilai peduli lingkungan ini melalui peninjauan dari tiga aspek, yaitu pada proses pembelajaran, budaya sekolah, dan ekstrakurikuler. Berikut adalah uraian mengenai bentuk implementasi nilai peduli lingkungan yang dimaksut.

1. Implementasi Nilai Peduli Lingkungan melalui Proses Pembelajaran a. Perencanaan Pembelajaran

Hasil wawancara kepada guru KH pada tanggal 20 Februari 2017 menyatakan bahwa Kompetensi Dasar pada tema yang berkaitan dengan nilai peduli lingkungan dicantumkan dalam RPP dan saat kegiatan apersepsi. Pernyataan lain juga disampaikan oleh guru SG melalui wawancara pada tanggal 22 Februari 2017 yaitu sebagai berikut.

Ada RPP, nantikan dalam RPP itu masuk muatan-muatan apa yang bisa dimasukkan untuk di sampaikan. Di silabus juga dicantumkan bahkan sudah dipilah materi mana yang dapat di masukkan tentang lingkungan hidup, anti korupsi, budaya. Nah seperti ini di silabus di beri tanda LH untuk lingkungan hidup.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara pada kepala sekolah pada tanggal 11 Maret 2017 yaitu pada perencanaan pembelajaran guru menyusun RPP dan Silabus. Pada Silabus guru menandai KD yang terkait peduli lingkungan dan kemudian dikembangkan dalam RPP.


(59)

44

Hasil wawancara tersebut didukung dengan hasil dokumen yaitu contoh Silabus dan RPP yang disusun oleh guru kelas SG SDN Tegalrejo 1. Hasil dokumentasi pada silabus kelas V materi IPA KD 3.6 dan 4.6 juga materi Bahasa Indonesia KD 3.1 dan 4.1 diberi tanda dengan (LH) yang artinya mengandung materi lingkungan hidup. Hasil dokumentasi pada RPP menunjukkan termuatnya penerapan nilai peduli lingkungan yang ditunjukkan dalam kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), dan indikator. Berikut ini RPP kelas V dan kelas IIIyang memuat implementasi nilai peduli lingkungan sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator dalam RPP Kelas V Semester 2 Tema 8 “Ekosistem” Subtema 1 “Komponen Ekosistem” Pembelajaran ke-1 yang Memuat Nilai Peduli Lingkungan

Kompetensi Inti:

1. Memiliki perilaku jujur disiplin dan percaya diri tanggung jawab, santun, peduli dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.

2. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya ciptaan tuhan dan kegiatannya dan benda – benda yang di jumpainya dirumah dan disekolah. 3. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam

karya yang estetis dalam gerakan yang mecerminkan anak sehat da dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar Indikator

Bahasa Indonesia

2.1 Memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap makanan dan rantai makanan serta kesehatan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia.

-

Bahasa Indonesia 3.1

Menggaliinformasidaritekslaporanbukutentangm akanandanrantaimakanan, kesehatanmanusia, keseimbanganekosistem,

sertaalamdanpengaruhkegiatanmanusiadenganba ntuan guru dantemandalambahasa Indonesia lisandantulisdenganmemilihdanmemilahkosakat abaku.

Bahasa Indonesia

3.1.1 Menjelaskan informasi

dari teks laporan buku

tentangcara-cara aliran energi di dalam sebuah ekosistem


(60)

45 Bahasa Indonesia

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

Bahasa Indonesia

4.1.1Membuat laporan

sederhana tentang cara-cara aliran energi di dalam sebuah ekosistem

IPA

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi

IPA

-

IPA

3.6Mengenaljenishewandarimakanannyadanme ndeskripsikan rantaimakananpadaekosistem dilingkungansekitar

IPA

3.6.1Mengidentifikasikompo nen di dalamsebuahekosistem IPA

4.6

Menyajikanhasilpengamatanuntukmembe ntukrantaimakanandanjejaringmakanandarimak hlukhidup di lingkungansekitar yang terdiridarikarnivora, herbivora,danomnivora IPA 4.6.1 Melakukanpengamatanuntuk mengidentifikasikomponen di dalamsebuahekosistem Tabel 4. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator dalam RPP Kelas III

Semester 2 Tema 6 “Indahnya Persahabatan” Subtema 3 “Sahabat Satwa” Pembelajaran ke-1 yang Memuat Nilai Peduli Lingkungan

Kompetensi Inti:

2.Menunjukkan perilaku jujur disiplin dan percaya diri tanggung jawab, santun, peduli dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda – benda yang dijumpainya dirumah dan disekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mecerminkan anak sehat da dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar Indikator

Bahasa Indonesia

3.2Menguraikan teks arahan/ petunjuk tentang perawatan hewan dan tumbuhan, serta daur hidup hewan dan pengembangbiakan tanaman

Bahasa Indonesia

3.2.6 Mengidentifikasi teks arahan/petunjuk tentang perawatan hewan secara lisan


(61)

46

dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.

atau tulisan.

Bahasa Indonesia

4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang perawatan hewan dan tumbuhan serta daur hidup hewan dan pengembangan tanaman secara madiri dalam bahasa indonesia lisan dan tulisan yag dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.

Bahasa Indonesia

4.2.11 menceritakan kembali informasi berdasarkan teks

arahan/petunjuk tentang

perawatan hewan secara lisan atau tulisan dengan kalimat lengkap.

Kegiatan pembelajaran yang terencana dalam RPP terdapat pesan nilai yang terkandung terkait aspek peduli lingkungan. Pada kegiatan inti yang terdapat pada RPP kelas IIIA siswa diajak untuk mengidentifikasi teks mengenai petunjuk merawat hewan dan menuliskan cara merawat hewan peliharaan siswa, dalam kegiatan tersebut mengandung pesan terkait nilai kepedulian lingkungan yaitu siswa diajarkan bagaimana menghargai hewan sebagai salah satu makhluk hidup ciptaan Tuhan. Pada kegiatan pembelajaran yang terdapat di RPP kelas VA siswa diajak mempelajari komponen dalam sebuah ekosistem dimana antar komponen saling berhubungan satu dengan lainnya, dalam pembelajaran tersebut mengandung pesan nilai yang berkaitan dengan kepedulian lingkungan yaitu mengajak siswa menjaga keseluruhan komponen dalam ekosistem baik benda hidup maupun benda mati karena jika salah satu komponen tidak ada maka tidak akan terdapat suatu ekosistem.

Berdasarkan triangulasi sumber terhadap hasil wawancara dan didukung dengan hasil dokumen, dapat diketahui bahwa implementasi nilai peduli lingkungan telah direncanakan dalam pembelajaran yaitu termuat pada Silabus dan RPP. Implementasi nilai peduli lingkungan ditunjukkan pada RPP kelas VA yaitu


(62)

47

pada KI 2 (sikap sosial), KD 2 (sikap sosial) muatan Bahasa Indonesia dan IPA, KD 3 (pengetahuan) dan KD 4 (keterampilan) muatan Bahasa Indonesia dan IPA, serta indikator-indikator dari KD 3 dan KD 4. KD 3 dan KD 4 muatan Bahasa Indonesia dan IPA memuat implementasi nilai peduli lingkungan yaitu tentang materi ekosistem. Pesan nilai yang terkadung terkait kepedulian lingkungan pada RPP kelas V ialah mengajak siswa untuk menjaga komponen dalam suatu ekosistem. Implementasi nilai peduli lingkungan juga ditunjukkan pada RPP kelas IIIA yaitu pada KI 2 (sikap sosial), pada muatan Bahasa Indonesia KD 3 (pengetahuan) dan KD 4 (keterampilan) yang juga dikembangkan kedalam indikator.KD 3 dan KD 4 muatan Bahasa Indonesia memuat implementasi nilai peduli lingkungan yaitu tentang materi dengan pokok bahasan petunjuk perawatan hewan. Pesan nilai yang terkadung terkait kepedulian lingkungan pada RPP kelas III ialah mengajak siswa untuk menghargai hewan sebagai makhluk hidup ciptaaan Tuhan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil wawancara dengan siswa AS tentang pelaksanaan pembelajaran pada tanggal 20 Februari 2017 menyatakan bahwa guru memberikan materi merawat hewan pada tema indahnya persahabatan. Siswa AS juga mengatakan bahwa siswa diminta menggambar hewan peliharaan dan diminta menuliskan cara merawatnya. Selain itu, hasil wawancara dengan guru SG pada tanggal 22 Februari 2017 didapatkan bahwa nilai peduli lingkungan dilaksanakan melalui pembelajaran luar kelas. Pelaksanaan pada pembelajaran juga terintegrasi pada tema yang memuat materi tentang lingkungan. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara


(63)

48

pada kepada kepala sekolah pada tanggal 11 Maret 2017 tentang pelaksanaan pembelajaran ialah guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tema yang sudah berkaitan langsung dengan lingkungan, jika pada tema tersebut belum terdapat nilai peduli lingkungan guru juga bisa mengaitkan dan menambahkannya. Guru di kelas IIIA melaksanakan kegiatan pembelajaran pada tema “Indahnya Persahabatan” pada tema tersebut sudah berkaitan langsung dengan nilai peduli lingkungan seperti bagamana cara merawat hewan peliharaan.

Hasil wawancara tersebut diperiksa dengan dokumentasi RPP yang disusun oleh guru. Langkah-langkah pembelajaran yang tersusun di dalam RPP yaitu kegiatan pendahuluan dilanjutkan kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan yang tertulis di RPP meliputi mengucap salam, memeriksa kehadiran siswa, berdoa, menjelaskan topik pelajaran yang akan diajarkan, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti secara garis besar yang tertulis di RPP kelas III A Tema “Indahnya Persahabatan” ialah mengidentifikasi teks bacaan tentang petunjuk perawatan hewan dan tanya jawab terkait teks, masing-masing siswa menggambar hewan peliharaannya dan menuliskan cara merawat hewan yang peliharaanya dengan kalimat lengkap, serta mengerjakan soal perhitungan waktu. Sedangkan kegiatan inti secara garis besar yang tertulis di RPP kelas V A Tema “Ekosistem” ialah membaca dan mengamati informasi dari teks tentang ekosistem, kemudian dengan teman sebangku menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks ekosistem. Kemudian siswa juga diminta untuk bekerja berkelompokuntukmengamatidanmengidentifikasikarakteristik


(64)

49

melengkapitablekarakteristikbendahidupdanbendamatisertamencaricontohdengan memperhatikanmasing-masingkarakteristiknya. Setelah kegiatan selesai siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Hasil wawancara dan hasil dokumentasi tersebut didukung dengan hasil observasi ke-1 (20 Februari 2017) bertempat di kelas III A yaitu pembelajaran dimulai setelah upacara bendera pukul 07.40. Salah satu siswa memimpin berdoa, dilanjutkan yel-yel SDN Tegalrejo, dan menyanyikan Indonesia Raya bersama-sama. Guru masuk ke kelas dengan mengucap salam, dilanjutkan absensi dengan bertanya siapa saja yang tidak masuk sekolah. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan bertanya jawab dengan siswa tentang hewan peliharaannya di rumah dan cara merawatnya. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membaca teks di buku tentang petunjuk perawatan seekor kucing. Setelah siswa selesai membaca, guru melakukan tanya jawab dengan siswa terkait teks yang telah dibaca. Kemudian guru meminta siswa menggambar hewan peliharaan di buku gambar dan mewarnainya. Siswa menggambar beraneka macam hewan peliharaan. Guru menjelaskan contoh kalimat lengkap dan tak lengkap di papan tulis. Kemudian siswa diminta menuliskan cara perawatan hewan yang telah di gambar masing-masing siswa dengan kalimat lengkap. Pesan nilai yang dapat diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran tersebut ialah siswa diharapkan dapat menghargai hewan sebagai makhluk hidup.

Hasil observasi ke-13 (7 Maret 2107) di kelas V A yaitu siswa masuk kelas dengan rapi sesuai barisannnya dan duduk di tempat duduknya masing-masing. Siswa ZL memimpin berdoa di depan kelas, di lanjutkan dengan yel-yel SDN


(1)

202 3.1 Mengenal konsep perpangkatan dan

penarikan akar bilangan pangkat dua dan bil. pangkat tiga sederhana.

4.7 Menggunakan kubus satuan untuk menghitung volume berbagai bangun ruang sederhana.


(2)

203 Lampiran 10. Tata Tertib Kelas


(3)

204 Lampiran 11. Tata Tertib Siswa


(4)

205 Lampiran 12. Jadwal Piket Kelas


(5)

206 Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian

Siswa dan guru melakukan kegiatan rutin Jum’at Bersih

Siswa dan guru melakukan kegiatan rutin Jum’at Sehat


(6)

207

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka menanam TOGA

\

Kelas V A pembelajaran tema 8 Ekosistem