Teori Belajar Behaviorisme Teori Pembelajaran .1 Belajar dan Pembelajaran

30 Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Implikasi teori konstrutivisme sosial dalam pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. 1. Dasar pembelajaran adalah bahwa dalam diri siswa sudah ada pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman tertentu. 2. Peserta didik belajar dengan mengkonstruksi menambah, merevisi, atau memodifikasi pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman lama menjadi pengetahuan, pemahaman, kecakapan dan pengalaman yang baru. 3. Guru berperan memfasilitasi terjadinya proses konstruksi pengetahuan Sani, 2013: 21. Teori ini bersinergi dengan keterampilan sosial siswa karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Beach Ball Group Investigations, karena teori konstruktivisme lebih menekankan pada proses belajar, bukan menekankan pada hasil. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan pemahaman peserta didik. Peran guru hanya sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.

2.2 Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dari bahan realitas kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Di dalam pengetahuan sosial dihimpun semua materi yang berhubungan langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan pribadi manusia sebagai masyarakat yang berguna Tasrif, 2008: 2. 31 IPS sering disebut dengan Social Studies, Social Education, Social Studies Educations, Studies of Society and Environment SOSE. Perbedaan tersebut disebabkan adanya keragaman latarbelakang dan minat peserta didik, potensi serta permasalahan daerah atau Negara. IPS pada dasarnya memiliki sifat keterpaduan integrated dari ilmu-ilmu sosial yang dikemas untuk tujuan pendidikan dan disesuaikan dengan psikologi perkembangan peserta didik Maryani, 2011: 07. Sumantri dalam Tasrif 2008: 1-4 mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial,ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara alamiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. IPS adalah bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari kosep-konsep dan keterampilan disiplin ilmu sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan Ekonomi yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran. Ruang lingkup IPS adalah menyangkut kegiatan dasar manusia, maka bahan-bahannya bukan hanya mencakup ilmu-ilmu sosial dan humaniora melainkan juga segala gerak kegiatan dasar manusia seperti agama, sains, teknologi, seni, budaya Ekonomi dan sebagainya yang bisa memperkaya pendidikan IPS. Menurut Maryani 2011: 13 IPS senantiasa merujuk kepada tiga tradisi IPS yang telah dikembangkan oleh para ahli pada tahun 1970-an, yaitu 1 The social studies taught as citizenship transmission, 2 Social studies taught as sosial science, 3 Social studies taught as reflective inquiry. Sedangkan Sapriya, 2012: 13-14 merumuskan ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS. Kelima perspektif tersebut tidak berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain. Kelima perspektif tersebut adalah. 1. IPS diajarkan sebagai transmisi kewarganegaraan Social Studies as Citizenship Transmission. 2. IPS sebagai ilmu-ilmu sosial Social Studies as Social Sciences