91 “Wah kalau dinas itu saya rasakan dalam membagi itu tidak
dilihat mana yang membutuhkan. Misalnya seperti guru yang sudah sering diklat malah mendapat giliran lagi. Nah itu lho kan
tidak merata namanya. Nah harapan saya itu dinas itu ya turun ke lapangan, ke TK-TK. Jadikan bisa tepat sasaran, tidak turun
langsung,
cukup koordinator-koordinator,
padahal yang
namanya manusia koordinator ya bisa pilih kasih .”
Dari ungkapan VTT di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dinas tidak
memberikan hambatan yang berarti dalam pelaksanaan pengembangan profesionalitas guru. Dinas memberikan wewenang kepada Ketua IGTKI
Kecamatan Nanggulan untuk membagi keikutsertaan diklat kepada guru, namun beberapa guru menilai bahwa ketua IGTKI kurang memberikan merata untuk
kesempatan mengikuti diklat tersebut. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulakan bahwa hambatan-
hambatan yang ditemukan dalam melakukan pengembangan profesionalitas guru Taman Kanak-kanak ada tiga faktor, yaitu faktor dari diri sendiri, faktor dari
lembaga, dan faktor dari dinas. Hambatan dari diri sendiri merasa umur sudah tidak memungkinkan untuk berpikir keras dan membuat suatu karya ilmiah atau
penelitian dan waktu yang kurang memadahi. Dari faktor lembaga kurang memadahinya sarana dan prasarana untuk mengembangkan diri. Terakhir faktor
dari dinas sebagian besar guru mengutarakan bahwa dari dinas tidak memberi suatu hambatan yang berarti.
4. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan
a.
Upaya Mengatasi Hambatan Diri Sendiri
Terciptanya sebuah hambatan pastilah ada upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Dimulai dari hambatan diri pribadi dari guru yaitu kekurangan
92 waktu dalam mengikuti program pengembangan profesionalitas serta kurangnya
kemampuan berpikir yang didukung oleh faktor usia yang hampir purna. Berdasarkan ungkapan dari beberapa guru sebenarnya hambatan tersebut dapat
diselesaikan dengan beberapa upaya. Untuk masalah kurangnya waktu ada dua penyelesaian, yaitu dengan berusaha untuk mendisiplinkan waktu serta
diadakannya team teachingseperti yang diungkapkan oleh SJL sebagai berikut: “Ya kita selalu berusaha untuk membagi waktu. Misalnya
seminar atau workshop yang diadakan agak pagi, kita ya masuk dulu nanti kita mungkin meminta maaf kepada wali murid untuk
membubarkan KBM agak awal karena ada kegiatan ini itu. Jadi kita harus bisa membagi waktu sehingga semua tidak dirugikan,
seperti itu
.”
Pernyataan di atas juga diperkuat oleh pernyataan SKY mengenai upaya mengatasihambatan diri sendiri berikut ini:
“Untuk mengatasi hambatan itu yang sudah dapat dilihat adanya guru team teaching itu, setiap sekolah atau setiap kelas itu tidak
hanya satu guru, kalau satu guru itu sudah tidak ada waktu untuk melakukan pengembangan profesional yang diharapkan.
Seandainya ada team teaching seandainya kalau pas ada pengembangan profesi guru yang satu kan dapat mengikuti dan
yang satu menjalankan pembelajaran disekolah, jadi bisa gantian. Selama ini baru itu yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan.
”
Dalam segi kurang kemampuan yang didukung faktor usia hampir purna dapat diselesaikan dengan cara mencari teman atau pembimbing dalam melakukan
pengembangan seperti pembuatan karya ilmiah atau penelitian, seperti yang diungkapkan oleh CCL sebagai berikut:
“Ya nanti saya tetap mencari teman yang lain dalam kelompok KKG ini. Terutama dari sarjana-sarjana PAUD ini. Mungkin
dari segi TI dan tindakan kelas kan pasti ada hal yang baru .”
93 Dari beberapa pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai upaya
penanganan hambatan yang muncul dari diri sendiri. Hambatan yang muncul berupa kekurangan waktu, biaya, serta kekurangan kemampuan dalam mengikuti
program pengembangan profesionalitas. Berdasarkan beberapa peryataan guru di atas upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan waktu dan biaya solusinya
adalah pintar-pintar dalam mengatur waktu, dimana waktu senggang digunakan untuk melengkapi administrasi sekolah agar segera selesai. Beberapa guru juga
mengaku bahwa dalam penyelesaian administrasi dibawa ke rumah untuk dikerjakan.
Kurangnya kemampuan guru yang didukung oleh adanya faktor usia hampir purna membuat para guru senior memiliki hambatan dalam melakukan
pengembangan profesionalitas. Kesehatan yang semakin menurun menjadikan ruang gerak guru semakin sempit. Adapun solusi yang diperoleh dari beberapa
peryataan diatas yaitu dengan membentuk kelompok. Kelompok disini berarti kelompok untuk belajar,usia tua tidak membatasi untuk selalu belajar. KKG dan
gugus menjadi beberapa contoh kelompok yang sudah ada. b.
Upaya Mengatasi Hambatan Lembaga
Upaya selanjutnya adalah upaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dari lembaga. Berdasarkan ungkapan beberapa guru, lembaga juga memberikan
hambatan dalam mengembangkan profesionalitas guru. Hambatan yang muncul dari lembaga adalah kurang memadahinya sarana dan prasana. Upaya untuk
mengatasi masalah tersebut dengan membicarakan dengan pengurus yayasan dan komite yang ada untuk memecahkan masalah atau hambatan dari lembaga serta
94 mengandalkan uang SPP beserta uang sumbangan dari wali murid setiap
tahunnya, seperti yang diungkapkan oleh STY berikut ini: “Nah itu kita ke pengurus yayasan, misalnya kita berembug
dengan komite, terus bagaimana caranya nanti kita pecahkan, ini masih dalam proses. Entah berhasil atau tidak
.” Pernyataan di atas juga diperkuat oleh pernyataan SYT mengenai hambatan
lembagaberikut ini:
“Dari lembaga ada SPP, diakhir tahun ada uang sumbangan.”
Dari beberapa ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan yang muncul dari lembaga berupa kekurangan sarana dan prasarana dapat diatasi. Upaya yang
dilakukan guru untuk mengatasi hambatan lembaga dengan membicarakan bersama komite sekolah yang ada dan mengandalkan uang SPP. Di akhir tahun
setiap sekolah mengadakan pertemuan dengan wali murid untuk acara serah terima murid. Pada acara tersebut juga dibicarakan mengenai uang sumbangan
untuk sekolah guna membangun sekolah agar menjadi lebih baik. c.
Upaya Mengatasi Hambatan dari Dinas
Terakhir upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang muncul dari dinas. Namun sebagian besar guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan
Nanggulan mengatakan bahwa Dinas Pendidikan Kulon Progo tidak memberikan hambatan sama sekali, namun ada guru yang mengungkapkan bahwa dinas
memberikan wewenang kepada Ketua IGTKI Kecamatan Nanggulan untuk membagi keikutsertaan diklat kepada guru-guru. Beberapa guru menilai dalam
pembagian kesepatan diklat oleh Ketua IGTKI kurang merata. Namun selama ini untuk hambatan kurang meratanya pembagian keikutsertaan diklat belum ada
95 upaya yang dilakukan untuk menangani hambatan tersebut, tetap ikhlas dan
menerima apa yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kulon Progo, khususnya dari Ketua IGTKI Kecamatan Nanggulan. Seperti yang diungkapkan VTT sebagai
berikut: “Ya kita hanya bisa menerima saja mbak dengan ikhlas. Ya mau
bagaimana lagi, itu keputusan dari atas.Berarti kan juga sudah keputusan yang memang baik untuk semuanya. Semoga saja, ya
kita hanya berdoa semoga dapat tepat sasaran dan mencapai hasil yang baik
.”
Dari pernyataan VTT di atas dapat disimpulkan bahwa dinas tidak memberikan hambatan yang berarti, namun dinas yang memberikan wewenang Ketua IGTKI
Kecamatan Nanggulan juga sedikit memberi hambatan yaitu berupa pemberian kesempatan diklat yang tidak merata. Walaupun ketidak merataan itu hanya
beberapa guru saja yang merasakan, sebagian besar guru Taman Kanak-kanak merasa tidak ada hambatan yang ditimbulkan dari dinas. Oleh karena itu
hambatan dari tidak meratanya pemberian kesempatan diklat yang dirasakan hanya beberapa guru ini belum menemukan solusi yang tepat. Sejauh ini guru
hanya bisa menerima dengan ikhlas apa yang dimandatkan dari dinas. Dari keseluruhan uraian mengenai upaya mengatasi hambatan dari dinas
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hambatan yang tidak bisa diatasi. Sebagian besar hambatan ada jalan keluarnya walaupun ada satu hambatan
yang belum dapat solusi. Dalam hal pengembangan profesionalitas guru terdapat banyak hambatan yang ditemui namun beberapa upaya-upaya untuk mengatasi
hambatan yang muncul. Untuk hambatan dari diri sendiri hambatan berupa kekurangan kemampuan berpikir yang didukung oleh faktor usia yang hampir
96 purna dapat diatasi dengan mencari pembimbing atau teman untuk melakukan
pengembangan profesional guru tersebut, untuk masalah kekurangan waktu untuk mengikuti pengembangan dapat diselesaikan dengan adanya guru team teaching.
Hambatan dari lembaga yang muncul adalah kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan profesionalitas guru, hambatan
tersebut dapat diselesaikan dengan mendiskusikan dengan komite agar mendapat jalan keluar serta mengandalkan uang SPP dan sumbangan wali murid. Sedangkan
hambatan yang berasal dari dinas ialah tidak meratanya pembagian kesempatan melakukan pengembangan profesional berupa mengikuti diklat. Hambatan dari
dinas masih belum menemukan upaya untuk mengatasinya. Sampai sekarang guru masih menerima apa yang menjadi keputusan dari dinas dengan ikhlas.
D. Pembahasan Hasil Penelitian