PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BEACH BALL GROUP INVESTIGATIONS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DI SMAN 2 TULANG BAWANG TENGAH

(1)

DEVELOPMENT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL BEACH BALL GROUP INVESTIGATIONS TO IMPROVE SOCIAL SKILLS AT SMAN 2 TULANG BAWANG TENGAH

By

MIFTAKHUL KHASANAH

The aims of research are to, (1) Develop of cooperative learning model Beach Ball Group Investigations to improve the social skills. (2) Analyzing the effectiveness of cooperative learning model Beach Ball Group Investigations is in Economics subjects. Research approach which was done is Research and Development (R & D). The sample of this research is all students of grade XI social studies class at SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah in the year of study 2014/2015, which are two classes consist of 63 students. The interpretation sampling is probability samplinguse cluster random sampling. The colects data use questionnaire, interviews, social skill observation work sheets, and multiple choices tests. Data were analyzed using t- test and gain score to know the effectiveness of this product. The results of this research were, (1) Develop of cooperative learning model Beach Ball Group Investigations to increase the social skills. (2) The research showed that there are values obtained coefficient T count (2,660) > T table (1,998) and the gain-score showed in good category, so so that the learning model using cooperative learning model Beach Ball Group Investigations is effective to improve the social skill.

Keywords: Social Skills, Cooperative Learning Model Beach Ball Group Investigations, Riset Development


(2)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BEACH BALL GROUP INVESTIGATIONSUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DI SMAN 2 TULANG BAWANG TENGAH

Oleh

MIFTAKHUL KHASANAH

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan (1) Produk berupa model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations untuk meningkatkan keterampilan sosial. (2) menganalisis efektivitas model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations pada mata pelajaran Ekonomi. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak dua kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 63 siswa. Teknik pengambilan sampel yaitu probability sampling dengan menggunakancluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, lembar penilaian pengamatan keterampilan sosial dan tes pilihan jamak. Teknik analisis data menggunakan t test dan Gain-score untuk menguji efektivitas produk. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations yang dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. (2) Hasil perhitungan nilai koofisien Thitung(2,660) > Ttabel(1,998), dan selisih nilai pretest-postes (n-gain) berada pada kategori baik, maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial.

Kata Kunci: Keterampilan Sosial, Model Pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations,Penelitian Pengembangan


(3)

BEACH BALL GROUP INVESTIGATIONSUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DI SMA NEGERI 2

TULANG BAWANG TENGAH

Oleh

MIFTAKHUL KHASANAH

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN IPS

Pada

Program Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

BEACH BALL GROUP INVESTIGATIONSUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DI SMA NEGERI 2

TULANG BAWANG TENGAH (Tesis)

Oleh

MIFTAKHUL KHASANAH

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

Gambar Halaman

1 Alur Proses Pembelajaran ... 25

2 . Dampak Model Pembelajaran Investigasi Kelompok... 73

3. Kerangka Pikir Penelitian ... 84

4 . Model Pengembangan Dick and Carey... 90

5. Desain Eksperimen Dalam Penelitian ... 91

6. Desain Awal Tahapan ModelGroup Investigations ... 112

7. Desain Awal TahapanBeach Ball... 112

8. Desain Awal Rancangan Modifikasi PengembanganBB-GI ... 114

9. Persentase Keterampilan Sosial ... 200

10. Persentase Hasil Belajar ... 204

11. Guru Menampilkan Isu Utama... 229

12. Siswa Berbagi Informasi ... 229

13. Siswa Mempersentasikan Hasil Penelitian ... 229


(6)

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 14

1.3 Pembatasan Masalah ... 14

1.4 Rumusan Masalah ... 15

1.5 Tujuan Pengembangan... 15

1.6 Manfaat Penelitian ... 15

1.7 Ruang Lingkup Penelitian... 16

1.7.1 Ruang Lingkup Objek... 16

1.7.2 Ruang Lingkup Subjek ... 16

1.7.3 Ruang Lingkup Waktu... 16

1.7.4 Ruang Lingkup Tempat ... 16

1.7.5 Ruang Lingkup Ilmu ... 17

1.8 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 19

1.8.1 Pentingnya Pengembangan Produk... 20

II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIK, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS 2.1 Teori Pembelajaran ... 21

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 21


(7)

2.1.3 Teori Belajar Kognitivisme... 28

2.1.4 Teori Belajar Konstruktivisme Sosial ... 29

2.2 Pembelajaran IPS ... 30

2.3 Pendekatan Saintifik... 40

2.4 Penilaian Autentik ... 45

2.5 Keterampilan Sosial ... 48

2.6 Hasil Belajar ... 59

2.7 Model Pembelajaran ... 62

2.7.1 Model Pembelajaran Kooperatif ... 65

2.8 Model Pembelajaran KooperatifGI... 69

2.8.1 Konsep Model Pembelajaran KooperatifGI... 69

2.8.2 Langkah-langkah Penerapan Model PembelajaranGI ... 72

2.9 Beach Ball ... 76

2.10 Pengembangan Model Pembelajaran KooperatifBB-GI... 77

2.11 Kerangka Pikir ... 83

2.12 Penelitian Relevan ... 85

2.13 Hipotesis ... 87

III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Pengembangan ... 88

3.2 Desain Eksperimen dalam Penelitian Pengembanga ... 91

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Pengembangan ... 96

3.3.1 Tempat Penelitian dan Pengembangan ... 96

3.3.2 Waktu Penelitian dan Pengembangan... 96

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 96

3.4.1 Populasi Penelitian... 96

3.4.2 Sampel Penelitian... 97


(8)

3.5.1 Keterampilan Sosial ... 98

3.5.2 Hasil Belajar... 107

3.5.3 Model Pembelajaran KooperatifBBGI ... 108

3.6 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 108

3.6.1 Melakukan Analisis Produk yang Dikembangkan... 108

3.6.2 Mengembangkan Produk Awal... 111

3.6.3 Validasi Ahli dan Revisi ... 124

3.6.4 Ujicoba Lapangan Skala Kecil dan Revisi Produk ... 126

3.6.5 Ujicoba Lapangan Skala Besar dan Produk Akhir ... 128

3.7 Subjek Uji Coba... 129

3.8 Teknik Pengumpulan Data... 130

3.9 Uji Persyaratan Instrumen... 132

3.10 Uji Persyaratan Analisis Data ... 136

3.11 Teknik Analisis Data... 139

IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sekolah ... 143

4.1.1 Sejarah Berdirinya SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 143

4.1.2 Visi dan Misi SMAN 2 Tulang Bawang Tengah... 144

4.1.3 Sarana dan prasarana SMAN 2 Tulang Bawang Tengah.... 145

4.2 Kondisi Pembelajaran di SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 146

4.2.1 Proses Pembelajaran ... 146

4.2.2 Jumlah Siswa SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 146

4.3 Pelaksanaan Penelitian... 147

4.3.1 Pelaksanaan Penelitian Pada Pengamatan Pertama ... 147

4.3.2 Pelaksanaan Penelitian Pada Pengamatan Kedua ... 152

4.3.3 Pelaksanaan Penelitian Pada Pengamatan Ketiga... 158

4.4 Hasil Penelitian ... 163

4.4.1 Identitas Siswa Kelas XI IPS SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 163

4.4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations... 164

4.4.3 Keterampilan Sosial Siswa ... 169

4.4.3.1 Dimensi Keterampilan Dasar Berinteraksi ... 169


(9)

4.4.3.3 Dimensi Keterampilan Membangun Tim/Kelompok ... 181

4.4.3.4 Dimensi Keterampilan Memecahkan Masalah... 185

4.4.3.5 Dimensi Keterampilan Sosial di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 189

4.4.4 Hasil Belajar... 194

4.5 Pengujian Hipotesis ... 198

4.5.1 Keterampilan Sosial ... 199

4.5.2 Hasil Belajar... 203

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 206

1. Hipotesis 1 ... 206

2. Hipotesis II ... 223

4.7 Kebaharuan Produk Hasil Pengembangan Model Pembelajaran KooperatifBeach Ball Group Investigations... 227

4.8 Keterbatasan Penelitian... 241

V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 242

5.2 Implikasi ... 243

5.3 Saran ... 244

DAFTAR PUSTAKA ... 246


(10)

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi WawancaraNeed Assesment ... 251

2. Rumusan Pertanyaan WawancaraNeed AssessmentDn Jawaban Responden... 252

3. Angket Dan Tanggapan Ahli Materi Pembelajaran Ekonomi ... 254

4. Angket Dan Tanggapan Ahli Desain Pengembangan... 258

5. Angket Penilaian Uji Coba Perorangan ... 262

6. Angket Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ... 268

7. Silabus... 286

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Ekaperimen ... 295

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 306

10. Bahan Ajar Ekonomi... 313

11. Kisi-Kisi Hasil Belajar ... 320

12. Tes Soal Pilihan Ganda ... 322

13. Dimensi, Indikator Dan Sub Indikator Keterampilan Sosial ... 327

14. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Pengamatan Keterampilan Sosial ... 330

15. Lembar Pengamatan Keterampilan Sosial ... 332

16. Hasil Ujicoba Lapangan... 335


(11)

18. Hasil Uji T-Test ... 337

19. Analisis Keterampilan Sosiial Pengamatan Pertama Di Kelas Kontrol ... 338

20. Analisis Keterampilan Sosiial Pengamatan Pertama Di Kelas Eksperimen ... 339

21. Analisis Keterampilan Sosiial Pengamatan Kedua Di Kelas Eksperimen ... 340

22. Analisis Keterampilan Sosiial Pengamatan Kedua Di Kelas Kontrol ... 341

23. Analisis Keterampilan Sosiial Pengamatan Ketiga Di Kelas Eksperimen ... 342

24. Analisis Keterampilan Sosiial Pengamatan Ketiga Di Kelas Kontrol ... 343

25. Analisis Kriteria Keterampilan Sosial Pengamatan Pertama Di Kelas Eksperimen ... 344

26. Analisis Kriteria Keterampilan Sosial Pengamatan Pertama Di Kelas Kontrol ... 345

27. Analisis Kriteria Keterampilan Sosial Pengamatan Kedua Di Kelas Eksperimen ... 346

28. Analisis Kriteria Keterampilan Sosial Pengamatan Kedua Di Kelas Kontrol ... 347

29. Analisis Kriteria Keterampilan Sosial Pengamatan Ketiga Di Kelas Eksperimen ... 348

30. Analisis Kriteria Keterampilan Sosial Pengamatan Ketiga Di Kelas Kontrol ... 349

31. Hasil Belajar Kelas XI IPS 2 ... 350

32. Hasil Belajar Kelas XI IPS 1 ... 352

33. Penunjukkan Pembimbing ... 353


(12)

35. Surat Izin Penelitian ... 356 36. Surat Balasan Penelitian ... 357

Revisi I Revisi II Produk Akhir


(13)

Tabel Halaman

1 Data Observasi Penggunaan Model Pembelajaran Di SMAN 2

Tulang Bawang Tengah ... 3

2. Hasil Pengamatan Indikator Keterampilan Sosial ... 5

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Ekonomi Kelas XI ... 37

4. Pemetaan Kompetensi Ekonomi dan Keterkaitan Pembelajaran Ekonomi ... 38

5. Tahapan Proses Pembelajaran dan Peran Guru dalam Model PembelajaranGroup Investigations... 74

6. Kondisi harapan, Kondisi sebenarnya dan Kesenjangan ... 109

7. Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi Pembelajaran Terhadap Rancangan Model Pembelajaran BB-GI... 124

8. Kisi-kisi Instrumen Ahli DesainPembelajaran Terhadap Rancangan Model Pembelajaran BB-GI... 125

9. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Uji Perorangan Terhadap Rancangan Model Pembelajaran BB-GI... 126

10. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil Terhadap Rancangan Model Pembelajaran BB-GI ... 127

11. Tingkat Besarnya Korelasi... 133

12. Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 134

13. Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ... 137

14. Kesimpulan Hasil Homogenitas... 138


(14)

16. Sarana dan Prasarana SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 145

17. Data Jumlah Siswa SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 146

18. Identitas Siswa Kelas XI IPS SMAN 2 Tulang Bawang Tengah ... 163

19. Hasil Analisis Dimensi Keterampilan Dasar Berinteraksi ... 170

20. Hasil Analisis Dimensi Keterampilan Berkomunikasi ... 177

21. Hasil Analisis Dimensi Keterampilan Membangun Tim/Kelompok ... 182

22. Hasil Analisis Dimensi Memecahkan Masalah ... 186

23. Hasil Analisis Keseluruhan Dimensi Keterampilan Sosial Di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 190

24. AnalisisGain-ScoreHasil Belajar ... 195

25. Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa... 200


(15)

(16)

(17)

Ngajiho Kerono Ilmu, Mahesi Ing Ahline Lan Ngunggulake Lan Dadi Tondo Tingkah Pinuji

(Belajarlah, Karena Ilmu Adalah Perhiasaan Indah Bagi Pemiliknya, Dan Keutamaan Baginya Serta Tanda Setiap Hal Yang Terpuji)

(Kitab Alala Tanalul ilma)

Terus Berdoa dan Berusaha, Lakukan Semaksimal Mungkin, Hanya Gusti Pangeran Yang Menentukan Hasil Akhirnya .


(18)

Kupersembahkan Tesis ini untuk:

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak pernah lupa mencurahan do;a, perhatian, dukungan serta semangat untukku meraih cita-cita.

Tak akan pernah dapat membalas semua jasa dan kebaikannya selama ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat

kesehatan, keberkahan dan meninggikan derajat mereka di dunia dan di akherat.


(19)

Penulis di lahirkan di Desa Dayamurni, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tanggal 04 Juli 1990 dengan nama lengkap Miftakhul Khasanah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Putri pasangan Bapak Hi. Sumanto dan Ibu Dra. Hj. Khairul Mahmudah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SD Negeri 1 Dayamurni yang diselesaikan pada tahun 2002. 2. SMP Negeri 1 Tumijajar yang diselesaikan pada tahun 2005.

3. Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta yang diselesaikan pada tahun 2008.

4. Sarjana Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang diselesaikan pada tahun 2012.

Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Magister Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah melaksanakan Field Trip yaitu Lampung, Jogja, Bandung pada bulan Oktober tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah untuk meraih gelar Magister pendidikan (M. Pd.).


(20)

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Di SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah”.

Tesis ini ditulis sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan IPS pada Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan tesis ini, terdapat begitu banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik redaksional, metode penelitian ataupun substansial. Untuk itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai langkah perbaikan untuk penulis dalam menyusun karya ilmiah atau laporan lain dimasa-masa mendatang.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis mengucapkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :


(21)

2. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung dan Penguji I, di tengah kesibukannya telah banyak membantu penulis dengan penuh kesabaran yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh keikhlasan.

3. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 4. Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si., selaku Pembimbing 1 yang telah banyak

memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran selama penyelesaian tesis ini.

5. Dr. H. Pargito, M.Pd,, selaku Pembimbing II dan dan Ketua Program Studi Pascasarjana Magister Pendidikan IPS, yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran selama penyelesaian tesis ini.

6. Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Penguji II, di tengah kesibukannya telah banyak membantu penulis dengan penuh kesabaran yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh keikhlasan.

7. Seluruh Dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS Pasca Sarjana Universitas Lampung berikut staf administrasinya.

8. Dasuki, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah yang telah memberikan izin penelitian dan banyak memberikan bantuan saat penelitian.


(22)

yang dengan sabar menyayangi dan mendoakanku serta dengan cucuran keringatnya senantiasa menantikan keberhasilanku.

10. Rekan–rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPS angkatan 2013 seperjuangan ku dian ramah, bu dian afuarita, bu esti, bu lessi, pak Masir, rano, devi, royan, mamat, mulat, arga dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas do’a dan dukungannya. 11. Dewan guru SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah yang selalu

memotivasi.

12. Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah yang telah membantu pada penelitian ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di atas kertas ini namun penulis berterimakasih atas semuanya

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amien. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis

Miftakhul Khasanah NPM 1323031046


(23)

(24)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IPS atau ilmu pengetahuan sosial mempunyai tugas mulia dan menjadi pondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial siswa, yaitu mampu menumbuh kembangkan cara berfikir, bersikap dan berperilaku yang bertanggung jawab. Selain itu ilmu pengetahuan sosial berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga masa kini.

Ilmu pengetahuan sosial adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara alamiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Ilmu pengetahuan sosial atau IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan inter-disiplin (Inter-Disiplinary Approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial (Sosial Sciences). Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, ekologi, dan sebagainya.


(25)

Pembelajaran IPS pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dikaji secara terpisah yang terdiri dari mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. Pembelajaran Ekonomi di sekolah merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang disenangi, dan mempunyai makna tersendiri bagi siswa. Sehingga mata pelajaran Ekonomi menjadi salah satu bagian dari disiplin ilmu IPS yang berperan sebagai pengembang model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal, belajar secara akif dan melatih keterampilan sosial.

Penggunaan model pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung dinilai sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Bagi pendidik, model pembelajaran dapat menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang aktif, interaktif dan membantu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat sesuai dengan materi pelajaran yang dibahas. Sedangkan bagi siswa, model pembelajaran dapat menjadi jembatan untuk melatih keterampilan sosial. Dengan demikian model pembelajaran dapat membantu tugas pendidik dan peserta didk untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan Pra-survey di SMAN 2 Tulang Bawang Tengah diperoleh bahwa proses pembelajaran selama ini belum optimal karena pembelajaran masih bersifat berpusat pada guru (Teacher Center) sehingga siswa cenderung pasif dan kurang berinteraksi antar sesama teman dalam proses pembelajaran. Selama ini dalam


(26)

kegiatan pembelajaran, guru kurang terampil dalam mengemas proses pembelajaran, yaitu menggunakan metode konvensional berupa ceramah dalam menyampaikan materi, sehingga siswa hanya mendengarkan, dan mencatat penjelasan-penjelasan yang disampaikan guru. Kegiatan pembelajaran ini hanya bersifat satu arah yaitu ditentukan oleh guru. Guru berperan sangat aktif dalam proses pembelajaran dan menjadikan sebagai satu-satunya sumber dan pemberi informasi utama.

Pembelajaran seperti ini mengakibatkan keterampilan sosial siswa rendah, tidak ada respon dalam pembelajaran, dan mengakibatkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan ide dan gagasan kreatifnya serta proses pembelajaran berpusat pada guru. Hasil observasi model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan oleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Data Observasi Penggunaan Model Pembelajaran Pendidik Di SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah

No Nama Guru Jabatan Penggunaan Model

Pembelajaran

1. Iswanto, S.Ag Guru Agama Ceramah dan Penugasan 2. Mintarsih, S.Pd Guru B. Indonesia Ceramah dan Penugasan 3. Agustina, S.E Guru Ekonomi Ceramah, dan

Penugasan

4. Budiarti, S.Si Guru Biologi Project Based Learning 5. Solekhan, S.Pd Guru Geografi Ceramah dan Tanya

jawab

6. Alamanda Kartika, S.Pd Guru B. Inggris Ceramah dan Penugasan 7. Weni Alca, S.E Guru Ekonomi Ceramah dan Penugasan 8. Ika Widianingsih, S.Pd Guru Sosiologi Problem Based

Learning

9. Avita Agustina, S.Pd Guru Sejarah Ceramah dan Penugasan 10. Sayono, S.Pd Guru Matematika Ceramah dan Penugasan 11. Yulia Kusumawati, S.Si Guru Fisika Ceramah dan Penugasan 12. Sugiono, S,Si Guru Kimia Ceramah dan Penugasan


(27)

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa model pembelajaran yang digunakan para pendidik selama proses pembelajaran sebagian besar masih sangat tradisional yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan, sedangkan terdapat dua guru yang sudah menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Project Based Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning. Penggunaan model yang tradisional yang monoton mengakibatkan siswa tidak dapat menggali kreativitas secara maksimal dalam mengemukakan pendapat dan hanya pasif mendengarkan guru ketika menjelaskan pelajaran.

Proses pembelajaran yang digunakan kedua guru Ekonomi adalah model pembelajaran tradisional yaitu ceramah dan penugasan. Hal ini menjadi titik yang akan diteliti. Selama kegiatan pembelajaran di kelas pada mata pelajaran Ekonomi, siswa cenderung pasif, menerima keseluruhan materi pelajaran yang diberikan guru, siswa tidak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman yang mereka alami dan kurang optimal dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar teman. Selain dituntut memiliki nilai akademik yang baik, siswa juga harus memiliki jiwa sosial dan keterampilan sosial yang dapat digunakan pada masa depan kehidupannya.

Berkaitan dengan keterampilan sosial, maka tujuan keterampian sosial dalam pembelajaran Ekonomi adalah agar siswa mampu berinteraksi dengan teman-temannya sehingga mampu menyelesaikan tugas bersama, dan hasil yang dicapai akan dirasakan kebaikannya oleh semua anggota masing-masing. Pendapat Sumaatmadja (2005: 29) yang menyatakan bahwa fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang sangat dipengaruhi oleh masyarakatnya, baik kepribadian,


(28)

individualnya, termasuk daya rasionalnya, reaksi emosionalnya dan aktivitas dan kreativitasnya, dan lain sebagainya oleh kelompok tempat hidupnya.

Prasurvey yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah melalui observasi dan wawancara untuk mengetahui kondisi pembelajaran mata pelajaran Ekonomi saat ini, sedangkan untuk mendapatkan data keterampilan sosial dengan menggunakan lembar pengamatan dengan acuan indikator-indikator keterampilan sosial, maka diperoleh hasil analisis tentang keterampilan sosial siswa yang dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial Dengan Melihat Indilator-Indikator Keterampilan Sosial Pada Siswa kelas XI IPS

Di SMAN 2 Tulang Bawang Tengah. N

o

Indikator Keterampilan Sosial Persentase (%)

Keterangan

1 Kemampuan berbagi informasi 15,62% Kurang Baik

2 Kemampuan mendengar dan berbicara bergiliran

31,25% Kurang Baik 3 Kemampuan Meyakinkan orang untuk dapat

mengemukakan pendapat

23,44% Kurang Baik 4 Kemampuan mengakomodasi pendapat orang 28,12% Kurang Baik

5 Kemampuan bekerja sama 23,44% Kurang Baik

6 Kemampuan mengendalikan diri 13, 62%

7 Kemampuan mencari solusi dengan berdiskusi 15, 62% Kurang Baik 8 Kemampuan respek terhadap pendapat yang

berbeda

23,44% Kurang Baik Sumber: Hasil Observasi Di SMA Negeri 2 Tulang Bawang Tengah

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa indikator-indikator dalam keterampilan sosial tergolong kurang baik, dapat diketahui berdasarkan besarnya persentase pada tiap indikator berada dalam kurang dari 40,00 persen. Menetapkan kriteria dalam setiap indikator berpedoman pada Suryabrata (2002: 10), yang menyatakan bahwa kriteria interprestasi keterampilan sosial tergolong dalam tiga skor persentase, yaitu : (1) 0%-40% menunjukkan kriteria kurang baik, (2) 41%-70%


(29)

menunjukkan kriteria cukup baik, (3) 71%-100% menunjukkan kriteria baik. Sesuai dengan pendapat Maryani (2011:17) keterampilan sosial merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang termasuk di dalamnya siswa, agar dapat memelihara hubungan sosial secara positif dengan keluarga, teman sebaya, masyarakat dan pergaulan yang lebih luas. Peran guru dalam meningkatkan keterampilan sosial sangatlah penting, guru harus dapat memberikan contoh dan memberikan bimbingan kepada siswa dalam memecahkan masalah.

Pemaparan lebih terperinci tentang hasil pengamatan keterampilan sosial tersebut sebagai berikut.

1. Kemampuan berbagi informasi siswa masih kurang baik terlihat dari siswa belum mampu berinteraksi sesama teman dan saling bertukar pengetahuan dan pendapat mengenai informasi yang berhubungan mengenai masalah pengangguran.

2. Kemampuan mendengar dan berbicara secara bergiliran masih kurang baik terlihat dari siswa yang belum mampu mendengarkan ketika siswa lain berbcara, memberikan kesempatan siswa lain menyampaikan pendapat dan menyampaikan pendapat sesuai dengan kesempatan. Siswa cenderung individualis dalam proses pembelajaran.

3. Kemampuan meyakinkan orang lain untuk berpendapat masih kurang baik terlihat siswa belum mampu mengemukakan pendapat sehingga masih kesulitan dalam membantu temannya untuk mengemukakan pendapat.

4. Kemampuan mengakomodasi pendapat orang lain masih kurang terlihat siswa belum dapat menghormati dan menerima pendpat orang lain, serta


(30)

mempertimbangkan dan menyatukan beberapa pendapat mengenai ketenagakerjaan di Indonesia.

5. Kemampuan bekerja sama masih terlihat kurang dikarenakan belum maksimalnya siswa dalam menyelesaikan tugas, saling berkontribusi dan bertanggung jawab hingga akhir pekerjaannya.

6. Kemampuan mengendalikan diri masih kurang terlihat siswa belum mampu menahan emosi dalam berbicara, berbicara secara bergiliran, mendengarkan pendapat dan melembutkan suara dalam berbicara.

7. Kemampuan mencari jalan keluar dengan diskusi masih kurang baik terlihat siswa kesulitan dalam melakukan komunikasi antar teman, bermusyawarah dan bekerja sama dalam menyelesaikan kasus-kasus ketenagakerjaan di Indonesia

8. Kemampuan respek terhadap pendapat yang berbeda masik kurang baik terlihat siswa tidak dapat menerima pendapat yang berbeda, mendengarkan sampai akhir pembicaraan, dan menanggapi pendapat teman dalam berdiskusi.

Hasil wawancara dengan guru dan siswa terlihat bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran Ekonomi masih Teacher Center, siswa tidak merespon atau menanggapi penjelasan-penjelasan dari guru dan belum terjadinya interaksi secara maksimal selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Rendahnya interaksi siswa dalam proses pembelajaran, salah satu penyebabnya adalah penggunaan model pembelajaran yang monoton dan tradisional di sekolah. Dari hasil wawancara di peroleh masukan perlunya sebuah model pembelajaran yang aktif, interaktif, dan menyenangkan serta dapat melatih siswa untuk berketerampilan sosial.


(31)

Berdasarkan hasil prasurvey tersebut menggugah peneliti untuk mencari solusi untuk mengatasi kepasifan siswa dan keterbatasan penggunaan model pembelajaran Ekonomi. Berdasarkan informasi yang di peroleh peneliti berupaya mengembangkan model pembelajaran berupa model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations yang interaktif dan menarik.

Terbatasnya model yang digunakan di dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab rendahnya keterampilan sosial siswa karena pembelajaran bersifat monoton, siswa hanya mendengarakan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryani (2011: 21) yang menyatakan bahwa “keterampilan sosial dapat dicapai melalui proses pembelajaran. Penyampaikan materi guru mempergunakan berbagai model pembelajaran misalnya bertanya, berdiskusi, bermain peran, investigasi, kerja kelompok, atau penugasan. Sumber pembelajaran dapat mempergunakan lingkungan sekitar”. Dalam penelitian ini telah dilakukan pengamatan, bahwa model pembelajaran dinilai dapat efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa. Berdasarkan hasil kajian literatur mengenai model pembelajaran, tidak semua model pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.


(32)

Alasan peneliti yang mendasari bahwa model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa, karena sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan Sani (2013:132) yaitu a) penguasaan pengetahuan akademik; b) penerimaan terhadap keragaman; dan c)pengembangan keterampilan sosial. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif Group Investigations atau investigasi kelompok untuk menjadikan proses pembelajaran lebih aktif, menarik dan terjadinya komunikasi dua arah. Karena di dalam proses pembelajarannya siswa secara berkelompok dituntut untuk mampu berinteraksi, saling berkomunikasi dalam . menyelesaikan dan mencari solusi pada permasalahan yang dihadapi.

Menurut pendapat Setiawan (2010: 9) mendeskripsikan beberapa kelebihan secara pribadi dan kelompok dari pembelajaran Group Investigations, yaitu sebagai berikut.

1. Secara Pribadi

• Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas. • Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. • Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.

• Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah. 2. Secara Sosial / Kelompok

• Meningkatkan belajar bekerja sama

• Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru • Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

• Belajar menghargai pendapat orang lain

• Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan

Pada model pembelajaran Group Investigations, siswa dihadapkan dengan situasi atau sebuah permasalahan dimana siswa harus belajar mandiri dan berkelompok untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Proses demokrasi, negosiasi antar siswa dan keputusan kelompok dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi dominan siswa berbicara dalam mempersentasikan hasil


(33)

pekerjaannya, dibutuhkan metode permainan berupa Beach Ball, yaitu bola kecil, dimana ketika siswa ingin berbicara harus mengangkat tangan untuk meminta bola dan berbicara jika bola telah dipegangnya. Metode permainan Beach Ball digunakan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam berbicara dan mencegah siswa tertentu memonopoli dalam pembicaraan. Pemilihan modifikasi antara model pembelajaraan kooperatif Group Investigations danBeach Ball diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran yaitu meningkatkan keterampilan sosial.

Sebelum dikembangkan, model pembelajaran kooperatif Group Investigations merupakan suatu proses pembelajaran bersifat kooperatif atau kelompok dimana siswa akan berusaha untuk menemukan suatu informasi (gagasan, opini, data solusi) dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembelajaran dari berbagai sumber pendukung yang terkait, dimana pada akhirnya siswa akan berusaha untuk mengevaluasi dan mensintesis kebenaran informasi yang telah diperoleh secara bersama, dimana pada model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu berfikir mandiri. Menurut Slavin (2005: 218) dalam Group Investigation para murid bekerja melalui enam tahap, yaitu: (1)Grouping , (2)Planning, (3)Investigation, (4) Organizing, (5) Presenting, dan (6) Evaluating. Sedangkan pengembangan model pembelajaran kooperatif Group Investigations berupa siswa harus berbagi informasi mengenai tema pokok yang disajikan oleh guru sehingga diperoleh subtema mengenai gagasan baru yang selanjutnya tiap kelompok harus mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Setelah melakukan perencanaan, investigasi tiap kelompok mempersentasikan hasil penelitian kelompok, dalam kegiatan persentasi semua anggota kelompok harus mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan dari kelompok lain secara


(34)

merata. Jenis evaluasi yang digunakan adalah penilaian autentik karena sesuai dengan kurikulum 2013. Penilaian autentik tersebut berupa lembar penilaian keterampilan berupa lembar pengamatan keterampilan sosial yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan tes pilihan jamak untuk mengetahui perbedaan nilai sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.

Kelebihan pada pengembangan model pembelajaran Beach Ball Group Investigations ini keterampilan sosial lebih ditekankan tidak hanya sebatas menjawab pertanyaan secara individu melainkan diperlukannya interaksi, dan komunikasi antar sesama teman untuk mencari solusi tersebut. Fungsi Beach Ball atau bola kecil berwarna-warni ini adalah sebagai alat bantu pada model pembelajaran kooperatif Group Investigations yang menandakan kesempatan berbicara siswa. Setiap anggota kelompok memperoleh satu bola, ketika ingin mengemukakan pendapat, siswa harus mengeluarkan bolanya dan siswa tersebut tidak dapat mengemukakan pendapat sebelum teman dalam satu kelompoknya mengeluarkan bolanya, tetapi siswa tersebut diperkenankan membantu anggota lainnya untuk berpendapat. Beach Ball ini bertujuan untuk mencegah siswa mendominasi dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan Beach Ball secara otomatis setiap siswa dalam satu kelompok hanya memperoleh satu kesempatan mengemukakan pendapat jadi fungsi Beach Ball memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa.

Langkah pengembangan model pembelajaran Beach Ball Group Investigations yaitu pada awal pembelajaran guru memberikan soal Pretest untuk mengetahui pemahaman awal mengenai materi ketenagakerjaan. Tahap kedua, guru


(35)

menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan menampilkan isu utama yaitu ketenagakerjaan. Tahap ketiga, siswa berbagi informasi mengeni isu atau tema utama dengan membagi tema tersebut menjadi subtema yang sedang dialami pada saat ini. Tahap keempat, siswa melakukan perencanaan mengenai penelitian sesuai dengan topik kelompok seperti pembagian tugas anggota kelompok. Tahap kelima, siswa melakukan investigasi seperti bertanya kepada guru, membaca buku di perpustakaan, mencari berita yang sesuai dengan topik melalui internet. Tahap keenam, kelompok mendiskusikan dan mempersentasikan hasil penelitian kelompok, kemudian dalam mengemukakan pendapat siswa wajib mengeluarkan bola sebagai tanda kesempatan berbicara, dan tahap akhir dilakukannya evaluasi berupa penilaian autentik yaitu lembar penilaian pengamatan keterampilan sosial dan memberikan tes Post-test berupa tes pilihan jamak.

Pembelajaran Ekonomi dengan menggunakan “Model pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial” menelaah perspektif menelaah perspektif kelima Dalam proses pengembangan pribadi pada perspektif kelima yang akan diciptakan suatu perkembangan dan perubahan perilaku yang lebih baik setelah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations yang menuntut siswa lebih aktif, terampil dalam proses pembelajaran, mengeksplorasi kemampuan sosial dan bertindak untuk meningkatkan keterampilan sosial terhadap diri pribadinya.


(36)

Model pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations merupakan modifikasi dari Model pembelajaran Kooperatif Group Investigations terdahulu, dimana model pembelajaran tersebut dalam pelaksanaannya masih terdapat siswa yang mendominasi pembicaraan, kesempatan berbicara yang tidak sama ini disebabkan adanya beberapa siswa yang malas dan malu dalam mengemukakan pendapat serta pada kegiatan evaluasinya menitikberatkan pada segi kognitifnya saja. Sedangkan Beach Ball ini bertujuan untuk mencegah siswa mendominasi dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan Beach Ball secara otomatis setiap siswa dalam satu kelompok hanya memperoleh satu kesempatan mengemukakan pendapat jadi fungsi Beach Ball memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa. Jadi antara Beach Ball dan Group Investigations merupakan suatu perpaduan dan satu kesatuan untuk menghasilkan produk temuan yang dimodifikasi dari Group Investigations dan Beach Ball sebagai model pembelajaran kooperatif yang dipadukan dengan metode permainan yang dimasukkan ke dalam pembelajaran. Pemilihan modifikasi antara model pembelajaraan kooperatif Group Investigations dan Beach Ball diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran yaitu meningkatkan keterampilan sosial siswa.

Berdasarkan pada masalah yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS Di SMAN 2 Tulang Bawang


(37)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Belum dikembangkannya model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigationssebagai model pembelajaran di sekolah.

2. Kurang terampilnya guru dalam mengadakan variasi model pembelajaran yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3. Masih minimnya pengetahuan guru mengenai model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigationsyang dapat dikembangkan untuk menunjang proses belajar mengajar.

4. Kesulitan siswa dalam memahami pelajaran karena guru belum optimal dalam menggunakan model pembelajaran.

5. Masih rendahnya keterampilan sosial ditandai dengan rendahnya persentase tiap-tiap indikator keterampilan sosial.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, Penelitian ini dibatasi pada “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMAN 2 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(38)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan model pembelajaran kooperatifBeach Ball Group Investigationsuntuk meningkatkan keterampilan sosial siswa?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial pada mata pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMAN 2 Tulang Bawang Tengah?

1.5 Tujuan Penelitian Pengembangan

Berdasarkan pada rumusan massalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Menganalisis efektivitas penggunaan model pembelajaran Beach Ball Group Investigations pada mata pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMAN 2 Tulang Bawang Tengah.

1.6 Manfaat Penelitian Pengembangan

Adapun Manfaat dilakukannya penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Bagi siswa

1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. 2. Meningkatkan keterampilan sosial.


(39)

1.6.2 Bagi guru

1. Menemukan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigationssebagai model pembelajaran Ekonomi.

2. Memperbaiki proses pembelajaran berupa model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations agar dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.

1.6.3 Bagi sekolah

1. Meningkatkan mutu pembelajaran dan kualitas siswa. 2. Meningkatkan mutu lulusan yang lebih baik.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian Pengembangan

Adapun ruang lingkup dalam penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut. 1.7.1 Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek yang diteliti akan difokuskan dalam ruang lingkup pengembangan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations untuk meningkatkan keterampilan sosial pada mata pelajaran Ekonomi.

1.7.2 Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMAN 2 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.7.3 Ruang lingkup Waktu

Waktu penelitian ini adalah semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015. 1.7.4 Ruang Lingkup Tempat


(40)

1.7.5 Ruang lingkup Ilmu

Lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang difokuskan pada mata pelajaran Ekonomi. Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Pengembangan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations untuk meningkatkan keterampilan sosial merupakan model pembelajaran yang didesain untuk mengatasi kepasifan siswa dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran Ekonomi. Oleh karena itu pembelajaran IPS perlu diupayakan secara optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran IPS (Stahl, 1994: 2) adalah.

(1) Social studies teaching and learning are powerful when they are meaningful.

(2) Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative.

(3) Social studies teaching and learning are powerful when they are value-based.

(4) Social studies teaching and learning are powerful when they are challenging.

(5) Social studies teaching and learning are powerful when they are active. Pembelajaran IPS akan meningkat jika guru mengunakan pendekatan pembelajaran yang diakses dari pendekatan kontekstual, cooperative learning dan konstruktivisme serta bahan yang digunakan berasal dari bahan-bahan yang diajarkan di sekolah, dan juga diperoleh dari agen-agen pendidikan seperti di lingkungan rumah (family), masyarakat (community), pers (press), radio (radio) berbagai gambar bergerak dan televisi (motion picture and


(41)

television) yang mempengaruhi pandangan sosial dan perilaku siswa. Prinsip pembelajaran IPS yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip pembelajaran IPS yang ketiga yang bermakna “social studies teaching and learning are powerful when they are value-based”.Dalam proses belajar guru harus menyisipkan nilai-nilai karakter, pengetahuan, sikap, dan keterampilan (termasuk keterampilan sosial).

Menurut Sapriya, (2012: 13-14) mengemukakan tradisi dalam IPS, yaitu: 1. IPS diajarkan sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as

Citizenship Transmission).

2. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as Social Sciences)

3. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as Reflective Inquiry) 4. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social Studies as Social Criticism) 5. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as Personal

Development of the Individual).

Pembelajaran Ekonomi ”Model Pembelajaran Kooperatif Beach Ball Group Investigations Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial” menelaah perspektif kelima (5). Dalam proses pengembangan pribadi pada perspektif kelima (5) yang akan diciptakan suatu perkembangan dan perubahan perilaku yang lebih baik setelah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations yang menuntut siswa lebih aktif, terampil dalam proses pembelajaran, mengeksplorasi kemampuan sosial dan bertindak untuk meningkatkan keterampilan sosial terhadap diri pribadinya. Perspektif sebagai pengembangan pribadi sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) penguasaan pengetahuan akademik; (b) penerimaan terhadap keragaman; (c) pengembangan keterampilan sosial (Sani, 2013:132).


(42)

Disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Social Studies dan Ekonomi. Ilmu pengetahuan sosial atau IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan inter-disiplin (Inter-Disiplinary Approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial (Social Sciences). Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Budaya, Psikologi Sosial, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik, Ekologi dan sebagainya (Rizal, 2010: 20). Ilmu Ekonomi sebagai bagian dari ilmu sosial, tentu berkaitan dengan bidang disiplin akademis ilmu sosial lainnya, seperti ilmu politik, psikologi, antropologi, sosiologi, sejarah, geografi dan sebagainya (Supardan, 2013: 368).

1.8 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Berdasarkan spesifikasinya dalam penelitian ini, produk yang diharapkan berupa model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations untuk meningkatkan keterampilan sosial. Produk model pembelajaran ini memberikan kontrol dan pilihan penuh kepada siswa untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Komunikasi dan interaksi kooperatif sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, di mana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif dapat terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting yang maksud tersebut adalah usaha bagi para siswa untuk belajar. Perpaduan antara model pembelajaraan kooperatif Group Investigations dan


(43)

metode permainan Beach Ball bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam berbicara dan mencegah siswa tertentu memonopoli pembicaraan.

Model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations terdiri dari 6 tahapan, yaitu: (1) Berbagi Informasi mengenai subtema yang akan dipilih menjadi topik penelitian, (2) Melakukan perencanaan mengenai penelitian sesuai dengan topik kelompok, (3) Melakukan investigasi sesuai dengan rencana penelitian, (4) Mendiskusikan dan mempersentasikan hasil penelitian kelompok, (5) Mengeluarkan bola sebagai tanda kesempatan berbicara (6) evaluasi berupa lembar penilaian pengamatan keterampilan sosial dan tes menggunakan soal pilihan jamak. Melalui Model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations sebagai pembelajaran dalam pelajaran Ekonomi diharapkan akan terciptanya berbagai hal yang positif di lingkungan sekolah, diantaranya yaitu. 1. Mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Siswa dapat belajar secara menyenangkan karena ada unsur permainan. 3. Menjadikan siswa yang pasif menjadi aktif dalam pembelajaran.

4. Siswa dapat berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah. 5. Waktu yang dibutuhkan sangat efesien.

1.8.1 Pentingnya Pengembangan Model Pembelajaran KooperatifBeach Ball Group Investigations

Melalui pengembangan Model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations, akan membantu guru pendidikan Ekonomi dalam melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien sebagai model pegangan guru untuk mempermudah dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Ekonomi.


(44)

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS

2.1 Teori Pembelajaran

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses yang diikuti dengan adanya perubahan pada diri seseorang, hal ini disebabkan oleh adanya pengalaman. Selain itu belajar merupakan hal yang komplek, karena di dalamnya terjadi interaksi antara peserta didik dan guru. Peserta didik yang belajar diharapkan dapat mengalami perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada invidu dan perubahan-perubahan tersebut sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir, antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya (Trianto, 2012: 16).


(45)

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal (Pribadi , 2010: 6).

Menurut Anthony Robbins dalam Trianto (2012: 15), belajar adalah sebagai suatu proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan; (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami; (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Belajar juga membutuhkan manipulasi aktif terhadap bahan ajar yang akan dipelajari dan tidak bisa terjadi secara pasif. Pada bagian ini yang terpenting adalah bagaimana cara membantu pelajar untuk belajar, yang berarti mengidentikasi cara-cara membantu pelajar membangun pengetahuannya. Untuk itu, dalam setiap proses pembelajaran, siswa dituntut untuk bisa berperan secara aktif dan bisa mengkonstruksi pengetahuannya dengan mengkaitkan berbagai sumber belajar termasuk media pembelajaran. Sebaliknya, jika dalam proses pembelajaran siswa berperan secara pasif, siswa hanya dapat menerima ormasi-informasi secara sepihak, sehingga ormasi-informasi-ormasi-informasi tersebut tidak bisa disimpan dalam memori otaknya secara permanen atau bersifat labil dan mudah dilupakan.


(46)

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah sebagai berikut.

1. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi,

2. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup,

3. Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas (Sagala, 2013: 12).

Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa siswa aktif daiam proses belajar adalah muncul dan berkembangnya ide, siswa secara individu menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks sehingga inforrnasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari akan dapat diserap dan dipahami dan pada ahirnya siswa dapat mencapai perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan dan sebagai proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.

Sedangkan definisi pembelajaran menurut Gagne dalam Pribadi (2010: 9) adalah “a set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning”.

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.


(47)

Sesuai dengan pendapat Trianto (2012: 17) pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan menurut Kunandar (2007: 287) mengemukakan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Walter Dick dan Lou Carey dalam Pribadi (2010: 10) pembelajaran diartikan sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa media. Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang secara sistemik dan sistematik.

Gagne dalam Trianto (2012: 27) berpendapat, untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Sedangkan kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran.

Berbagai komponen internal seseorang sangat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2005: 34), bahwa belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar mencakup pengaturan


(48)

stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Pada Gambar 1, diketahui bahwa pengembangan dan pengalaman belajar saling mempengaruhi antara proses pengembangan dan pengalaman belajar terdapat kurikulum, strategi dan metodelogi pembelajaran. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa di dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran sangat mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dalam memilih strategi apa yang ingin digunakan guru harus memperhatikan metode apa yang sesuai dengan karakteristik pelajaran dan juga karakteristik siswa. Semua haru diperhatikan untuk mendapatkan prestasi belajar siswa yang baik.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

PENGALAMAN BELAJAR

1. Kurikulum 2. Perangkat

Pembelajaran •strategi •metodelogi

pembelajaran


(49)

Berdasarkan pengertian tentang pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan pendidik, sumber belajar, dan lingkungan. Berhubungan dengan hal tersebut, sebelum pelaksanaan proses pembelajaran, beberapa hal penting tersebut harus diperhatikan, sehingga proses pembelajaran yang direncanakan bisa lebih optimal. Berdasarkan berbagai pendapat mengenai teori pembelajaran, semua unsur tentang segala teori pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua, sebagai berikut.

1. Metode pembelajaran: semua hal yang dilakukan dengan bertujuan memudahkan belajar atau pengembangan manusia. Istilah lain sering digunakan untuk sebagian atau semua gagasan ini termasuk strategi, teknik, siasat, dan pendekatan.

2. Situasi pembelajaran: semua aspek dari konteks pembelajaran yang berguna untuk memutuskan kapan digunakan dan kapan tidak digunakannya sebuah metode pembelajaran tertentu.

Sedangkan situasi pembelajaran terbagi menjadi dua kategori penting, sebagai berikut.

a. Nilai tentang pengajaran, yakni tentang tujuan pembelajaran, kriteria, metode, dan siapa yang berkuasa.

b. Kondisi yakni tentang hakekat atau asal dari isi pengajaran, para pelajar atau siswa, lingkungan belajar, atau paksaan pembangunan pengajaran.

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil


(50)

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi yang terarah untuk menuju suatu tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pembelajaran harus dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu.

2.1.2 Teori Belajar Behaviorisme

Skinner adalah seorang tokoh yang sangat berperan dalam teori pembelajaran perilaku yang telah mempelajari hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya mengemukakan bahwa belajar merupkan perubahan perilaku. Prinsip yang paling penting dari teori belajar perilaku adalah perilaku yang berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut.

Teori behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Teori ini menggunakan model hubungan stimulus-respons dan menempatkan peserta didik sebagai individu yang pasif. Hubungan stimulus dan repon ini jika diulang akan menjadi sebuah kebiasaan. Respon atau perilaku tertentu diperoleh dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan (Sani, 2013: 5).

Aliran behavioristik menyatakan belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang di tangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau berhubungan antara Stimulus dan Respons (S-R). Oleh karena itu, teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar adalah upaya untuk


(51)

membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya (Sanjaya, 2008: 112).

Trianto ( 2012: 39-40) mengemukakan prinsip yang paling penting dari teori belajar perilaku adalah perilaku yang berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku. Dengan kata lain konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku serupa. Konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforce), sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punisher). Dengan diberikannya penguatan dan hukuman tersebut maka akan terjadi perubahan perilaku.

Teori ini bersinergi dengan keterampilan sosial karena di dalam suatu pembelajaran antara guru dan siswa terdapat interaksi yaitu stimulus dan respon, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations stimulus dan respon dalam pembelajaran di perkuat dengan interaksi yang signifikan antar sesama siswa maupun guru.

2.1.3 Teori Belajar Kognitivisme

John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar.


(52)

Vygotsky adalah pengagum Piaget. Ia setuju dengan teori perkembangan kognitif Piaget yang melihat perkembangan kognitf terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda untuk setiap orang. Namun ia tidak setuju dengan pendapatnya bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga.

Teori ini bersinergi dengan keterampilan sosial siswa karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations peserta didik di bimbing untuk menggali potensi yang ada pada dalam dirinya dengan memaksimalkan kemampuan kognitif peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran

2.1.4. Teori Belajar konstruktivisme Sosial

Konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Lev. Semenovich Vygotsky yang menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif terbentuk melalui internalisasi/penguasaan proses sosial. Pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses belajar, bukan mengajar. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman yang baru yang didasarkan pada pengalaman yang nyata. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan hasil. Peserta didik didorong untuk melakukan penyelidikan dalam upaya mengembangkan rasa ingin tahu secara alami. Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan pemahaman peserta didik.


(53)

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Implikasi teori konstrutivisme sosial dalam pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Dasar pembelajaran adalah bahwa dalam diri siswa sudah ada pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman tertentu.

2. Peserta didik belajar dengan mengkonstruksi (menambah, merevisi, atau memodifikasi) pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman lama menjadi pengetahuan, pemahaman, kecakapan dan pengalaman yang baru. 3. Guru berperan memfasilitasi terjadinya proses konstruksi pengetahuan

(Sani, 2013: 21).

Teori ini bersinergi dengan keterampilan sosial siswa karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations, karena teori konstruktivisme lebih menekankan pada proses belajar, bukan menekankan pada hasil. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan pemahaman peserta didik. Peran guru hanya sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.

2.2 Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dari bahan realitas kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Di dalam pengetahuan sosial dihimpun semua materi yang berhubungan langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan pribadi manusia sebagai masyarakat yang berguna (Tasrif, 2008: 2).


(54)

IPS sering disebut dengan Social Studies, Social Education, Social Studies Educations, Studies of Society and Environment (SOSE). Perbedaan tersebut disebabkan adanya keragaman latarbelakang dan minat peserta didik, potensi serta permasalahan daerah atau Negara. IPS pada dasarnya memiliki sifat keterpaduan (integrated) dari ilmu-ilmu sosial yang dikemas untuk tujuan pendidikan dan disesuaikan dengan psikologi perkembangan peserta didik (Maryani, 2011: 07).

Sumantri dalam (Tasrif 2008: 1-4) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial,ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara alamiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. IPS adalah bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari kosep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan Ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran. Ruang lingkup IPS adalah menyangkut kegiatan dasar manusia, maka bahan-bahannya bukan hanya mencakup ilmu-ilmu sosial dan humaniora melainkan juga segala gerak kegiatan dasar manusia seperti agama, sains, teknologi, seni, budaya Ekonomi dan sebagainya yang bisa memperkaya pendidikan IPS.

Menurut Maryani (2011: 13) IPS senantiasa merujuk kepada tiga tradisi IPS yang telah dikembangkan oleh para ahli pada tahun 1970-an, yaitu (1) The social studies taught as citizenship transmission, (2) Social studies taught as sosial science, (3) Social studies taught as reflective inquiry.

Sedangkan Sapriya, (2012: 13-14) merumuskan ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS. Kelima perspektif tersebut tidak berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain. Kelima perspektif tersebut adalah.

1. IPS diajarkan sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as Citizenship Transmission).


(55)

3. IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as Reflective Inquiry) 4. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social Studies as Social Criticism) 5. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as Personal

Development of the Individual).

Kemampuan (skill) merupakan salah satu yang harus dikembangkan dalam mata pelajaran IPS. Kemampuan dalam IPS antara lain meliputi: (1) kemampuan berpikir, (2) keterampilan peta dan globe, (3) keterampilan waktu dan kronologi, dan (4) keterampilan sosial.

Menurut Maryani (2011:20) dimensi keterampilan sosial dalam IPS dikelompokkan menjadi 4 bagian yang saling berkaitan, yaitu: (1) keterampilan dasar berinteraksi, (2) keterampilan komunikasi, (3) keterampilan membangun tim/kelompok, dan (4) keterampilan menyelesaikan masalah.

Tujuan IPS yang dirumuskan (National Council for The Social Studies, 1994) sebagai berikut.

1. Menjadikan warga negara yang berpartsipatif aktif dan bertanggung jawab; 2. Memberikan pengetahuan dan pengalaman hdiup karena mereka adalah

bagian dari pertualangan hidup manusia dalam perspektif ruang dan waktu; 3. Mengembangkan berfikir kritis dari pemahaman sejarah, antropologi,

geografi, Ekonomi, politik dan lembaga sosial, tradisi dan nilai-nilai masyarakat dan negara sebagai ekspresi kesatuan dari keberagaman;

4. Meningkatkan pemahaman tentang hidup bersama sebagai satu kesatuan dan keberagaman sejarah kehidupan manusia di dunia;

5. Mengembangkan sikap kritis dan analitis dalam mengkaji kondisi manusia.

Sedangkan Tujuan mata pelajaran IPS di Indonesia, sebagaimana yang diungkapkan oleh Arni (2005: 114) yakni:

a. mengembangkan kemampuan berpikir kritis, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial.


(56)

c. meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merujuk kepada suatu modus pembelajaran sosial yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang baik yang ditandai oleh adanya partisipasi aktif dalam membangun masyarakat dengan tetap berpegang pada norma, nilai, dan karakteristik lainnya yang berlaku dalam masyarakat. IPS juga merupakan modus pembelajaran sosial yang ditandai dengan penguasaan metode, pendekatan ilmiah dari disiplin ilmu sosial. Cara pembelajaran sosial lebih menekankan pada proses mencari, mengklarifikasi, kemudian menyimak hasil inkuiri untuk menjadi hasil kajian yang bernilai dan bermakna.

Rizal (2010: 20) mengemukakan ilmu pengetahuan sosial atau IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan inter-disiplin (inter-disiplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial (social sciences). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Budaya, Psikologi Sosial, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik, Ekologi, dan sebagainya.

Melalui pembelajaran IPS peserta didik diharapkan mampu menunjukan disiplin dan tanggung jawab selaku dan individual, warga masyarakat, warga negara dan warga dunia. Mampu berkomunikasi, bekerjasama, memiliki sikap toleran, empati dan berwawasan multikultur dengan tetap bebasis keunggulan lokal. Memiliki keterampilan holistik, integrative dan transdisipliner dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Pembelajaran IPS diharapkan mampu mengantarkan dan mengembangkan kompetensi peserta didik kearah kehidupan bermasyarakat


(57)

dengan baik dan fungsional, memiliki kepekaan sosial dan mampu berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah sosial sesuai dengan usianya (Maryani, 2011: 2).

Mata pelajaran Ekonomi diberikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama sebagai bagian integral dari IPS, dan pada jenjang Sekolah Menengah Atas Ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. IPS itu terdiri dari himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dan dari bahan realita kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat serta IPS di himpun semua materi yang berhubungan secara langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan masyarakat serta yang menyangkut pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat yang berguna. Semula berbagai disiplin ilmu-sosial digarap secara terpisah-pisah, karena itu di sekolah anak didik mempelajari ilmu-ilmu sosial seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, dan sebagainya secara terpisah.

Ilmu Ekonomi sebagai bagian dari ilmu sosial, tentu berkaitan dengan bidang disiplin akademis ilmu sosial lainnya, seperti ilmu politik, psikologi, antropologi, sosiologi, sejarah, geografi dan sebagainya (Supardan, 2013: 368). Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah Ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.

Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah Ekonomi adalah adanya


(58)

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.

Kata Ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti rumah tangga dan (nomos) yang berarti aturan. Secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Sementara yang dimaksud dengan ahli Ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep Ekonomi dan data dalam bekerja. Menurut Supardan (2013: 367) mengemukakan bahwa ilmu Ekonomi merupakan studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkan baik saat ini maupun dimasa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Mata pelajaran Ekonomi adalah ilmu yang mengkaji tentang pengelolaan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Fungsi mata pelajaran Ekonomi di sekolah menengah yakni mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan Ekonomi yang dapat dilakukan dengan cara mengenal peristiwa yang terjadi di masyarakat dan memahami konsep Ekonomi serta memecahkan berbagai masalah Ekonomi yang terjadi di masyarakat.

Mata pelajaran Ekonomi diberikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama sebagai bagian integral dari IPS, dan pada jenjang Sekolah Menengah Atas Ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Tujuan mata pelajaran


(59)

Ekonomi merupakan studi perilaku masyarakat dalam memilih dan menggunakan sumber daya yang tersedia sehingga bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut.

1. Memahami sejumlah konsep Ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah Ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yag terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep Ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu Ekonomi.

3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu Ekonomi, manajemen, dan akuntasi yang bermanfaat bagi dirinya, rumah tangga, masyarakat, dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial

Ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skla nasional maupun internasional (Supardan, 2015: 94).

Standar Isi Ekonomi yang menyebutkan bahwa mata pelajaran Ekonomi mencakup perilaku Ekonomi yang terjadi di lingkungan hidup terdekat hingga lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek perekonomian, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, akuntansi dan manajemen. Pada kurikulum 2013, kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kelulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian Hard Skills dan Soft Skills. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dapat terlihat pada Tabel 3 sebagai berikut.


(1)

pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations yang dikembangkan sesuai dengan analisis kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan tahap perkembangan siswa pada mata pelajaran Ekonomi, Pertimbangan tersebut untuk memastikan model yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

2. Implikasi empiris

Secara empiris, implikasi model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations pada mata pelajaran ekonomi dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Tahapan dalam model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigationsmenjadikan siswa aktif dan tertantang dalam memecahkan dan mencari solusi mengenai permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, anjuran peneliti sebagai berikut.

1. Hendaknya untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran, sebaiknya para guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran dan materi pelajaran sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat menumbuhkan antusias siswa dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif, dan meningkatkan keterampilan sosial siswa juga akan lebih baik.

2. Pembelajaran kooperatifGroup Investigationsmasih sangat jarang digunakan dalam pembelajaran ekonomi, karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan perhatian khusus dalam mengatur waktu sehingga dengan perencanaan yang


(2)

3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, hendaknya guru memperhatikan pengembangan potensi siswa selama proses pembelajaran seperti kemampuan berinteraksi, berkomunikasi, membangun kelompok dan menyelesaikan masalah.

4. Guru dalam melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran sebaiknya menggunakan penilaian proses dan akhir pembelajaran guna mengetahui sejauhmana perkembangan potensi siswa selama dan setelah pembelajaran.

5. Kepada para peneliti lain untuk melakukan pengkajian lebih mendalam dan secara luas terhadap variabel lain terkait dengan implementasi pembelajaran dalam rangka peningkatan hasil belajar baik itu dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adinata, Ferry. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Group Investigatios Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. FKIP Universitas Tanjungpura: Pontianak.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Bumi Aksara: Jakarta.

Arni, Muhammad. 2005.Komunikasi Organisasi.Bumi Aksara: Jakarta. Budiningsih. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Rinekacipta: Jakarta.

Cartledge, G. Milburn, J.F. 1995. Teaching Social Skills to Children and Youth: Innovative Approaches (3rd ed) Allyn and Bacon. Vol 143-149.

Creswell, John W. 2012.Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Daryanto. 2014.Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.Gava Media: Yogyakarta.

Dick W, and Carey L. 2001. The Sistematic Design of Instructions. Addison-Wesley Educational Punlisher Inc: New York.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Hake R. Richard. (1999). Analyzing Change/Gain Score. American Educational Research Association’s Division Measurement and Research Methodology. Diakses dari http://Lists.Asu.Edu/Egi-Bin pada tanggal 23 Desember 2014 Pukul 16.00 WIB.

Hamalik, Oemar. 2006.Proses Belajar Mengajar.PT Bumi Aksara : Jakarta. Hargie. 1998. Social Skill and Communication. Springer Publishing Company:

New York.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan.Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


(4)

Kemdikbud RI, Pedoman Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: t.p. 2013

Kunandar. 2007.Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers: Jakarta

Made, Prastini. 2014. Keterampilan Sosial Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model kooperatif TGT Di SMPN 1 Secang.Vol.1, No.2.

Maryani, Enok. 2009. Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Peningkatan Keterampilan Sosial.Vol. 9. No.1.

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Alfabeta: Bandung.

Merrel. 2008. Social Skill. Downloaded at 1/6/2014 from http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2176661-pengertian-keterampilan-sosial-social-skill/.

Mu’tadin, Zainun. 2006. Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. [online]. Tersedia di: www.e-psikologi.com/remaja/100602.htm-65k. (16 November 2010).

National Council For The Social Studies (NCSS). 1994. Curriculum Standards For Social Studies.NCSS: Washington.

Pargito. 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Bandar Lampung.

Pribadi, Benny A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Aksara: Jakarta.

Purwanto. 2011.Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Riduan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Rizal, Yon. 2010.Modul Dasar-Dasar IPS.Bandar Lampung.

Ruhyana, https://jorjoran.wordpress.com/2014/01/20/kurikulum-2013-penilaian-otentik. Di akses Pada Tanggal 10 Juni 2015, Pukul 20:37 WIB.


(5)

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.Rajawali Pers: Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2013.Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Sani, Abdullah Ridwan. 2013.Inovasi Pembelajaran.Bumi Aksara: Jakarta. Sapriya. 2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. PT. Remaja

Rosdakarya: Bandung.

Setiawan, Wawan 2010. Penerapan Model Langsung (Direct Instruction) Untuk Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi ISSN: 1979-9462.

Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, Dan Praktik. Penerbit Nusa Media: Bandung.

Stahl. R.I. 1994. Cooperative Learning in Social Studies: A Handbook for Teacher.Addision Wesley Publishing Company, Inc: New York.

Sudjana, Nana. 2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sudjana, Nana. 2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D.Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D.Alfabeta: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kompetensi dan Praktiknya. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 2005. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup.CV Alfabeta: Bandung.

Supardan, Dadang. 2013.Pengantar Ilmu Sosial.PT Bumi Aksara: Jakarta.

Supardan, Dadang. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi Dan Kurikulum.PT Bumi Aksara: Jakarta.


(6)

Tamba, L. (2012). Penerapan Strategi Beach Ball Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 5 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012Tesis. Universitas Negeri Medan: Medan. Tasrif. 2008. Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Genta Press:

Yogyakarta.

Tirtonegoro, Suratinah. 2001.Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Bina Aksara: Jakarta.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana: Jakarta.

Tukiran. Efi. Sri. 2013. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Kreatif. Alfabeta: Bandung.

Uno, Hamzah B. (2008). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010.Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Nuha Letera: Yogyakarta.